Indonesia Powerhouse Pemuda Dunia
A
A
A
Al Busyra Basnur
Pengamat Internasional
INDONESIA Channel 2016 yang diselenggarakan di teater besar Taman Ismail Marzuki Jakarta beberapa waktu lalu menampilkan 60 pemuda dunia dari 41 negara. Peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) itu menampilkan bentuk kecintaan sekaligus kemahiran mereka di bidang seni dan budaya Indonesia setelah tiga bulan mempelajarinya di perguruan tinggi dan sanggar seni budaya di Yogyakarta, Makassar, Bali, Surabaya, dan Padang.
Mereka adalah anak muda sahabat baru Indonesia. Mereka adalah jembatan Indonesia ke dan dari berbagai negara sahabat. Menteri Luar Negeri Retno L P Marsudi, Wakil Menteri Luar Negeri A M Fachir, dan duta besar negara-negara dibuat terpukau menyaksikan pemuda berusia 20-30 tahun itu.
Ada dua catatan penting dari pertunjukan itu. Pertama, cinta pemuda dunia terhadap Indonesia terutama melalui seni dan budaya terus berkembang baik. Ini antara lain terlihat dari jumlah peminat program BSBI yang diselenggarakan setiap tahun sejak 2003 terus meningkat. Namun, jumlah peserta sangat sulit ditambah.
Tahun ini bahkan terpaksa diturunkan menjadi 60 dari 70 orang pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun depan jumlah peserta berisiko diturunkan lagi karena harus "disesuaikan" karena pemotongan anggaran pemerintah. Sampai tahun ini program BSBI melahirkan 718 orang alumni berasal dari 63 negara.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) nyata memberi perhatian khusus terhadap program ini. Peserta bahkan diundang dua kali ke Istana, menghadiri upacara menaikkan bendera di HUT Ke-71 RI (17 Agustus) dan ramah-tamah di acara makan siang (18 Agustus). Ini menjadi catatan sejarah penting dan pertama bagi peserta BSBI.
Kedua, pemuda internasional tersebut menggugah kalangan muda Indonesia untuk meningkatkan minat dan agar lebih mencintai seni budaya negeri sendiri. Di tengah maraknya seni budaya asing masuk Indonesia, utamanya menyasar kaum muda Nusantara, rasa cinta seni dan budaya Indonesia tidak boleh berkurang apalagi dipinggirkan. Di samping menjadi benteng, rasa cinta itu bahkan harus digunakan sebagai media promosi dan lebih menduniakan Indonesia.
Survei 2008, diungkap menteri pariwisata (saat itu), menyebutkan bahwa andalan yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah seni dan budaya (71,6%). Bukan ekonomi (20%) dan bukan politik (15%), apalagi kesejahteraan masyarakat (hampir 0%). Namun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan belum lama ini mengakui minat siswa Indonesia mempelajari budaya asli masih rendah.
Ini kemudian dibuktikan pula oleh Sanggar Seni Rigas Bandung yang menemukan kelas dengan 42 siswa sekolah menengah di Jawa Barat, hanya dua orang yang berminat mengambil kurikulum ekstra Kesenian Sunda. Ini sangat memprihatinkan kita sebagai bangsa yang punya dan membanggakan kekayaan serta keunggulan seni budaya dan keberagaman.
Soft Diplomacy
BSBI adalah bagian dari banyak program pemerintah dan nonpemerintah yang menghadirkan pemuda dunia langsung ke belakang layar dan panggung masyarakat Indonesia. Yang lain, Beasiswa Darmasiswa dimulai 1974, suatu program nongelar yang paling banyak mendatangkan pemuda internasional. Tahun ajaran 2016-2017 peserta Darmasiswa mencapai 542 orang dari 79 negara. Mereka belajar seni dan budaya satu tahun di 51 perguruan tinggi Indonesia. Saat ini program tersebut menghasilkan 6.635 alumni dari 115 negara.
Program Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang sejak 2006 juga merekrut banyak pemuda internasional untuk tinggal dan belajar guna meraih gelar akademik dari sekitar 15 perguruan tinggi Indonesia. Sampai 2015 program ini menghasilkan 909 alumni dari 71 negara.
Program lain adalah pertukaran pemuda baik pada tingkat pelajar, mahasiswa, maupun tokoh pemuda dengan negara-negara sahabat dari berbagai kawasan. Semua program tidak semata berkontribusi membangun jembatan dan menduniakan Indonesia melalui jalur seni, sosial, dan budaya, juga menjadikan Indonesia sebagai powerhouse dan hub persahabatan, kemajuan, dan perdamaian dunia.
Indonesia tidak hanya menghubungkan pemudanya dengan pemuda di negara-negara sahabat, juga menghubungkan pemuda dari satu negara sahabat dengan negara sahabat lain dengan basis sentimen keindonesiaan. Inilah salah satu peran nyata Indonesia dalam gempita soft power diplomacy yang tak terbantahkan.
Investasi
Pemberian beasiswa kepada pemuda negara sahabat merupakan investasi strategis jangka panjang dalam membangun negeri dan meningkatkan peran internasional Indonesia. Namun, untuk mendapatkan manfaat besar dari investasi tersebut, diperlukan langkah-langkah konkret dan sinergi.
Pertama, memetakan strategi dan menyelenggarakan berbagai kegiatan riil berorientasi akar rumput agar pascaprogram sinergi dengan sahabat-sahabat muda pencinta Indonesia itu bisa dipelihara dan diperkuat. Peran kementerian dan lembaga, perguruan tinggi tempat mereka pernah belajar, perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, dan elemen-elemen nonpemerintah sangatlah vital. Jangan kita bikin mereka lupa atau dilupakan, apalagi hilang dari radar kepentingan Indonesia yang semakin besar di fora internasional.
Kedua, memanfaatkan struktur ikatan dan dinamika emosi alumni yang begitu kuat terhadap Indonesia. Menjadi tugas utama agar sejak awal kedatangan di Indonesia, mereka diberi informasi, panduan, dan disodorkan pilihan kegiatan pascaprogram beasiswa yang dapat dikerjasamakan. Banyak alumni program beasiswa yang telah menjadi profesional di berbagai bidang, yang kemudian tergugah menjejak kembali bumi Indonesia untuk melepas rindu teman dan kenalan lama, menelusuri jalan kenangan maupun menikmati betapa indahnya negeri ini.
Saat Presiden Jokowi sedang giat mendata dan memanggil putra-putri pintar Indonesia di luar negeri untuk pulang ke Tanah Air membangun negeri, pada saat yang sama kita juga harus segera berbuat lebih dengan memanfaatkan potensi sekitar 10.000 sahabat pencinta Indonesia di luar negeri penerima beasiswa Indonesia. Tentu kita tidak harus meminta mereka tinggal dan berkarya di Indonesia, namun yang lebih penting mendorong melakukan sesuatu dengan memanfaatkan investasi sentimen keindonesiaan mereka, yang mungkin tidak kalah dibanding orang Indonesia sendiri.
Pengamat Internasional
INDONESIA Channel 2016 yang diselenggarakan di teater besar Taman Ismail Marzuki Jakarta beberapa waktu lalu menampilkan 60 pemuda dunia dari 41 negara. Peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) itu menampilkan bentuk kecintaan sekaligus kemahiran mereka di bidang seni dan budaya Indonesia setelah tiga bulan mempelajarinya di perguruan tinggi dan sanggar seni budaya di Yogyakarta, Makassar, Bali, Surabaya, dan Padang.
Mereka adalah anak muda sahabat baru Indonesia. Mereka adalah jembatan Indonesia ke dan dari berbagai negara sahabat. Menteri Luar Negeri Retno L P Marsudi, Wakil Menteri Luar Negeri A M Fachir, dan duta besar negara-negara dibuat terpukau menyaksikan pemuda berusia 20-30 tahun itu.
Ada dua catatan penting dari pertunjukan itu. Pertama, cinta pemuda dunia terhadap Indonesia terutama melalui seni dan budaya terus berkembang baik. Ini antara lain terlihat dari jumlah peminat program BSBI yang diselenggarakan setiap tahun sejak 2003 terus meningkat. Namun, jumlah peserta sangat sulit ditambah.
Tahun ini bahkan terpaksa diturunkan menjadi 60 dari 70 orang pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun depan jumlah peserta berisiko diturunkan lagi karena harus "disesuaikan" karena pemotongan anggaran pemerintah. Sampai tahun ini program BSBI melahirkan 718 orang alumni berasal dari 63 negara.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) nyata memberi perhatian khusus terhadap program ini. Peserta bahkan diundang dua kali ke Istana, menghadiri upacara menaikkan bendera di HUT Ke-71 RI (17 Agustus) dan ramah-tamah di acara makan siang (18 Agustus). Ini menjadi catatan sejarah penting dan pertama bagi peserta BSBI.
Kedua, pemuda internasional tersebut menggugah kalangan muda Indonesia untuk meningkatkan minat dan agar lebih mencintai seni budaya negeri sendiri. Di tengah maraknya seni budaya asing masuk Indonesia, utamanya menyasar kaum muda Nusantara, rasa cinta seni dan budaya Indonesia tidak boleh berkurang apalagi dipinggirkan. Di samping menjadi benteng, rasa cinta itu bahkan harus digunakan sebagai media promosi dan lebih menduniakan Indonesia.
Survei 2008, diungkap menteri pariwisata (saat itu), menyebutkan bahwa andalan yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah seni dan budaya (71,6%). Bukan ekonomi (20%) dan bukan politik (15%), apalagi kesejahteraan masyarakat (hampir 0%). Namun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan belum lama ini mengakui minat siswa Indonesia mempelajari budaya asli masih rendah.
Ini kemudian dibuktikan pula oleh Sanggar Seni Rigas Bandung yang menemukan kelas dengan 42 siswa sekolah menengah di Jawa Barat, hanya dua orang yang berminat mengambil kurikulum ekstra Kesenian Sunda. Ini sangat memprihatinkan kita sebagai bangsa yang punya dan membanggakan kekayaan serta keunggulan seni budaya dan keberagaman.
Soft Diplomacy
BSBI adalah bagian dari banyak program pemerintah dan nonpemerintah yang menghadirkan pemuda dunia langsung ke belakang layar dan panggung masyarakat Indonesia. Yang lain, Beasiswa Darmasiswa dimulai 1974, suatu program nongelar yang paling banyak mendatangkan pemuda internasional. Tahun ajaran 2016-2017 peserta Darmasiswa mencapai 542 orang dari 79 negara. Mereka belajar seni dan budaya satu tahun di 51 perguruan tinggi Indonesia. Saat ini program tersebut menghasilkan 6.635 alumni dari 115 negara.
Program Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang sejak 2006 juga merekrut banyak pemuda internasional untuk tinggal dan belajar guna meraih gelar akademik dari sekitar 15 perguruan tinggi Indonesia. Sampai 2015 program ini menghasilkan 909 alumni dari 71 negara.
Program lain adalah pertukaran pemuda baik pada tingkat pelajar, mahasiswa, maupun tokoh pemuda dengan negara-negara sahabat dari berbagai kawasan. Semua program tidak semata berkontribusi membangun jembatan dan menduniakan Indonesia melalui jalur seni, sosial, dan budaya, juga menjadikan Indonesia sebagai powerhouse dan hub persahabatan, kemajuan, dan perdamaian dunia.
Indonesia tidak hanya menghubungkan pemudanya dengan pemuda di negara-negara sahabat, juga menghubungkan pemuda dari satu negara sahabat dengan negara sahabat lain dengan basis sentimen keindonesiaan. Inilah salah satu peran nyata Indonesia dalam gempita soft power diplomacy yang tak terbantahkan.
Investasi
Pemberian beasiswa kepada pemuda negara sahabat merupakan investasi strategis jangka panjang dalam membangun negeri dan meningkatkan peran internasional Indonesia. Namun, untuk mendapatkan manfaat besar dari investasi tersebut, diperlukan langkah-langkah konkret dan sinergi.
Pertama, memetakan strategi dan menyelenggarakan berbagai kegiatan riil berorientasi akar rumput agar pascaprogram sinergi dengan sahabat-sahabat muda pencinta Indonesia itu bisa dipelihara dan diperkuat. Peran kementerian dan lembaga, perguruan tinggi tempat mereka pernah belajar, perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, dan elemen-elemen nonpemerintah sangatlah vital. Jangan kita bikin mereka lupa atau dilupakan, apalagi hilang dari radar kepentingan Indonesia yang semakin besar di fora internasional.
Kedua, memanfaatkan struktur ikatan dan dinamika emosi alumni yang begitu kuat terhadap Indonesia. Menjadi tugas utama agar sejak awal kedatangan di Indonesia, mereka diberi informasi, panduan, dan disodorkan pilihan kegiatan pascaprogram beasiswa yang dapat dikerjasamakan. Banyak alumni program beasiswa yang telah menjadi profesional di berbagai bidang, yang kemudian tergugah menjejak kembali bumi Indonesia untuk melepas rindu teman dan kenalan lama, menelusuri jalan kenangan maupun menikmati betapa indahnya negeri ini.
Saat Presiden Jokowi sedang giat mendata dan memanggil putra-putri pintar Indonesia di luar negeri untuk pulang ke Tanah Air membangun negeri, pada saat yang sama kita juga harus segera berbuat lebih dengan memanfaatkan potensi sekitar 10.000 sahabat pencinta Indonesia di luar negeri penerima beasiswa Indonesia. Tentu kita tidak harus meminta mereka tinggal dan berkarya di Indonesia, namun yang lebih penting mendorong melakukan sesuatu dengan memanfaatkan investasi sentimen keindonesiaan mereka, yang mungkin tidak kalah dibanding orang Indonesia sendiri.
(poe)