Milenial Nusantara: Wajah Masa Depan Indonesia
A
A
A
Hasanuddin Ali
Peneliti Sosial dan Marketing Alvara Research Center
PIRAMIDA penduduk Indonesia terus bergerak menuju piramida penduduk dengan komposisi usia yang gemuk di tengah. Berdasarkan proyeksi piramida penduduk Indonesia yang dilakukan BPS, menunjukkan pada 2020 penduduk Indonesia paling banyak akan berada dalam rentang usia 20-34 tahun. Tahun 2020 penduduk Indonesia yang berusia 20-39 tahun sebesar 34%. Itu artinya penduduk Indonesia akan banyak diisi generasi muda yang produktif.
Generasi muda inilah yang kemudian disebut Generasi Y atau kebanyakan orang menyebutnya Milenial. Generasi Milenial adalah generasi yang lahir tahun 1981-1999. Generasi yang lahir sebelumnya disebut Generasi X, dan generasi yang lahir sesudah Generasi Milenial adalah Generasi Z.
Berbeda dengan Generasi X, Generasi Milenial adalah generasi yang sangat bergantung pada teknologi terutama internet. Mereka mengonsumsi internet tiga kali lipat lebih sering dibandingkan Generasi X. Bagi Generasi Milenial, koneksi internet sudah menjadi kebutuhan utama di samping kebutuhan pokok lainnya. Generasi Milenial tidak bisa lepas dari gadget terutama smartphone, mereka menggunakan fitur-fitur smartphone dua kali lipat dibandingkan Generasi X.
Perilaku kebergantungan terhadap internet ini pada akhirnya berpengaruh terhadap pembentukan karakter Generasi Milenial. Ada tiga karakter utama yang melekat pada Generasi Milenial, yaitu Connected, Creative , dan Confidence (3C). Connected , mereka adalah pribadi yang pandai bersosialisasi terutama dalam komunitas yang mereka ikuti. Mereka juga aktif berselancar di media sosial dan internet. Generasi Milenial sangat fasih menggunakan Facebook, Twitter, Path, dan Instagram maupun media sosial yang lain.
Creative , mereka adalah orang-orang yang biasa berpikir out of the box , kaya akan ide dan gagasan, serta mampu mengomunikasikan ide dan gagasan itu dengan cemerlang. Generasi Milenial termasuk generasi kreatif, salah satu bukti yang menunjukkan adalah tumbuhnya industri startup dan industri kreatif lain yang dimotori anak muda.
Confidence , mereka adalah orang yang sangat percaya diri, berani mengemukakan pendapat, dan tidak sungkan berdebat di depan publik. Karakter tersebut terkonfirmasi jika kita melihat Generasi Milenial tak sungkan berdebat melalui media sosial.
Selain tiga karakter utama di atas, Generasi Milenial juga memiliki sifat multitasking. Mereka terbiasa melakukan berbagai aktivitas secara bersamaan. Mengapa demikian? Karena mereka terbiasa menerima beragama informasi yang begitu cepat sehingga mereka dituntut untuk terbiasa menangani berbagai persoalan secara simultan.
Sebagian besar Generasi Milenial ini tinggal di perkotaan, karena ini selaras dengan tren yang terjadi di Indonesia. Menurut prediksi BPS, 56,7% penduduk Indonesia pada 2020 tinggal di wilayah perkotaan. Kalau kita bedah lebih detail, seluruh provinsi di Jawa, penduduk yang tinggal di perkotaan sudah di atas 52%, bahkan di Jawa Barat yang tinggal wilayah perkotaan mencapai 78,7%.
Tiga karakter Milenial berpengaruh terhadap perilaku mereka sehari-hari. Sebagai contoh, mereka lebih percaya kepada informasi yang sifatnya interaktif daripada informasi searah, mereka juga lebih memilih ponsel dibandingkan harus menonton televisi. Di tempat kerja, Generasi Milenial memilik kecenderungan tidak loyal terhadap tempat mereka bekerja, namun di sisi lain mereka bisa bekerja lebih efektif dibandingkan generasi sebelumnya. Dari sisi transaksi keuangan, Generasi Milenial semakin jarang memegang uang tunai. Mereka lebih menyukai transaksi secara cashless.
Bagi dunia bisnis dan ekonomi, kehadiran Generasi Milenial ini harus disambut dengan positif sembari menyiapkan strategi yang tepat untuk menyasar mereka. Karena sebagian besar Generasi Milenial menghabiskan waktunya di internet dan media sosial, perusahaan-perusahaan suka tidak suka juga harus hadir secara aktif di media sosial. Hal ini penting dilakukan karena Generasi Milenial merupakan generasi "kepo". Sebelum memutuskan pembelian suatu produk, mereka terlebih dahulu akan secara aktif mencari informasi melalui internet maupun sosial media.
Secara ekonomi, jumlah Generasi Milenial yang besar adalah menjadi potensi pasar yang menggiurkan, pola konsumsi yang berubah yang berbasis pada internet harus diantisipasi oleh perusahaan-perusahaan yang menyasar Generasi Milenial. Hal ini juga selaras dengan tren kelas menengah Indonesia besar, kelas menengah Indonesia yang memiliki daya beli tinggi, dan cenderung konsumtif ini mencapai 62,8%.
Di sisi lain, besarnya Generasi Milenial bisa menjadi pedang bermata dua, bisa menjadi potensi, juga bisa menjadi bencana bagi Indonesia. Pemerintah dituntut memiliki roadmap kebijakan yang tepat untuk Generasi Milenial.
Karakter Generasi Milenial yang kreatif harus dimanfaatkan oleh pemerintah dengan membuka ruang bagi mereka untuk mengaktualisasikan segala kreativitasnya sehingga berbagai kreativitas itu bisa bernilai secara ekonomis. Semangat kewirausahaan Generasi Milenial yang tinggi ini harus difasilitasi oleh pemerintah sehingga mendorong munculnya lebih banyak lagi startup-startup di berbagai wilayah Indonesia.
Pada akhirnya, wajah Indonesia ke depan akan ditentukan Generasi Milenial, mereka adalah generasi emas yang akan membawa Indonesia menuju dunia tanpa sekat bersaing dengan negara-negara lain, karena sejatinya tren Generasi Milenial ini bukan hanya tren lokal Indonesia, melainkan juga menjadi tren dunia saat ini.
Peneliti Sosial dan Marketing Alvara Research Center
PIRAMIDA penduduk Indonesia terus bergerak menuju piramida penduduk dengan komposisi usia yang gemuk di tengah. Berdasarkan proyeksi piramida penduduk Indonesia yang dilakukan BPS, menunjukkan pada 2020 penduduk Indonesia paling banyak akan berada dalam rentang usia 20-34 tahun. Tahun 2020 penduduk Indonesia yang berusia 20-39 tahun sebesar 34%. Itu artinya penduduk Indonesia akan banyak diisi generasi muda yang produktif.
Generasi muda inilah yang kemudian disebut Generasi Y atau kebanyakan orang menyebutnya Milenial. Generasi Milenial adalah generasi yang lahir tahun 1981-1999. Generasi yang lahir sebelumnya disebut Generasi X, dan generasi yang lahir sesudah Generasi Milenial adalah Generasi Z.
Berbeda dengan Generasi X, Generasi Milenial adalah generasi yang sangat bergantung pada teknologi terutama internet. Mereka mengonsumsi internet tiga kali lipat lebih sering dibandingkan Generasi X. Bagi Generasi Milenial, koneksi internet sudah menjadi kebutuhan utama di samping kebutuhan pokok lainnya. Generasi Milenial tidak bisa lepas dari gadget terutama smartphone, mereka menggunakan fitur-fitur smartphone dua kali lipat dibandingkan Generasi X.
Perilaku kebergantungan terhadap internet ini pada akhirnya berpengaruh terhadap pembentukan karakter Generasi Milenial. Ada tiga karakter utama yang melekat pada Generasi Milenial, yaitu Connected, Creative , dan Confidence (3C). Connected , mereka adalah pribadi yang pandai bersosialisasi terutama dalam komunitas yang mereka ikuti. Mereka juga aktif berselancar di media sosial dan internet. Generasi Milenial sangat fasih menggunakan Facebook, Twitter, Path, dan Instagram maupun media sosial yang lain.
Creative , mereka adalah orang-orang yang biasa berpikir out of the box , kaya akan ide dan gagasan, serta mampu mengomunikasikan ide dan gagasan itu dengan cemerlang. Generasi Milenial termasuk generasi kreatif, salah satu bukti yang menunjukkan adalah tumbuhnya industri startup dan industri kreatif lain yang dimotori anak muda.
Confidence , mereka adalah orang yang sangat percaya diri, berani mengemukakan pendapat, dan tidak sungkan berdebat di depan publik. Karakter tersebut terkonfirmasi jika kita melihat Generasi Milenial tak sungkan berdebat melalui media sosial.
Selain tiga karakter utama di atas, Generasi Milenial juga memiliki sifat multitasking. Mereka terbiasa melakukan berbagai aktivitas secara bersamaan. Mengapa demikian? Karena mereka terbiasa menerima beragama informasi yang begitu cepat sehingga mereka dituntut untuk terbiasa menangani berbagai persoalan secara simultan.
Sebagian besar Generasi Milenial ini tinggal di perkotaan, karena ini selaras dengan tren yang terjadi di Indonesia. Menurut prediksi BPS, 56,7% penduduk Indonesia pada 2020 tinggal di wilayah perkotaan. Kalau kita bedah lebih detail, seluruh provinsi di Jawa, penduduk yang tinggal di perkotaan sudah di atas 52%, bahkan di Jawa Barat yang tinggal wilayah perkotaan mencapai 78,7%.
Tiga karakter Milenial berpengaruh terhadap perilaku mereka sehari-hari. Sebagai contoh, mereka lebih percaya kepada informasi yang sifatnya interaktif daripada informasi searah, mereka juga lebih memilih ponsel dibandingkan harus menonton televisi. Di tempat kerja, Generasi Milenial memilik kecenderungan tidak loyal terhadap tempat mereka bekerja, namun di sisi lain mereka bisa bekerja lebih efektif dibandingkan generasi sebelumnya. Dari sisi transaksi keuangan, Generasi Milenial semakin jarang memegang uang tunai. Mereka lebih menyukai transaksi secara cashless.
Bagi dunia bisnis dan ekonomi, kehadiran Generasi Milenial ini harus disambut dengan positif sembari menyiapkan strategi yang tepat untuk menyasar mereka. Karena sebagian besar Generasi Milenial menghabiskan waktunya di internet dan media sosial, perusahaan-perusahaan suka tidak suka juga harus hadir secara aktif di media sosial. Hal ini penting dilakukan karena Generasi Milenial merupakan generasi "kepo". Sebelum memutuskan pembelian suatu produk, mereka terlebih dahulu akan secara aktif mencari informasi melalui internet maupun sosial media.
Secara ekonomi, jumlah Generasi Milenial yang besar adalah menjadi potensi pasar yang menggiurkan, pola konsumsi yang berubah yang berbasis pada internet harus diantisipasi oleh perusahaan-perusahaan yang menyasar Generasi Milenial. Hal ini juga selaras dengan tren kelas menengah Indonesia besar, kelas menengah Indonesia yang memiliki daya beli tinggi, dan cenderung konsumtif ini mencapai 62,8%.
Di sisi lain, besarnya Generasi Milenial bisa menjadi pedang bermata dua, bisa menjadi potensi, juga bisa menjadi bencana bagi Indonesia. Pemerintah dituntut memiliki roadmap kebijakan yang tepat untuk Generasi Milenial.
Karakter Generasi Milenial yang kreatif harus dimanfaatkan oleh pemerintah dengan membuka ruang bagi mereka untuk mengaktualisasikan segala kreativitasnya sehingga berbagai kreativitas itu bisa bernilai secara ekonomis. Semangat kewirausahaan Generasi Milenial yang tinggi ini harus difasilitasi oleh pemerintah sehingga mendorong munculnya lebih banyak lagi startup-startup di berbagai wilayah Indonesia.
Pada akhirnya, wajah Indonesia ke depan akan ditentukan Generasi Milenial, mereka adalah generasi emas yang akan membawa Indonesia menuju dunia tanpa sekat bersaing dengan negara-negara lain, karena sejatinya tren Generasi Milenial ini bukan hanya tren lokal Indonesia, melainkan juga menjadi tren dunia saat ini.
(pur)