Jadi Partai Modern, PDIP Dinilai Tak Tinggalkan Elan Kerakyatan

Rabu, 04 Januari 2023 - 13:56 WIB
loading...
Jadi Partai Modern, PDIP Dinilai Tak Tinggalkan Elan Kerakyatan
PDIP dalam 10 tahun terakhir dinilai telah bertransformasi menjadi partai modern tanpa meninggalkan ideologi sebagai partai wong cilik. FOTO/DOK.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) dinilai telah bertransformasi menjadi partai modern selama 10 tahun terakhir. Menariknya, partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu tidak meninggalkan ideologi atau khittahnya sebagai partai Wong Cilik.

Hal ini disampaikan Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi memberikan pandangannya terhadap PDIP yang akan memasuki usia 50 tahun pada 10 Januari 2023. Perayaan ulang tahun emas PDIP akan digelar di Jakarta dengan mengusung tema Genggam Tangan Persatuan dengan Jiwa Gotong Royong dan Semangat Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam dengan subtema Persatuan Indonesia untuk Indonesia Raya. Presiden Joko Widodo dijadwalkan hadir dalam acara tersebut.

"Menurut saya dari semua partai politik, hanya PDIP yang menunjukkan marwahnya sebagai partai modern tapi tidak meninggalkan elan (semangat perjuangan) dia, elan partai sebagai partai kerakyatan," kata Ari kepada waratawan, Rabu (4/1/2023).

Baca juga: Romo Benny Sebut PDIP Partai Modern yang Kekuatannya pada Struktur Organisasi

Menjadi partai modern, kata Ari, bukanlah tiba-tiba bagi PDIP. Jalan panjang partai berlambang Banteng Moncong Putih ini sudah teruji, sejak melawan rezim otoriter Orde Baru sampai menjadi oposisi setelah Reformasi. Ia bahkan menilai, perpolitikan di Tanah Air menjadi berwarna sejak PDIP berada di pemerintahan dan menempatkan banyak kadernya memimpin eksekutif dan legislatif. Terbukti, PDIP bertindak ketika si lemah mendapatkan tekanan dari kelompok-kelompok esktremis dan berusaha mengganti ideologi Pancasila.

"PDIP tidak boleh di luar pemerintahan. Apalagi semangatnya hattrick, tidak hanya hattrick tapi seterusnya. Saya tidak bisa membayangkan di Republik ini tidak ada PDIP. Bagaimana tindakan intoleransi, antikebinekaan, tidak ada menjadi pelawan atau pembela dari Pancasila-NKRI. Menurut saya eksistensi dari PDIP tidak boleh berhenti," ucap Dosen Universitas Indonesia (UI) ini.

Hal lain menjadi catatan Ari adalah bagaimana PDIP tidak terjebak pada pragamatisme politik, yang hanya sibuk ketika pemilu akan digelar. Politik disederhanakan dan didekatkan lewat banyak aktivitas di keseharian hidup rakyat. Sosialiasi mitigasi kebencanaan, edukasi stunting, pembentukan organ partai di bidang kebudayaan, mempertahankan sertifikat ISO, pengakuan sebagai satu-satunya partai politik bahkan di Asia Tenggara sebagai organisasi berstandar internasiol lewat penilaian sistem manajemen dan mutu layanan.

Semua capaian itu juga tanpa meninggalkan proses kaderisasi yang rutin dilakukan lewat Sekolah Kepemimpinan Kader di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta dan masifnya pembangunan gedung partai di seluruh Indonesia. Ari menambahkan, kerja-kerja politik PDIP dilaksanakan secara profesional.

"Itu karena satu ada soliditas partai yang diketuai Ibu Megawati Soekarnoputri. Partai itu adalah ruhnya di Ibu Mega. Ada sistem kesekertariatan partai yang dibangun," kata Doktor Komunikasi Politik ini.

Menurut Ari, era Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memperlihatkan administrasi perkantoran diatur dengan manajemen modern. Ada aplikasi layanan yang dibuat dan semua badan-badan partai berjalan. Hal itu menjadi pembeda dengan partai lain karena PDIP tidak hanya mengurus politik, tapi juga mengurusi gizi rakyat lewat resep masakan.

"Sekarang PDIP itu bisa disebut sebagai partai pelopor, partai inisiator, menjadi awal. Menjadi penemu awal gerakan-gerakan partai modern. Contohnya sekolah kepemimpinan di Sekolah Partai, itu kan PDIP yang punya. Dan harus diakui partai-partai lain menjadi follower-nya," kata Ari.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1641 seconds (0.1#10.140)