Spirit Pemberdayaan Network Marketing
A
A
A
Dato' Dr H Md Radzi Saleh
Presiden Direktur K-Link Indonesia
ISU perekonomian selalu menjadi bahasan yang menarik berbagai pihak akhir-akhir ini, khususnya ketika bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai tekanan seperti sekarang.
Tak hanya didominasi kalangan elite, ekonomi juga menjelma menjadi tema sehari-hari yang banyak diperbincangkan masyarakat bawah.
Keterlibatan publik dalam ranah ini tak berlebihan. Selain didukung makin terbukanya era informasi, isu ekonomi sangatlah dekat dengan nasib atau kelangsungan hidup seseorang.
Maraknya pembahasan soal ini juga wajar karena di tengah berbagai tekanan hidup yang mendera, masyarakat Indonesia sebenarnya dihadapkan persoalan tak ringan.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa waktu terakhir terbukti memberi dampak yang cukup serius. Tekanan global jelas telah memicu naiknya harga-harga barang impor.
Kondisi ini masih diperberat dengan anjloknya sejumlah harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global hingga menyebabkan penutupan sejumlah perusahaan atau industri. Daya beli masyarakat pun berkurang.
Perlahan tapi pasti, pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah terjadi di sejumlah tempat. Tak sekadar pada sektor pertambangan, PHK juga telah melanda bidang perdagangan, automotif, elektronik, properti dan lain sebagainya.
Pertumbuhan ekonomi juga masih berkutat di angka 5% dari target di atas 7% sebelumnya. Secara umum, perekonomian Indonesia membutuhkan perhatian penuh yang tak bisa ditunda-tunda lagi.
Dalam kondisi ini, masyarakat Indonesia makin dihadapkan pada situasi yang cukup pelik. Tak sebatas berpengaruh ke masalah ekonomi keluarga, situasi tak menguntungkan ini tentu berdampak negatif yang lain.
Dengan semakin naiknya harga-harga kebutuhan hidup misalnya, tentu berpengaruh terhadap berkurangnya pendapatan keluarga.
Penurunan ini pun terus memiliki efek lanjutan seperti terganggunya pemenuhan kebutuhan primer baik pendidikan, perumahan atau kesehatan.
Jika hal ini tidak disadari dan diantisipasi dini dengan matang, baik oleh pemerintah, stakehoder dan masyarakat Indonesia sendiri maka situasi yang lebih buruk sangat mungkin bisa terjadi.
Butuh Terobosan Tepat
Agar bisa lolos dari lubang persoalan ini, masyarakat harus didorong memiliki kesadaran dan kemauan untuk bangkit. Untuk menuju ke target itu, dibutuhkan terobosan-terobosan yang bisa dijalankan secara efektif dan massif. Solusi yang diberikan bukan sekadar teoritik, tapi harus benar-benar realistis.
Banyak pengamat memprediksikan ekonomi Indonesia ke depan masih suram. Ini tentu perlu diwaspadai karena menyangkut hajat hidup lebih dari 200 juta penduduk.
Pemerintah harus tetap optimistis dan sepatutnya mengerahkan tim-tim ekonomi andalannya untuk segera melakukan berbagai upaya penyelamatan.
Dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki seperti menggandeng kalangan swasta, pemerintah harus bersama-sama mendorong masyarakat Indonesia untuk tidak berpikir sempit, apalagi picik dalam persaingan ketat ini.
Di sisi lain, masyarakat sendiri juga dituntut tidak tinggal diam atau duduk manis. Peran masyarakat ini sangat penting karena menjadi bahan bakar penggerak utama ekonomi akan bisa tumbuh atau tidak.
Ada tiga nilai dasar (core values) sekaligus langkah strategis yang bisa menjadi acuan masyarakat untuk bisa melepaskan dari masalah ini. Pertama, masyarakat perlu diajak mengedepankan cara berpikir yang positif dan optimistis.
Berpikir positif ini penting karena hakikatnya menjadi modal untuk pembentukan kepribadian dan pengembangan diri. Dengan berpikir positif, maka seseorang akan mampu mengevaluasi diri atas berbagai masalah pelik yang menderanya selama ini.
Persoalan ekonomi yang melanda saat ini dipahami bukanlan akhir dari segalanya sebab hal yang sama juga sebenarnya dirasakan oleh berbagai masyarakat dunia.
Negara-negara di Uni Eropa, Jepang maupun Amerika Serikat sama tengah dilanda karut marut perlambatan ekonomi. Namun di tengah situasi ini, sejumlah negara seperti India terbukti mampu mencapai pertumbuhan ekonominya 7,5%.
Kedua, seseorang harus dituntut berpikir kreatif. Dengan berpikir positif, maka seseorang juga akan bisa memetakan kekuatan dan kelemahannya. Pemetaan ini menjadi modal besar bagi seseorang untuk melangkah tepat ke pijakan berikutnya.
Butuh dorongan besar bagi seseorang untuk mampu melewati masa krisis ini, baik dari lingkungan keluarga atau masyarakat sendiri. Sikap-sikap positif ini harus terus dikembangkan dari lingkup terkecil yakni diri sendiri.
Ketiga adalah konsisten. Sikap mental menjunjung tinggi nilai keteguhan dan keteraturan hidup dibutuhkan agar seseorang lebih tahan banting. Menjadi pengusaha misalnya, tak akan mungkin seseorang bisa melakoninya dengan jalan mulus-mulus saja.
Di sisi lain, sikap konsisten yang dibangun dengan keikhlasan dan tak mudah menyerah inilah yang menguatkan karakter seseorang. Dengan mampu bertindak konsisten, kalaupun seseorang menjadi sukses kelak bukanlah karena karbitan melainkan memang memiliki akar yang kuat.
Tiga langkah strategis di atas patut menjadi prinsip dan dikembangkan pada spektrum yang lebih luas. Hal itu perlu ditekankan karena sangatlah mungkin jika tak dipahami dan ada antisipasi dengan baik, kondisi saat ini justru memicu persoalan lain yang bakal lebih berat.
Masalah yang kerap menghinggapi orang-orang semacam ini biasanya adalah kesehatan. Orang yang yang berpikir jumud dan kaku, tentu terasa lebih stres merasakan tekanan hidup. Tentu jika ini tak diantisipasi dengan baik, maka akan membuka peluang munculnya beragam penyakit yang berawal dari beban pikiran.
Indikasi yang mengarah hal itu sudah ada. Merujuk data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, 80% dari 169 juta peserta jaminan kesehatan ini memanfaatkan untuk pengobatan (rawat inap).
Ini artinya angka kesakitan di Indonesia tinggi atau dalam istilah Kementerian Kesehatan, banyak orang yang keburu sakit. Alangkah bijaknya seseorang yang sadar dan antisipatif terhadap kesehatannya.
Bangkit dengan Network Marketing
Melihat situasi yang masih pelik dan tidak pasti saat ini, jelas dibutuhkan sosok-sosok masyarakat Indonesia yang mandiri. Arti mandiri yakni dalam beragam perspektif, baik ekonomi, kesehatan dan lainnya.
Mandiri juga tidak berarti hidup sendiri, melainkan setiap individu memiliki kematangan berpikir dan bertindak untuk tidak selalu menggantungkan pada uluran tangan orang lain.
Sebaliknya dengan kemandirian yang dimiliki, seseorang bisa menjadi teladan dan mampu memberdayakan (empowering) lingkungan terdekatnya. Jika langkah positif ini terus dikembangkan, maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa dalam kerangka memajukan bangsa Indonesia.
Pola mandiri dan tumbuh bersama inilah yang diusung sejumlah perusahaan yang fokus pada bidang network marketing. Sayangnya, dari 300-an perusahaan di bidang penjualan langsung atau multilevel marketing saat ini, tidak banyakyang mampu bertahan.
Untuk berkembang, tak sekadar diukur kemampuan perusahaan menciptakan sesuatu yang unik (unique selling point) sehingga dilirik pasar, melainkan produknya harus benar-benar memang dibutuhkan masyarakat. Kecermatan memilih dan memilah produk inilah yang telah mengantarkan perusahaan kami tumbuh cepat dan terus teguh hingga sekarang.
Kejujuran atas kualitas produk ini harus juga ditopang dengan komitmen yang tinggi sumber daya manusia (SDM) yang terlibat di dalamnya. Sebagai perusahaan yang menjalankan bisnis network marketing, mutlak dibutuhkan tekad untuk maju bersama.
Hal ini beralasan sebab, banyak network marketing yang salah kaprah hanya mementingkan kemajuan karier para usahawan di level atas dan dengan menindas anak buahnya. Ini jelas bentuk keserakahan dan ketidakadilan yang akan memicu perpecahan.
Kredo yang harus dijunjung tinggi adalah persatuan merupakan kekuatan (unity is power). Kesadaran bersama inilah yang harus terus ditumbuhkan sehingga semua memiliki peluang untuk maju atau sukses. Bonus demografi bangsa Indonesia berikut 70% SDM muda menjadi kekuatan yang besar.
Usaha di bidang network marketing juga terbukti masih sangat prospektif. Berdasar data World Federation Direct Selling Association, total nilai penjualan langsung di dunia pada 2014 mencapai USD182.823 miliar. Amerika, China, Jepang, Korea dan Brasil menjadi negara-negara yang memberi kontribusi cukup besar pada industri ini.
Merujuk data Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), dua tahun lalu industri ini mampu menggerakkan lebih 11 juta orang. Sama halnya di belahan dunia lain, pertumbuhan tahunan industri ini naik.
Pada 2014, nilai industri ini mencapai sekitar Rp12,6 triliun. Jika ini dikelola dengan sungguh-sungguh tentu potensi yang sangat besar. Masyarakat Indonesia juga semakin tanggap terhadap perubahan dan persaingan, bukan justru terpikat money game atau pelarian ke dukun pengganda uang.
Membangkitkan model network marketing di tengah kondisi yang tak pasti saat ini adalah sebuah keniscayaan. Tentu kelebihan-kelebihan ini harus terus membutuhkan evaluasi dan masukan demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, berkualitas dan sejahtera.
Presiden Direktur K-Link Indonesia
ISU perekonomian selalu menjadi bahasan yang menarik berbagai pihak akhir-akhir ini, khususnya ketika bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai tekanan seperti sekarang.
Tak hanya didominasi kalangan elite, ekonomi juga menjelma menjadi tema sehari-hari yang banyak diperbincangkan masyarakat bawah.
Keterlibatan publik dalam ranah ini tak berlebihan. Selain didukung makin terbukanya era informasi, isu ekonomi sangatlah dekat dengan nasib atau kelangsungan hidup seseorang.
Maraknya pembahasan soal ini juga wajar karena di tengah berbagai tekanan hidup yang mendera, masyarakat Indonesia sebenarnya dihadapkan persoalan tak ringan.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa waktu terakhir terbukti memberi dampak yang cukup serius. Tekanan global jelas telah memicu naiknya harga-harga barang impor.
Kondisi ini masih diperberat dengan anjloknya sejumlah harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global hingga menyebabkan penutupan sejumlah perusahaan atau industri. Daya beli masyarakat pun berkurang.
Perlahan tapi pasti, pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah terjadi di sejumlah tempat. Tak sekadar pada sektor pertambangan, PHK juga telah melanda bidang perdagangan, automotif, elektronik, properti dan lain sebagainya.
Pertumbuhan ekonomi juga masih berkutat di angka 5% dari target di atas 7% sebelumnya. Secara umum, perekonomian Indonesia membutuhkan perhatian penuh yang tak bisa ditunda-tunda lagi.
Dalam kondisi ini, masyarakat Indonesia makin dihadapkan pada situasi yang cukup pelik. Tak sebatas berpengaruh ke masalah ekonomi keluarga, situasi tak menguntungkan ini tentu berdampak negatif yang lain.
Dengan semakin naiknya harga-harga kebutuhan hidup misalnya, tentu berpengaruh terhadap berkurangnya pendapatan keluarga.
Penurunan ini pun terus memiliki efek lanjutan seperti terganggunya pemenuhan kebutuhan primer baik pendidikan, perumahan atau kesehatan.
Jika hal ini tidak disadari dan diantisipasi dini dengan matang, baik oleh pemerintah, stakehoder dan masyarakat Indonesia sendiri maka situasi yang lebih buruk sangat mungkin bisa terjadi.
Butuh Terobosan Tepat
Agar bisa lolos dari lubang persoalan ini, masyarakat harus didorong memiliki kesadaran dan kemauan untuk bangkit. Untuk menuju ke target itu, dibutuhkan terobosan-terobosan yang bisa dijalankan secara efektif dan massif. Solusi yang diberikan bukan sekadar teoritik, tapi harus benar-benar realistis.
Banyak pengamat memprediksikan ekonomi Indonesia ke depan masih suram. Ini tentu perlu diwaspadai karena menyangkut hajat hidup lebih dari 200 juta penduduk.
Pemerintah harus tetap optimistis dan sepatutnya mengerahkan tim-tim ekonomi andalannya untuk segera melakukan berbagai upaya penyelamatan.
Dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki seperti menggandeng kalangan swasta, pemerintah harus bersama-sama mendorong masyarakat Indonesia untuk tidak berpikir sempit, apalagi picik dalam persaingan ketat ini.
Di sisi lain, masyarakat sendiri juga dituntut tidak tinggal diam atau duduk manis. Peran masyarakat ini sangat penting karena menjadi bahan bakar penggerak utama ekonomi akan bisa tumbuh atau tidak.
Ada tiga nilai dasar (core values) sekaligus langkah strategis yang bisa menjadi acuan masyarakat untuk bisa melepaskan dari masalah ini. Pertama, masyarakat perlu diajak mengedepankan cara berpikir yang positif dan optimistis.
Berpikir positif ini penting karena hakikatnya menjadi modal untuk pembentukan kepribadian dan pengembangan diri. Dengan berpikir positif, maka seseorang akan mampu mengevaluasi diri atas berbagai masalah pelik yang menderanya selama ini.
Persoalan ekonomi yang melanda saat ini dipahami bukanlan akhir dari segalanya sebab hal yang sama juga sebenarnya dirasakan oleh berbagai masyarakat dunia.
Negara-negara di Uni Eropa, Jepang maupun Amerika Serikat sama tengah dilanda karut marut perlambatan ekonomi. Namun di tengah situasi ini, sejumlah negara seperti India terbukti mampu mencapai pertumbuhan ekonominya 7,5%.
Kedua, seseorang harus dituntut berpikir kreatif. Dengan berpikir positif, maka seseorang juga akan bisa memetakan kekuatan dan kelemahannya. Pemetaan ini menjadi modal besar bagi seseorang untuk melangkah tepat ke pijakan berikutnya.
Butuh dorongan besar bagi seseorang untuk mampu melewati masa krisis ini, baik dari lingkungan keluarga atau masyarakat sendiri. Sikap-sikap positif ini harus terus dikembangkan dari lingkup terkecil yakni diri sendiri.
Ketiga adalah konsisten. Sikap mental menjunjung tinggi nilai keteguhan dan keteraturan hidup dibutuhkan agar seseorang lebih tahan banting. Menjadi pengusaha misalnya, tak akan mungkin seseorang bisa melakoninya dengan jalan mulus-mulus saja.
Di sisi lain, sikap konsisten yang dibangun dengan keikhlasan dan tak mudah menyerah inilah yang menguatkan karakter seseorang. Dengan mampu bertindak konsisten, kalaupun seseorang menjadi sukses kelak bukanlah karena karbitan melainkan memang memiliki akar yang kuat.
Tiga langkah strategis di atas patut menjadi prinsip dan dikembangkan pada spektrum yang lebih luas. Hal itu perlu ditekankan karena sangatlah mungkin jika tak dipahami dan ada antisipasi dengan baik, kondisi saat ini justru memicu persoalan lain yang bakal lebih berat.
Masalah yang kerap menghinggapi orang-orang semacam ini biasanya adalah kesehatan. Orang yang yang berpikir jumud dan kaku, tentu terasa lebih stres merasakan tekanan hidup. Tentu jika ini tak diantisipasi dengan baik, maka akan membuka peluang munculnya beragam penyakit yang berawal dari beban pikiran.
Indikasi yang mengarah hal itu sudah ada. Merujuk data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, 80% dari 169 juta peserta jaminan kesehatan ini memanfaatkan untuk pengobatan (rawat inap).
Ini artinya angka kesakitan di Indonesia tinggi atau dalam istilah Kementerian Kesehatan, banyak orang yang keburu sakit. Alangkah bijaknya seseorang yang sadar dan antisipatif terhadap kesehatannya.
Bangkit dengan Network Marketing
Melihat situasi yang masih pelik dan tidak pasti saat ini, jelas dibutuhkan sosok-sosok masyarakat Indonesia yang mandiri. Arti mandiri yakni dalam beragam perspektif, baik ekonomi, kesehatan dan lainnya.
Mandiri juga tidak berarti hidup sendiri, melainkan setiap individu memiliki kematangan berpikir dan bertindak untuk tidak selalu menggantungkan pada uluran tangan orang lain.
Sebaliknya dengan kemandirian yang dimiliki, seseorang bisa menjadi teladan dan mampu memberdayakan (empowering) lingkungan terdekatnya. Jika langkah positif ini terus dikembangkan, maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa dalam kerangka memajukan bangsa Indonesia.
Pola mandiri dan tumbuh bersama inilah yang diusung sejumlah perusahaan yang fokus pada bidang network marketing. Sayangnya, dari 300-an perusahaan di bidang penjualan langsung atau multilevel marketing saat ini, tidak banyakyang mampu bertahan.
Untuk berkembang, tak sekadar diukur kemampuan perusahaan menciptakan sesuatu yang unik (unique selling point) sehingga dilirik pasar, melainkan produknya harus benar-benar memang dibutuhkan masyarakat. Kecermatan memilih dan memilah produk inilah yang telah mengantarkan perusahaan kami tumbuh cepat dan terus teguh hingga sekarang.
Kejujuran atas kualitas produk ini harus juga ditopang dengan komitmen yang tinggi sumber daya manusia (SDM) yang terlibat di dalamnya. Sebagai perusahaan yang menjalankan bisnis network marketing, mutlak dibutuhkan tekad untuk maju bersama.
Hal ini beralasan sebab, banyak network marketing yang salah kaprah hanya mementingkan kemajuan karier para usahawan di level atas dan dengan menindas anak buahnya. Ini jelas bentuk keserakahan dan ketidakadilan yang akan memicu perpecahan.
Kredo yang harus dijunjung tinggi adalah persatuan merupakan kekuatan (unity is power). Kesadaran bersama inilah yang harus terus ditumbuhkan sehingga semua memiliki peluang untuk maju atau sukses. Bonus demografi bangsa Indonesia berikut 70% SDM muda menjadi kekuatan yang besar.
Usaha di bidang network marketing juga terbukti masih sangat prospektif. Berdasar data World Federation Direct Selling Association, total nilai penjualan langsung di dunia pada 2014 mencapai USD182.823 miliar. Amerika, China, Jepang, Korea dan Brasil menjadi negara-negara yang memberi kontribusi cukup besar pada industri ini.
Merujuk data Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), dua tahun lalu industri ini mampu menggerakkan lebih 11 juta orang. Sama halnya di belahan dunia lain, pertumbuhan tahunan industri ini naik.
Pada 2014, nilai industri ini mencapai sekitar Rp12,6 triliun. Jika ini dikelola dengan sungguh-sungguh tentu potensi yang sangat besar. Masyarakat Indonesia juga semakin tanggap terhadap perubahan dan persaingan, bukan justru terpikat money game atau pelarian ke dukun pengganda uang.
Membangkitkan model network marketing di tengah kondisi yang tak pasti saat ini adalah sebuah keniscayaan. Tentu kelebihan-kelebihan ini harus terus membutuhkan evaluasi dan masukan demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, berkualitas dan sejahtera.
(maf)