Generasi Muda Harus Cerdas Hadapi Ancaman Radikalisme
A
A
A
JAKARTA - Generasi muda dinilai memegang peran penting untuk kekuatan bangsa. Oleh karena itu, energi generasi muda perlu diarahkan kepada hal-hal yang positif.
Hal itu diungkapkan Muhammad Sofyan Tsauri, Rabu 1 November 2017. Sosok ini dikenal sebagai mantan polisi yang juga mantan kombatan teroris pengikut jaringan Al Qaeda.
Saat ini Sofyan Tsauri aktif membantu pemerintah dalam menyuarakan perdamaian dan antiradikalisme terorisme.
“Generasi muda memegang sebuah peranan yang penting bagi kekuatan suatu bangsa. Banyak orang bijak mengatakan bahwa pemuda ini mempunyai energi yang lebih dan mempunyai idealisme yang kuat. Alangkah baiknya bila energi itu diarahkan pada hal-hal positif yang lebih bermanfaat bagi sesama manusia, membangun bangsa dan negara,” tutur Sofyan, seperti dalam siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Dia pun mengungkapkan pepatah Arab yang menyatakan sesungguhnya pemuda itu adalah tonggak umat. “Kalau dia mundur maka mundurlah umat ini, namun apabila ia maju maka maju lah umat ini,” lanjut Sofyan.
Selain itu, kata dia, pemuda memiliki idealisme yang kuat. Mereka bahkan enggan mengekor begitu saja dengan apa yang diwariskan orangtua.
Menurut dia, generasi muda juga haus ilmu dan informasi dan hal inilah yang kini dimanfaatkan kelompok radikal untuk melakukan propaganda untuk merekrut anggota baru, yaitu generasi muda.
“Karena itu kita harus bekali generasi muda dengan pengetahuan dan ilmu positif, terutama ideologi dan kebangsaan. Ini penting karena masa depan bangsa ini berada di tangan generasi muda,” ucapnya.
Sofyan meminta generasi muda Indonesia untuk bisa mengambil pelajaran dari perjalanan sejarah bangsa. Pasalnya, bangsa Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berawal dari Sumpah Pemuda 1928.
Nilai dan semangat Sumpah Pemuda dikatakannya harus terus diteladani agar mereka tidak salah jalan seperti yang pernah dilakukan saat terjerumus pada kelompok radikal terorisme.
“Generasi muda harus cerdas dalam mengaktualisasi diri terutama dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme,” tutur Sofyan.
Menurut dia, generasi muda harus mempunyai karakter dan jati diri. Indonesia adalah bangsa majemuk dan menghargai perbedaan. Jangan sampai semangat membangun dan mengaktualisasi diri dengan kemajuan teknologi, dikotori oleh ajaran ujaran kebencian.
Belajar dari pelajaran hidupnya, Sofyan mengajak generasi muda untuk menyalurkan energi mereka untuk pembangunan. Selain itu dalam rangka membentuk karakter bangsa, generasi muda jangan ternoda oleh paham-paham yang merusak .
“Ancaman radikalisme adalah ancaman besar, ancaman yang sangat serius bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Maksudnya paham-paham yang tidak mengerti tentang toleransi, tidak mengerti tentang kemajemukan yang ada di Indonesia sehingga itu menjadi pemicu perpecahan,” kata Sofyan.
Hal itu diungkapkan Muhammad Sofyan Tsauri, Rabu 1 November 2017. Sosok ini dikenal sebagai mantan polisi yang juga mantan kombatan teroris pengikut jaringan Al Qaeda.
Saat ini Sofyan Tsauri aktif membantu pemerintah dalam menyuarakan perdamaian dan antiradikalisme terorisme.
“Generasi muda memegang sebuah peranan yang penting bagi kekuatan suatu bangsa. Banyak orang bijak mengatakan bahwa pemuda ini mempunyai energi yang lebih dan mempunyai idealisme yang kuat. Alangkah baiknya bila energi itu diarahkan pada hal-hal positif yang lebih bermanfaat bagi sesama manusia, membangun bangsa dan negara,” tutur Sofyan, seperti dalam siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Dia pun mengungkapkan pepatah Arab yang menyatakan sesungguhnya pemuda itu adalah tonggak umat. “Kalau dia mundur maka mundurlah umat ini, namun apabila ia maju maka maju lah umat ini,” lanjut Sofyan.
Selain itu, kata dia, pemuda memiliki idealisme yang kuat. Mereka bahkan enggan mengekor begitu saja dengan apa yang diwariskan orangtua.
Menurut dia, generasi muda juga haus ilmu dan informasi dan hal inilah yang kini dimanfaatkan kelompok radikal untuk melakukan propaganda untuk merekrut anggota baru, yaitu generasi muda.
“Karena itu kita harus bekali generasi muda dengan pengetahuan dan ilmu positif, terutama ideologi dan kebangsaan. Ini penting karena masa depan bangsa ini berada di tangan generasi muda,” ucapnya.
Sofyan meminta generasi muda Indonesia untuk bisa mengambil pelajaran dari perjalanan sejarah bangsa. Pasalnya, bangsa Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berawal dari Sumpah Pemuda 1928.
Nilai dan semangat Sumpah Pemuda dikatakannya harus terus diteladani agar mereka tidak salah jalan seperti yang pernah dilakukan saat terjerumus pada kelompok radikal terorisme.
“Generasi muda harus cerdas dalam mengaktualisasi diri terutama dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme,” tutur Sofyan.
Menurut dia, generasi muda harus mempunyai karakter dan jati diri. Indonesia adalah bangsa majemuk dan menghargai perbedaan. Jangan sampai semangat membangun dan mengaktualisasi diri dengan kemajuan teknologi, dikotori oleh ajaran ujaran kebencian.
Belajar dari pelajaran hidupnya, Sofyan mengajak generasi muda untuk menyalurkan energi mereka untuk pembangunan. Selain itu dalam rangka membentuk karakter bangsa, generasi muda jangan ternoda oleh paham-paham yang merusak .
“Ancaman radikalisme adalah ancaman besar, ancaman yang sangat serius bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Maksudnya paham-paham yang tidak mengerti tentang toleransi, tidak mengerti tentang kemajemukan yang ada di Indonesia sehingga itu menjadi pemicu perpecahan,” kata Sofyan.
(dam)