Poros Maritim Bollywood

Sabtu, 23 September 2017 - 08:12 WIB
Poros Maritim Bollywood
Poros Maritim Bollywood
A A A
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute (Namarin)

BARANGKALI tidak ada orang di dunia ini yang tidak kenal dengan industri perfilman India. Lazim disebut Bollywood, sektor yang satu ini sudah mengglobal persis seperti bisnis perfilman negeri Paman Sam yang namanya disematkan pada India, yaitu Hollywood. Namun, tidak begitu halnya dengan bidang kemaritiman. Hampir dapat dipastikan tidak banyak orang yang tahu bahwa bidang kemaritiman India juga menggeliat aktif. Jika upaya ini kelak berjalan penuh, India akan menjadi salah poros maritim dunia.

Poros maritim India, kita sebut saja poros maritim Bollywood untuk mudahnya, bertumpu pada Sagar Mala. Apa itu Sagar Mala? Sagar Mala adalah inisiatif yang diluncurkan oleh Kementerian Pelayaran pada 31 Juli 2015 untuk memodernisasi pelabuhan-pelabuhan di seluruh India. Adapun jumlah pelabuhan yang akan dimodernisasi sebanyak 12 pelabuhan yang tersebar di beberapa daerah di India.

Pemerintah India menaksir program tersebut akan menyedot investasi senilai USD120 miliar. Di lapangan, proyek yang terbilang ambisius dalam sejarah kemaritiman India modern itu akan dijalankan oleh berbagai kementerian/badan dan pemerintah negara bagian dengan skema private public partnership (PPP). Tepat setahun lalu Kabinet India menyetujui pendirian Sagar Mala Development Company dengan tujuan agar dapat mendorong lebih kencang proyek-proyek yang sudah disusun.

Dalam Sagar Mala Project ada pembangunan, antara lain, enam mega port baru yang berlokasi di Sagar Island (negara bagian Bengal Barat), Paradip Outer Harbour (Odisha), Sirkhazi (Tamil Nadu), Enayam (Tamil Nadu), Belikeri (Karnataka) dan Vadhavan (Maharashtra). Tak hanya pelabuhan, ada 1.208 pulau/kawasan pesisir yang juga akan dikembangkan dalam skema Sagar Mala Project ini. Agar program berjalan sesuai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, dibentuklah sebuah tim pengarah yang terdiri atas menteri-menteri yang membidangi pelayaran, pelabuhan, dan sektor kemaritiman lain.

Geliat kemaritiman India melengkapi predikat naval power yang telah dicapainya terlebih dulu sejak lama sehingga negara ini patut digolongkan sebagai kuasa maritim (maritime power ) di kawasan bersama China dan Jepang. Dan, achievement India ini sepertinya sudah dipatrikan ke dalam jati dirinya melalui kosmologi Mandala dan Mandala -Negara yang terdapat dalam filosofi Hindu-Buddha sejak dulu kala (Sakhuja, 2011).

Tidak ada kriteria baku mengenai maritime power dan negara yang mengklaim atau disebut telah menggenggamnya harus memiliki apa saja. Tetapi, biasanya maritime power ditandai dua karakteristik yang menonjol: kekuatan angkatan laut yang cukup dan kekuatan ekonomi (maritim) yang andal. Apakah satu maritime power tertentu harus menggenggam keduanya sekaligus atau cukup satu saja, juga tidak ada aturan standar. Yang jelas, menjadi kuasa maritim adalah target paling tinggi yang harus dicapai oleh sebuah negara yang mencoba "bermain" dengan laut. Jadi, tidak hanya sebagai poros maritim dunia yang tidak jelas apa ukurannya.

Poros Maritim Bollywood dan PMD

Poros maritim Bollywood, sekali lagi terma ini hanya untuk memudahkan pembahasan, mencuat saat beberapa negara-negara di kawasan Asia juga berupaya menjadi maritime power . China adalah salah satunya. Dan India, pada derajat tertentu, mengarahkan kuasa maritim yang ada pada dirinya untuk mengimbangi gerak maju ambisi maritim negeri Tirai Bambu di kawasan. Hubungan India dan China memang tidak terlalu mesra kendati mereka cukup berdekatan secara geografis.

Salah satu yang menjadi concern India atas program poros maritim dunia China atau belt and road intiative (BRI) adalah China-Pakistan Economic Corridor, yang menghubungkan Kasgar dengan Gwadar Port. Konektivitas ini dan melintasi wilayah Kashmir dan Gilgit-Baltistan yang diklaim India sebagai teritorinya. Kita semua tahu, hubungan India dan Pakistan juga tidak mesra. Kedekatan China dan Pakistan inilah yang menjadi batu sandungan mengapa India menyambut dingin BRI, padahal negara besar sekelas Rusia sudah terlibat dalam program yang digagas oleh Presiden Xi Jinping tersebut.

Kendati demikian, India berkenan bergabung ke dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), lembaga keuangan internasional yang dibentuk khusus untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di kawasan yang darinya China paling banyak mendapatkan pembiayaan bagi ambisi poros maritim dunianya. Indonesia juga anggota AIIB, namun entah bagaimana awal ceritanya setiap merencanakan atau menjalin kerja sama dengan China dalam skema BRI ada kesan bahwa cukongnya adalah China. Bisa jadi dana China itu adalah pinjaman dari AIIB.

Lalu, bagaimana hubungan antara poros maritim Bollywood dan poros maritim dunia besutan Presiden Joko Widodo? Poros maritim Bollywood hadir dengan latar belakang kebijakan politik luar negeri India yang lebih berkiblat ke timur (Act East ). Yang dimaksud timur dari sudut pandang India adalah Asia Tenggara. Sebagai negara terbesar yang berada di kawasan Asia Tenggara, kebijakan India tersebut dapat dimaknai sebagai tawaran terbuka negara itu kepada kita untuk bekerja lebih erat dalam bidang kemaritiman.

Sejauh ini hubungan kemaritiman kedua negara lebih banyak diwarnai kerja sama di bidang pertahanan, khususnya antara TNI AL dan Indian Navy. Angkatan Laut kedua negara sudah berkali-kali melakukan latihan bersama dan kapal perang masing-masing angkatan laut saling bertukar kunjungan persahabatan. Ada keinginan kuat TNI AL agar kerja sama dengan India Navy dapat ditingkatkan, misalnya, dilibatkan dalam latihan Malabar yang sejauh ini hanya melibatkan AS, Jepang, dan India.

Di luar tiga negara tersebut, cuma Australia dan Singapura yang pernah diundang. Di samping itu, TNI AL berharap KRI dapat diizinkan bersandar di Visakhapatnam, markas Indian Navy untuk kawasan timur dan disebut-sebut sebagai pool bagi mesin-mesin perang laut tercanggih yang dimiliki India.

Di bidang perekonomian maritim, hubungan poros maritim Bollywood dan poros maritim dunia (PMD) dapat diwujudkan dengan membangun konektivitas antarpelabuhan, antara lain pada rute Andaman-Nikobar dan Pulau Sabang yang hanya berjarak 18 mil laut. Barangkali gagasan ini bisa dimulai dengan menjalin hubungan persaudaraan pelabuhan (sister port ) antara kedua wilayah. Tak ketinggalan, mengingat India merupakan salah negara yang terkenal sangat maju dalam teknologi informasi hubungan poros maritim Bollywood dan PMD dapat pula dimanfaatkan untuk mempercepat proses otomatisasi pelabuhan yang ada di Indonesia. Semoga.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5447 seconds (0.1#10.140)