Terulangnya Tragedi Mina
A
A
A
Ibadah haji tahun ini diwarnai tragedi-tragedi memilukan. Belum lama peristiwa crane jatuh di Masjidilharam, kemarin insiden maut kembali terjadi saat jutaan jamaah akan melempar jumrah di jamarat, Mina, Mekkah.Korbannya sangat banyak. Kalau pada tragedi crane di Masjidilharam jumlah korban tercatat 107 orang, termasuk 11 jamaah haji Indonesia dan ratusan lainnya terluka, pada peristiwa di Mina ini lebih dari 700 jamaah tewas dan ratusan lainnya terluka. Para korban ini meninggal dan terluka karena terlibat saling desak danterinjak-injak ribuan jamaah.Tragedi tersebut sungguh menyesakkan hati kita semua. Kita sangat sedih dan berduka atas meninggalnya ratusan jamaah, termasuk 3 jamaah Indonesia yang sedang menunaikan ibadah haji tersebut. Tentu kita ikhlas dan mendoakan para korban mati syahid dan yang terluka segera sembuh. Namun, di sisi lain, insiden tewasnya ratusan jamaah di Mina ini patut mendapat perhatian khusus.Setidaknya Pemerintah Arab Saudi harus benar-benar menjadikan tragedi memilukan ini sebagai bahan renungan yang mendalam. Karena kejadian berdesakdesakan yang mengakibatkan banyak jatuh korban tak hanya kali ini saja. Bahkan, pada 1990, peristiwa maut di Terowongan Mina Al- Muaisim menewaskan lebih dari 1.426 jamaah haji dari berbagai negara.Itu merupakan yang terbesar sepanjang sejarah pelaksanaan haji. Pelajaran insiden Mina, termasuk jatuhnya crane di Masjidiharam, harusnya menjadi catatan penting Pemerintah Arab Saudi untuk mengelola perhelatan haji ini lebih baik lagi. Kita mendengar Pemerintah Saudi mengklaim telah meningkatkan berbagai pelayanan dalam mengelola haji. Namun fakta ternyata berbicara lain.Pelaksanaan haji tahun ini benar-benar menjadi pelajaran buruk bagi Pemerintah Saudi. Hampir seribu nyawa jamaah haji tahun ini melayang akibat ketidakprofesionalan pengelolaan haji. Pemerintah Saudi wajib meminta maaf atas insiden ini. Jangan malah menyalahkan para jamaah yang dinilainya tidak disiplin dan tidak mengikuti instruksi.Insiden di Mina kemarin merupakan kegagalan Arab Saudi dalam mengelola antrean para jamaah saat akan melempar jumrah di jamarat, Mina. Di sini Pemerintah Saudi dinilai lalai dan tidak serius dalam menjamin keamanan para jamaah haji. Wajar jika Pemerintah Iran begitu marah merespons insiden Mina ini. Mereka menuding Arab Saudi lalai untuk bisa menghindarkan kejadian tragis ini.Iran pun meminta para pejabat Arab Saudi bertanggung jawab atas insiden yang juga menewaskan sedikitnya 43 warganya yang sedang menunaikan ibadah haji ini. Sikap keras Pemerintah Iran itu seharusnya menjadi contoh bagi Pemerintah Indonesia. Dalam arti Pemerintah Indonesia harus secara tegas meminta agar Arab Saudi melakukan evaluasi total atas pengelolaan haji.Ingat, Indonesia mengirimkan jamaah haji terbanyak di dunia setiap tahun sehingga memiliki bargaining power yang lebih dari negara lain. Hal ini harus dimanfaatkan Pemerintah Indonesia untuk mendesak Pemerintah Saudi memperbaiki kinerjanya.Boleh saja ada yang berpendapat apa yang terjadi dengan para jamaah haji tersebut merupakan takdir dan kehendak Tuhan, tetapi tetap saja diperlukan ikhtiar maksimal dari manusia untuk menghindar agar tragedi tak sampai terjadi. Sebab kalau kondisi ini diteruskan tanpa ada evaluasi menyeluruh, bukan tidak mungkin tragedi-tragedi maut akan berulang di masa depan.Intinya Pemerintah Saudi harus segera total memperbaiki manajemen pengelolaan haji. Mengatur 2 juta jamaah haji bukan hal yang mudah. Karena itu, butuh profesionalisme dan pengawasan sangat ketat. Bila perlu usulan pembentukan kepanitiaan bersama dari berbagai negara untuk menangani haji perlu dipertimbangkan serius.Selama ini pengelolaan haji dimonopoli Pemerintah Saudi. Dilibatkannya panitia dari berbagai negara tentu akan lebih baik karena pengelolaannya pasti lebih transparan dan akuntabel. Semoga tragedi Mina ini menjadi yang terakhir.
(bhr)