Agenda Ramadan
A
A
A
Komaruddin Hidayat
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
KEHADIRAN Ramadan seakan menjungkirbalikkan agenda kehidupan. Atau lebih tepatnya memperkaya. Mungkin di antara kita ada yang menjadikan malam hari sebagai waktu istirahat total.
Namun, selama Ramadan, bagi mereka yang berpuasa, menjadi malam yang lebih hidup, penuh dengan aktivitas. Yang pasti adalah agenda salat tarawih dan sahur.
Dari obrolan dengan beberapa kawan, ada yang menjadikan Ramadan tidak saja untuk melaksanakan puasa, melainkan diisi dengan agenda lain yang terencana. Misalnya sengaja membeli buku-buku keagamaan untuk memperdalam dan memperluas wawasan spiritual dan kaidah-kaidah agama.
Jika ini secara rutin dan terencana dilakukan, Ramadan tak ubahnya bulan perkuliahan semester pendek. Andaikan aktivitas belajar ini dikonversi ke dalam sistem kredit semester (SKS), banyak di antara teman-teman mungkin sudah ekuivalen ilmunya dengan sarjana strata satu, ada yang sudah strata dua (master), atau bahkan strata tiga (doktor) dalam kajian agama.
Hasil bacaan buku itu bisa diperkaya lagi dengan mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan. Materi ceramah selama Ramadan, yang paling terstruktur mungkin kajian Alquran yang diasuh Prof Quraish Shihab di salah satu televisi swasta.
Dengan membaca buku dan mendengarkan ceramah, kita akan memiliki perspektif komparatif tentang berbagai topik kajian serta metode dan kualitas para penceramah. Mengingat begitu banyak penceramah yang kadang isinya berbeda dengan pemahaman yang biasa kita dengar, sebaiknya kita memahami ajaran-ajaran dasar keislaman berdasarkan Alquran dan Hadis yang mutawatir, yang tidak diragukan keaslian mata rantainya bahwa itu ucapan dan tindakan Rasulullah, agar kita tidak dibuat bingung oleh berbagai perbedaan pendapat yang disampaikan penceramah. Perbedaan yang muncul itu biasanya pada tataran ranting (furu'), bukan batang atau ajaran dasar dan pokok.
Ada lagi teman yang sengaja rajin mengeluarkan zakat, infak dan sedekah selama Ramadan, dengan keyakinan bahwa perbuatan baik selama Ramadan itu dilipatgandakan pahalanya. Yang sudah rutin dan mesti dijaga adalah meningkatkan silaturahim dengan tetangga, terutama melalui salat jamaah isya dan tarawih.
Bagi mereka yang tinggal di kompleks perumahan, suasana ini memberikan penyegaran dan penguatan persahabatan. Tak kalah pentingnya adalah untuk pendidikan anak-anak agar terbiasa dan merasakan kenyamanan beribadah dan bermain di masjid.
Mungkin saja banyak anak kecil yang lebih banyak bermain ketimbang ikut salat dan mengaji. Itu semua biarkan saja, asal tidak mengganggu orang dewasa yang lagi salat. Anak-anak yang masa kecilnya akrab dengan masjid, nantinya kalau sudah besar akan meninggalkan kenangan religius dan tetap tumbuh rasa cinta pada masjid.
Yang juga terasa lain selama Ramadan adalah suasana kerja di perkantoran. Kata beberapa teman, ternyata lebih efektif dan produktif mengadakan rapat ketika dalam suasana berpuasa.
Rapatnya tidak terinterupsi dengan acara makan siang. Otak dan hati lebih jernih dan sejuk. Relasi sosial yang tercipta selama Ramadan juga lebih damai. Masing-masing pribadi emosinya terkendali.
Yang mesti diapresiasi adalah sikap teman-teman non-muslim yang selama ini memiliki rasa empati tinggi. Meskipun tidak berpuasa, mereka tidak mau makan-minum di depan teman yang lagi berpuasa.
Sebaliknya, seorang muslim yang tengah berpuasa tidak perlu pamer tentang puasanya dan minta dihargai pihak lain. Jalani saja dengan biasa, dengan penuh keikhlasan.
Makanya, tidak relevan selama Ramadan melakukan sweeping terhadap restoran yang buka. Kalau mencolok, cukup diingatkan, itu pun melalui aparat negara, jangan dilakukan oleh ormas.
Justru salah satu godaan puasa itu melihat hidangan makan-minum, dan kita kuat menahannya (imsak). Jadi, mungkin saja puasanya orang yang kerja di kota dengan sekian banyak godaan, lebih besar pahalanya dari mereka yang di kampung tanpa godaan.
Demikianlah, sekarang kembali pada diri kita masing-masing, agenda apa yang sudah kita rancang dan tetapkan memasuki Ramadan ini? Jangan lewatkan kehadiran bulan penebar rahmat, berkah dan ampunan ilahi untuk kita sambut dan isi dengan amal kebajikan sebanyak-banyaknya.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
KEHADIRAN Ramadan seakan menjungkirbalikkan agenda kehidupan. Atau lebih tepatnya memperkaya. Mungkin di antara kita ada yang menjadikan malam hari sebagai waktu istirahat total.
Namun, selama Ramadan, bagi mereka yang berpuasa, menjadi malam yang lebih hidup, penuh dengan aktivitas. Yang pasti adalah agenda salat tarawih dan sahur.
Dari obrolan dengan beberapa kawan, ada yang menjadikan Ramadan tidak saja untuk melaksanakan puasa, melainkan diisi dengan agenda lain yang terencana. Misalnya sengaja membeli buku-buku keagamaan untuk memperdalam dan memperluas wawasan spiritual dan kaidah-kaidah agama.
Jika ini secara rutin dan terencana dilakukan, Ramadan tak ubahnya bulan perkuliahan semester pendek. Andaikan aktivitas belajar ini dikonversi ke dalam sistem kredit semester (SKS), banyak di antara teman-teman mungkin sudah ekuivalen ilmunya dengan sarjana strata satu, ada yang sudah strata dua (master), atau bahkan strata tiga (doktor) dalam kajian agama.
Hasil bacaan buku itu bisa diperkaya lagi dengan mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan. Materi ceramah selama Ramadan, yang paling terstruktur mungkin kajian Alquran yang diasuh Prof Quraish Shihab di salah satu televisi swasta.
Dengan membaca buku dan mendengarkan ceramah, kita akan memiliki perspektif komparatif tentang berbagai topik kajian serta metode dan kualitas para penceramah. Mengingat begitu banyak penceramah yang kadang isinya berbeda dengan pemahaman yang biasa kita dengar, sebaiknya kita memahami ajaran-ajaran dasar keislaman berdasarkan Alquran dan Hadis yang mutawatir, yang tidak diragukan keaslian mata rantainya bahwa itu ucapan dan tindakan Rasulullah, agar kita tidak dibuat bingung oleh berbagai perbedaan pendapat yang disampaikan penceramah. Perbedaan yang muncul itu biasanya pada tataran ranting (furu'), bukan batang atau ajaran dasar dan pokok.
Ada lagi teman yang sengaja rajin mengeluarkan zakat, infak dan sedekah selama Ramadan, dengan keyakinan bahwa perbuatan baik selama Ramadan itu dilipatgandakan pahalanya. Yang sudah rutin dan mesti dijaga adalah meningkatkan silaturahim dengan tetangga, terutama melalui salat jamaah isya dan tarawih.
Bagi mereka yang tinggal di kompleks perumahan, suasana ini memberikan penyegaran dan penguatan persahabatan. Tak kalah pentingnya adalah untuk pendidikan anak-anak agar terbiasa dan merasakan kenyamanan beribadah dan bermain di masjid.
Mungkin saja banyak anak kecil yang lebih banyak bermain ketimbang ikut salat dan mengaji. Itu semua biarkan saja, asal tidak mengganggu orang dewasa yang lagi salat. Anak-anak yang masa kecilnya akrab dengan masjid, nantinya kalau sudah besar akan meninggalkan kenangan religius dan tetap tumbuh rasa cinta pada masjid.
Yang juga terasa lain selama Ramadan adalah suasana kerja di perkantoran. Kata beberapa teman, ternyata lebih efektif dan produktif mengadakan rapat ketika dalam suasana berpuasa.
Rapatnya tidak terinterupsi dengan acara makan siang. Otak dan hati lebih jernih dan sejuk. Relasi sosial yang tercipta selama Ramadan juga lebih damai. Masing-masing pribadi emosinya terkendali.
Yang mesti diapresiasi adalah sikap teman-teman non-muslim yang selama ini memiliki rasa empati tinggi. Meskipun tidak berpuasa, mereka tidak mau makan-minum di depan teman yang lagi berpuasa.
Sebaliknya, seorang muslim yang tengah berpuasa tidak perlu pamer tentang puasanya dan minta dihargai pihak lain. Jalani saja dengan biasa, dengan penuh keikhlasan.
Makanya, tidak relevan selama Ramadan melakukan sweeping terhadap restoran yang buka. Kalau mencolok, cukup diingatkan, itu pun melalui aparat negara, jangan dilakukan oleh ormas.
Justru salah satu godaan puasa itu melihat hidangan makan-minum, dan kita kuat menahannya (imsak). Jadi, mungkin saja puasanya orang yang kerja di kota dengan sekian banyak godaan, lebih besar pahalanya dari mereka yang di kampung tanpa godaan.
Demikianlah, sekarang kembali pada diri kita masing-masing, agenda apa yang sudah kita rancang dan tetapkan memasuki Ramadan ini? Jangan lewatkan kehadiran bulan penebar rahmat, berkah dan ampunan ilahi untuk kita sambut dan isi dengan amal kebajikan sebanyak-banyaknya.
(poe)