Merengkuh Lailatul Qadar

Rabu, 21 Juni 2017 - 11:17 WIB
Merengkuh Lailatul Qadar
Merengkuh Lailatul Qadar
A A A
Faisal Ismail
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
dan Program Magister Studi Islam
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta

PALING tidak, ada tiga keistimewaan yang Allah kaitkan dan citrakan sebagai ciri khas keunikan, keagungan, dan kemuliaan bulan suci Ramadan.

Pertama,Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran. Kedua, Ramadan adalah bulan di mana umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan sebagai ibadah wajib. Ibadah puasa yang dilaksanakan para pengamalnya dengan penuh keimanan, kesadaran, kesungguhan, introspeksi diri, dan koreksi diri akan mampu menghapus dosa-dosa yang telah lalu yang dilakukan sebelumnya. Ketiga, Ramadan adalah bulan yang di dalamnya terdapat malam yang sangat istimewa dan sarat pahala yang disebut Lailatulkadar (Malam Kemuliaan).

Jika kita berhasil memaknai, meresapi, menghayati, dan beribadah secara intens, kreatif, dan produktif sepanjang bulan suci Ramadan, kita yakin dan percaya bahwa kita telah berhasil melakukan amalamal kebaikan dan kebajikan dan sekaligus memperoleh dan merengkuh Lailatulkadar yang dijanjikan oleh Allah. Allah adalah Sang Khalik, Sang Maha Pencipta manusia dan semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Allah tidak membiarkan manusia menjalani hidupnya di dunia ini tanpa pedoman dan petunjuk.

Maka Allah mengutus para nabi (25 nabi yang wajib diimani) pada kurun masanya masing-masing dengan membawa kitab suci sebagai pedoman, bimbingan, dan petunjuk bagi manusia. Nabi terakhir adalah Nabi Muhammad SAW yang diutus kepada manusia dengan membawa kitab suci Alquran. Alquran diturunkan oleh Allah dari Lauhul Mahfudz pada bulan suci Ramadan dan secara bertahap diwahyukan kepada Nabi Muhammad sepanjang karier kenabiannya selama 23 tahun (13 tahun di kurun waktu Mekkah dan 10 tahun pada periode Madinah).

Di sinilah letak keunikan dan keistimewaan bulan Ramadan sebagai bulan diturunkannya Alquran sebagai pedoman, bimbingan, dan petunjuk. Alquran (dan Sunah Nabi) merupakan dua pusaka abadi yang tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan sebagai pedoman, bimbingan, petunjuk, dan pegangan kebenaran bagi umat Islam. Allah adalah Zat Yang Maha Pemurah, Pengampun, dan Pemaaf kepada para hamba-Nya.

Allah memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya dan peluang yang seluas-luasnya kepada para hamba-Nya di bulan Ramadan untuk beramal secara intens, kreatif, dan produktif. Allah menjadikan Ramadan sebagai bulan untuk melakukan investasi amal dan tabungan akhirat yang akan mengantarkan manusia meraih amal-amal kebajikan dan kebaikan sebanyak-banyaknya. Ramadan adalah bulan pendidikan bagi muslim untuk secara intensif, kreatif, dan produktif melipatgandakan amal-amal individual dan amal-amal sosial yang memberikan manfaat dan menaruh kepedulian kepada sesama.

Ramadan adalah bulan kontemplatif untuk melakukan muhasabah, introspeksi diri, dan koreksi diri dalam bingkai intensifikasi taubat nasuha (menyesali segala dosa, tidak mengulangi dosa yang sama, dan mengimbanginya dengan memperbanyak amal kebajikan dan kebaikan). Dengan sifat- Nya Yang Maha Pemurah, Pengampun, dan Pemaaf, Allah menjadikan ibadah puasa Ramadan bagi para hamba-Nya sebagai medium dan metode ilahiah yang dapat menghapus dosadosa yang telah lalu yang dilakukan sebelumnya.

Di sinilah letak keunikan dan keistimewaan bulan suci Ramadan. Pada bulan suci Ramadan, Allah dengan segala sifatnya Yang Maha Pemurah, Maha Penebar Rahmah, dan Maha Pemberi Berkah menjanjikan dan menyediakan adanya Lailatulkadar (Malam Kemuliaan). Dalam Alquran Surah Alqadar (ayat 1-5), Allah berfirman: ”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada Lailatulkadar. Dan tahukah kamu, apakah Lailatulkadar itu? Lailatulkadar itu lebih baik daripada 1.000 bulan.

Padamalam itu, malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril turun atas izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Malamitu(penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” Bagaimanakah dan di manakah sebenarnya letak keunikan, kebesaran, keagungan, kemuliaan, dan keistimewaan Lailatulkadar yang Allah janjikan dan sediakan pada bulan suci Ramadan itu? Sebagaimana disebutkan dalam kutipan ayat di atas, Lailatulkadar itu lebih baik daripada amalan kebaikan dan kebajikan atau ibadah yang dilakukan selama 1.000 bulan.

Kurun waktu 1.000 bulan adalah setara dengan 83 tahun 4 bulan. Muslim dan muslimah yang menunaikan ibadah puasa Ramadan dan ibadah-ibadah lainnya (ibadah wajib dan ibadah sunah) dengan baik dan benar sesuai syarat dan rukunnya yang diajarkan oleh Allah SWT dan dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW dan ia meraih atau memperoleh Lailatulkadar, ia mendapat pahala senilai 1.000 bulan atau 83 tahun 4 bulan. Umat Nabi Muhammad memang berumur jauh lebih pendek dibandingkan dengan umur umat-umat nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad.

Umur umat-umat nabi sebelum Nabi Muhammad mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. Panjang usia umat Nabi Daud, misalnya, tidak kurang dari 950 tahun, sedangkan usia umat Nabi Muhammad rata-rata 75- 80 tahun dan sesudah itu meninggal dunia. Usia Nabi Muhammad sendiri hanya berlangsung selama 63 tahun. Walaupun demikian, secara kualitatif umur umat Nabi Muhammad sebenarnya setara atau bahkan lebih panjang daripada usia umat-umat nabi terdahulu. Jika Lailatulkadar dijadikan indeks acuan, usia umat Nabi Muhammad sebenarnya jauh lebih panjang daripada usia umat-umat nabi terdahulu.

Jika seorang muslim atau muslimah berhasil merengkuh dan mendapat Lailatulkadar selama 20 kali saja dalam hidupnya, ia berarti memperoleh amal kebaikan dan kebajikan atau pahala senilai 20.000 bulan dan angka ini setara dengan 1.666 tahun lebih. Angka ini akan jauh lebih banyak dan lebih berlipat ganda lagi bagi para muttaqin, shoimin, sholihin, dan muqarrabin yang amal-amal ibadah mereka tampak lebih intens, kreatif, dan produktif. Bagi Nabi Muhammad dan umatnya, panjang usia tidak terletak pada seberapa lama hidup di dunia ini tetapi terletak pada seberapa banyak intensitas, kreativitas, dan produktivitas amal-amal ibadah yang dikerjakan.

Semakin intens, kreatif, dan produktif, kita melaksanakan amal-amal ibadah dan amal-amal kebaikan dan kebajikan, itu berarti secara kualitatif umur kita semakin panjang. Di sinilah letak keunikan, kemuliaan, dan keistimewaan Ramadan dan Lailatulkadar yang sepatunya kita rengkuh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan terutama pada tanggal-tanggal ganjil.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8805 seconds (0.1#10.140)