Eliminasi Ancaman Tahun 2018

Senin, 04 Desember 2017 - 07:43 WIB
Eliminasi Ancaman Tahun...
Eliminasi Ancaman Tahun 2018
A A A
Bambang Soesatyo
Ketua Komisi III DPR RI Fraksi Partai Golkar/Ketua Badan Bela Negara Forum Komunikasi Putera-Puteri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI)

POLRI, dengan dukungan TNI dan intelijen, harus bekerja keras agar potensi ancaman sepanjang 2018 bisa direduksi hingga ke level paling minimal. Kerja keras itu diperlukan agar event pilkada se­rentak berjalan damai dan dua event besar berskala inter­nasional, pertemuan tahunan Bank Dunia-Dana Moneter Internasional (IMF) dan Asian Games 2018, bisa berlangsung tanpa gangguan berarti.

Bisa dipastikan hawa sejak memasuki bulan-bulan per­tama 2018, baik pemerintah pusat mau­pun pemerintah daerah (pro­­vinsi/kabu­paten/kota) akan sibuk luar biasa. Pe­merintah pusat cq Kemen­terian Pemuda dan Olahraga akan disibukkan dengan persiapan pelaksanaan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, serta beberapa kota pendukung lain. Selain itu, sebuah tim yang telah dibentuk Presiden juga harus mematangkan persiapan per­temuan tahunan Bank Dunia IMF di Bali. Tim itu bersama Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) harus ber­koordinasi dengan Pemprov Bali untuk memastikan ter­sedia­nya ragam akomodasi yang harus disiapkan untuk melayani 15.000 tamu dari ber­bagai negara.

Pada saat bersamaan, banyak pemerintah daerah juga harus mempersiapkan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pil­kada). Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mene­tap­kan tanggal pencoblosan Pilkada Serentak 2018 pada 27 Juni 2018 di 171 daerah pemilihan. Per ukuran, Pilkada Serentak 2018 memang lebih besar dari sebelumnya karena diseleng­gara­kan di 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Provinsi-provinsi besar seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah pun menyelenggarakan pemungutan suara pada hari yang sama.

Sejauh ini Polri sudah me­mantau dan mengidentifikasi daerah-daerah pemilihan yang rawan konflik pada momentum penyelenggaraan Pilkada 2018. Sejumlah kepolisian daerah pun telah merumuskan langkah-langkah preventif untuk men­cegah terjadi konflik. Menurut versi Polri, ada lima daerah rawan kon­flik, meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Papua. Namun, Polri juga perlu meng­garis­bawahi peringatan dari Menteri Dalam Negeri (Men­dagri) Tjahjo Kumolo. Mendagri meng­ingatkan bah­wa semua daerah penye­leng­gara Pil­kada Serentak 2018 ber­potensi tidak aman sebab isu ber­konten SARA dan ujaran ke­bencian men­jadi faktor yang ber­potensi memicu ke­rawan­an dalam pilkada.

Selain memberi per­hatian khusus bagi ke­amanan Pilkada Seren­tak 2018, pemerintah, Polri ,TNI, dan intelijen negara juga harus mem­beri perhatian lebih pada dua event besar berskala inter­nasional, yakni Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, serta event per­temuan tahunan Bank Dunia-IMF di Bali. Pada dua event itu, sejumlah kota akan didatangi tamu atau dele­gasi dari ratusan negara. Selain Jakarta, Bali, dan Palembang, tamu-tamu itu juga akan men­datangi beberapa titik di Jawa Barat, Banten, dan Lampung.

Asian Games 2018 rencana­nya diselenggarakan pada se­pan­jang periode 18 Agustus 2018-2 September 2018 di Jakarta dan Palembang, serta beberapa lokasi pendukung di Lampung, Jawa Barat, dan Banten. Mempertandingkan 41 cabang olahraga, meliputi 33 cabang olahraga olimpiade dan delapan cabang olahraga non­olimpiade. Asia Games 2018 di Indonesia diikuti 13.000 atlet dan ofisial. Pada hari pem­buka­an, sedikitnya 45 pemimpin ne­gara se-Asia dijadwalkan hadir. Pada event ini, jumlah tamu di­perkirakan bertambah dengan kemungkinan hadirnya pen­dukung dari masing-masing negara peserta dan wisatawan asing.

Per ukuran, pertemuan tahunan Bank Dunia IMF di Bali pun tidak kalah besarnya. Event ini akan didatangi 15.000 tamu atau delegasi dari 189 ne­gara. Pelaksanaan pertemuan tahun­an yang lazim disebut Inter­national Monetary Fund-World Bank Annual Meeting itu dijadwalkan pada Oktober 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center. Karena strategisnya event ini, pemerintah bahkan membentuk tim khusus untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan.

Agar penyelenggaraan tiga event besar sepanjang 2018 itu berjalan mulus minus gangguan serius, Polri, TNI, dan intelijen negara tentu saja harus me­waspadai serta mendeteksi potensi ancaman. Gangguan selalu saja ada, tetapi harus bisa diminimalisasi demi kredibili­tas bangsa dan negara. Pada event besar berskala inter­nasional se­perti Asian Games dan per­temu­an Bank Dunia-IMF itu se­lalu saja ada kelompok-kelompok yang coba menebar gangguan untuk mendapatkan perhatian dari komunitas internasional.

Migrasi Teroris
Dalam konteks itu, per­nyata­an Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein layak dan patut digarisbawahi oleh pimpinan Polri, TNI, dan Badan Intelijen Negara (BIN). Menhan Malaysia ini mengingatkan bahwa kelompok atau sel-sel teror di kawasan Asia Teng­gara sudah bertin­dak sebagai pelin­dung bagi para militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang melarikan diri Irak dan Suriah. Kelompok teror yang di­maksud Menhan Hishammuddin Hussein adalah Abu Sayyaf, Jamaah Islamiyah (JI), dan Mujahidin.

”Kelompok ini menem­pat­kan diri sebagai ‘home away from home’ bagi mereka yang melari­kan diri dari Mosul, Aleppo, dan Raqqa dan mereka bahkan me­nyatakan kesetiaan pada ke­khalifahan Daulah Islamiyah yang disebut ‘Wilayah Asia Timur’,” ungkap Hishammuddin saat meng­hadiri pertemuan para menhan dari negara-ne­gara yang tergabung Koalisi Pem­berantasan Terorisme Militer Islamis (IMCTC) di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (26/11).

Bagi Polri, TNI, dan BIN, apa yang dikemukakan menhan Malaysia itu tentu saja bukan informasi baru. Polri bahkan terus menugaskan Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri untuk memburu dan me­nyergap sejumlah orang yang diduga sebagai anggota sel-sel terorisme di dalam negeri. Tetapi, apa yang dikemukakan menhan Malaysia itu layak diterima untuk menyegarkan ingatan dan kewaspadaan nasional, mengingat Indonesia akan menjadi tuan rumah dari dua event besar berskala inter­nasional, Asian Games 2018 dan pertemuan Bank Dunia IMF.
Dua event berskala inter­nasional yang diselenggarakan di Indonesia itu akan menyedot perhatian dari komunitas inter­nasional. Anggota sel-sel teroris di Asia Tenggara pun akan mem­beri perhatian pada dua event besar itu. Lazimnya, dalam event besar seperti itu mereka akan mencari celah atau kesempatan untuk menunjukkan eksistensi mereka. Tidak tertutup ke­mung­­kinan jika mereka pun membidik dua event besar di Indonesia itu.

Kemungkinan itu patut di­kaitkan dengan ambisi bebe­rapa kelompok teror yang ingin membangun basis ISIS di Asia Tenggara. Setelah dilum­puh­kan di Irak dan Suriah, bukan tidak mungkin mereka semakin menggebu-gebu untuk mereal­isasikan basis ISIS di kawasan ini. Pergerakan anggota sel-sel teror di kawasan ini masih sa­ngat aktif. Awal November 2017 misalnya pihak berwe­nang Filipina harus menangkap dan menahan seorang WNI yang diduga ingin bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf di Marawi, Filipina Selatan.

Selain Pilkada 2018 yang harus berlangsung damai, Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang serta pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali pun harus bebas dari ancaman teror. Itulah kewajiban yang harus dilaksanakan demi kredibilitas bangsa dan negara. Polri, TNI, dan BIN diyakini sudah me­miliki beberapa catatan tentang potensi ancaman itu.

Sekecil apa pun potensi ancaman itu hendaknya segera dieliminasi agar delegasi dari ratusan negara yang akan ber­kunjung ke Indonesia boleh me­rasakan nyaman dan indahnya negeri ini.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1026 seconds (0.1#10.140)