Pemuda dan Inovasi
A
A
A
Gies Andika
Mahasiswa Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Inovasi adalah kebutuhan yang tak bisa ditawar lagi, terlebih di era yang cepat dan dinamis seperti sekarang. Ia memiliki peranan penting di tengah perguliran perubahan yang terjadi terus menerus tanpa ber kompromi dengan siapa pun.
Menariknya adalah selalu ada konsekuensi yang harus diterima atas perubahan yang terjadi. Konsekuensi yang muncul bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif seperti yang pernah dialami beberapa perusahaan besar di dunia.
Mari kita lihat beberapa tahun ke belakang. Kita tentu tidak lupa dengan Nokia, sebuah perusahaan telepon raksasa yang merajai pasar global selama 14 tahun.
Ketika masa kejayaannya, hampir semua orang memiliki alat komunikasi nirkabel perusahaan ini. Bahkan ada yang memberi istilah produk ini sebagai HP sejuta umat. Selain itu semboyan connecting people yang dimilikinya begitu melekat di masyarakat.
Kedigdayaannya dalam pasar telepon seluler hampir tidak memiliki pesaing di era 2000-an. Namun, siapa sangka, 3 November 2013 kabar mengejutkan datang dari perusahaan asal Finlandia itu.
Unit bisnis perangkat dan layanan Nokia dibeli oleh Microsoft seharga USD7,2 miliar. Seluruh brand yang diusung Nokia beralih menjadi Microsoft. Suatu kondisi yang tak disangka. Kenapa ini bisa terjadi?
Bangkrutnya perusahaan Nokia ini disebabkan ketidakmampuan mereka menjawab kebutuhan zaman dan keengganan untuk berinovasi. Peristiwa menyedihkan ini menyiratkan pesan bahwa kita tidak boleh cepat puas atas hasil yang sudah dicapai.
Kita harus menyiapkan perencanaan jauh ke depan agar tetap survive terhadap perkembangan zaman. Inilah yang dikenal dengan inovasi.
Lalu apa kaitannya dengan pemuda? Soekarno pernah berkata, "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya dan beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia." Kalimat ini membuktikan betapa besarnya potensi yang dimiliki pemuda.
Pemuda adalah puncak tertinggi dari seluruh fase kehidupan. Ia memiliki semangat juang yang tinggi, memiliki terobosan yang mengagumkan, dan di tangan pemuda jualah banyak temuan baru dihasilkan.
Mark Zuckerberg misalnya berhasil menjadi miliarder termuda tahun 2008 karena inovasinya menemukan jejaring sosial bernama Facebook. Selain Zuckerberg, ada nama Ahmad Zacki.
Alumnus ITB ini sukses dengan e-commerce Bukalapak, juga dalam usia masih muda (pemuda). Sampai sekarang e-commerce yang digelutinya masih mampu bertahan di tengah persaingan yang cukup ketat.
Begitulah seharusnya seorang pemuda. Ia mesti sadar bahwa ia adalah seorang inovator yang diharapkan menghasilkan banyak inovasi yang bermanfaat untuk lingkungan di sekitarnya.
Ia juga harapan untuk menjadi tumpuan solusi dari peliknya masalah yang melanda. Pun di Indonesia, negeri ini masih sangat membutuhkan pemuda inovatif dalam berbagai sektor kehidupan, teknologi informasi, pendidikan, ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya.
Semoga kesadaran semacam ini terpatri kuat di pikiran para pemuda Indonesia. Kesadaran untuk tidak diam atas setiap permasalahan yang terjadi, kesadaran yang dapat meluaskan gelombang kebaikan ke seluruh penjuru, dan kesadaran yang mampu menggerakkan jiwa dan raganya untuk menjadi aktor perubahan di lingkungan masing-masing.
Mahasiswa Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Inovasi adalah kebutuhan yang tak bisa ditawar lagi, terlebih di era yang cepat dan dinamis seperti sekarang. Ia memiliki peranan penting di tengah perguliran perubahan yang terjadi terus menerus tanpa ber kompromi dengan siapa pun.
Menariknya adalah selalu ada konsekuensi yang harus diterima atas perubahan yang terjadi. Konsekuensi yang muncul bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif seperti yang pernah dialami beberapa perusahaan besar di dunia.
Mari kita lihat beberapa tahun ke belakang. Kita tentu tidak lupa dengan Nokia, sebuah perusahaan telepon raksasa yang merajai pasar global selama 14 tahun.
Ketika masa kejayaannya, hampir semua orang memiliki alat komunikasi nirkabel perusahaan ini. Bahkan ada yang memberi istilah produk ini sebagai HP sejuta umat. Selain itu semboyan connecting people yang dimilikinya begitu melekat di masyarakat.
Kedigdayaannya dalam pasar telepon seluler hampir tidak memiliki pesaing di era 2000-an. Namun, siapa sangka, 3 November 2013 kabar mengejutkan datang dari perusahaan asal Finlandia itu.
Unit bisnis perangkat dan layanan Nokia dibeli oleh Microsoft seharga USD7,2 miliar. Seluruh brand yang diusung Nokia beralih menjadi Microsoft. Suatu kondisi yang tak disangka. Kenapa ini bisa terjadi?
Bangkrutnya perusahaan Nokia ini disebabkan ketidakmampuan mereka menjawab kebutuhan zaman dan keengganan untuk berinovasi. Peristiwa menyedihkan ini menyiratkan pesan bahwa kita tidak boleh cepat puas atas hasil yang sudah dicapai.
Kita harus menyiapkan perencanaan jauh ke depan agar tetap survive terhadap perkembangan zaman. Inilah yang dikenal dengan inovasi.
Lalu apa kaitannya dengan pemuda? Soekarno pernah berkata, "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya dan beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia." Kalimat ini membuktikan betapa besarnya potensi yang dimiliki pemuda.
Pemuda adalah puncak tertinggi dari seluruh fase kehidupan. Ia memiliki semangat juang yang tinggi, memiliki terobosan yang mengagumkan, dan di tangan pemuda jualah banyak temuan baru dihasilkan.
Mark Zuckerberg misalnya berhasil menjadi miliarder termuda tahun 2008 karena inovasinya menemukan jejaring sosial bernama Facebook. Selain Zuckerberg, ada nama Ahmad Zacki.
Alumnus ITB ini sukses dengan e-commerce Bukalapak, juga dalam usia masih muda (pemuda). Sampai sekarang e-commerce yang digelutinya masih mampu bertahan di tengah persaingan yang cukup ketat.
Begitulah seharusnya seorang pemuda. Ia mesti sadar bahwa ia adalah seorang inovator yang diharapkan menghasilkan banyak inovasi yang bermanfaat untuk lingkungan di sekitarnya.
Ia juga harapan untuk menjadi tumpuan solusi dari peliknya masalah yang melanda. Pun di Indonesia, negeri ini masih sangat membutuhkan pemuda inovatif dalam berbagai sektor kehidupan, teknologi informasi, pendidikan, ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya.
Semoga kesadaran semacam ini terpatri kuat di pikiran para pemuda Indonesia. Kesadaran untuk tidak diam atas setiap permasalahan yang terjadi, kesadaran yang dapat meluaskan gelombang kebaikan ke seluruh penjuru, dan kesadaran yang mampu menggerakkan jiwa dan raganya untuk menjadi aktor perubahan di lingkungan masing-masing.
(nag)