Sekjen PDIP: Politik Bukan Semata Merebut Kekuasaan

Selasa, 10 Oktober 2017 - 18:56 WIB
Sekjen PDIP: Politik Bukan Semata Merebut Kekuasaan
Sekjen PDIP: Politik Bukan Semata Merebut Kekuasaan
A A A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengakui pentingnya menggunakan politik untuk alat perjuangan.

Namun, kata dia, berpolitik tidak selalu berarti tentang kekuasaan karena politik juga mengenai kebudayaan.

Hal itu diungkapkan Hasto di hadapan ratusan kader PDIP saat acara Konsolidasi Organisasi Internal Partai di Graha Intan Balarea, Garut, Jawa Barat, Selasa (10/10/2017).

"Politik itu tidak semata kekuasaan dan merebut kekuasaan. Politik juga soal kebudayaan, soal disiplin, soal tertib untuk tidak membuang sampah di selokan atau sungai. Politik merupakan keseluruhan hal tentang kehidupan dan penghidupan rakyat jelata," ujarnya.

Memelihara lingkungan tetap bersih, lanjut Hasto, salah satu faktor penting agar alam raya Indonesia yang indah terawat baik.

Dia menegaskan PDIP bertekad membumikan politik untuk menjawab berbagai persoalan rakyat bawah.

PDIP dikatakannya juga menaruh perhatian terhadap upaya menjaga kebersihan sungai. "Sungai adalah halaman terdepan kita. Jangan pernah buang sampah di sungai. Buanglah sampah pada tempatnya agar kita terbiasa hidup bersih. Bersih secara lahir dan batin," kata Hasto.

Menjelaskan soal politik dan budaya, Hasto mencoba mengangkat kembali ruh perjuangan PDIP.

"Jangan pernah menyakiti rakyat kecil. Mereka harus menjadi dasar kebijakan politik partai", kata Hasto sambil menjelaskan tayangan film pendek berjudul Bung Karno: Aku Melihat Indonesia.

Hasto mengatakan, penting bagi partai untuk menjadikan wong cilik sebagai tempat berkhidmat. "Berpartai harus memikirkan kesejahteraan rakyat. Partai jangan ramai saat menjelang pilkada saja. Partai harusnya berjuang membangun peradaban," tuturnya.

Menurut dia, Dekolah Partai, kaderisasi kepemimpinan partai dan sekolah para calon kepala daerah adalah jalan politik membangun peradaban yang menjadi ciri PDI Perjuangan.

Warga PDI Perjuangan, lanjut Hasto, mewarisi semangat nasionalisme yang telah dibangun oleh Bung Karno untuk bangsa ini. Dengan rekam sejarah yang panjang itu, semangat kepartaian tidak seharusnya melemah.

"Untuk membumikan Pancasila maka mestinya nasionalisme kita harus terus berkobar-kobar," terang Hasto.

Dalam penjelasannya tentang Pancasila, Hasto menegaskan Pancasila hadir sebagai pemersatu bangsa yang majemuk ini.

Indonesia hanya mungkin tetap utuh, kata Hasto, kalau bangsa ini istiqamah mengikuti jalan Pancasila agar semakin berdaulat, berdikari dan berkebudayaan.

Hasto juga menjelaskan pentingnya kader memahami bagaimana sejarah mencatat kedekatan Bung Karno dengan Muhammadiyah dan NU.

"Api nasionalisme Islam Bung Karno mampu menekan pimpinan Uni Sovyet saat itu untuk menemukan makam Imam Al Buchori," ucapnya.

Demikian juga, kata dia, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnowati yang menaruh perhatian besar terhadap Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Hal tersebut, kata dia, sebagai kelanjutan tradisi Bung Karno yang belajar Islam dengan ulama-ulama besar Islam seperti HOS Tjokroaminoto, KH Hasyim Asyari dan KH Achmad Dahlan.

"Dalam alam pikirnya, Bung Karno banyak mengambil inspirasi dari Muhammadiyah dan dalam kultur beragama yang berkebudayaan Bung Karno dekat dengan NU," ucapnya.

Atas dasar hal tersebut, Hasto meminta seluruh kader Partai membangun dialog dan hadir sebagai jembatan persaudaraan bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

Acara ditutup dengan pemberian bantuan pembangunan kantor partai secara bergotong-royong. Secara spontan, terkumpul dana sebesar Rp550 juta.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8250 seconds (0.1#10.140)
pixels