Kabinet Pasca-Reshuffle

Selasa, 18 Agustus 2015 - 08:43 WIB
Kabinet Pasca-Reshuffle
Kabinet Pasca-Reshuffle
A A A
Mukhamad Misbakhun
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar

Dalam pemerintahan dengan sistem presidensial seperti di Indonesia, kabinet selalu menjadi salah satu fokus perhatian.

Siapa yang duduk di sana, rekam jejak, kapabilitas, asal partai, maupun pengalaman profesionalnya selalu menjadi perbincangan publik. Perbincangan tidak berakhir ketika kabinet dilantik, namun akan terus menjadi perhatian sepanjang masa kerjanya. Pada dasarnya ini merupakan pertanda baik. Perhatian pada kinerja pejabat publik adalah salah satu bentuk ketertarikan pada politik.

Komentar maupun sikap kritis adalah bentuk kepedulian dan partisipasi publik. Dalam situasi perekonomian dib mana belanja negara sebagian besar berasal penerimaan pajak, aspirasi rakyat adalah suara pemegang saham. Rakyat adalah sumber legitimasi para elite politik dan sumber pembiayaan berjalannya pemerintahan. Reshuffle kabinet menjelang peringatan kemerdekaan RI menarik perhatian masyarakat luas.

Pada satu sisi masyarakat tengah gundah karena berbagai persoalan ekonomi yang mendera. Tak hanya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus turun, namun juga kenaikan harga berbagai bahan pokok dan menghilangnya pasokan daging sapi; yang harus dihadapi masyarakat. Namun, hal yang menarik adalah di tengah realitas berbagai masalah ekonomi yang dialami tersebut, publik justru memberikan apresiasi terhadap kinerja ekonomi pemerintah.

Peningkatan kepuasan publik di tengah berbagai persoalan ekonomi, membawa kita pada kesimpulan bahwa publik menjadi semakin cerdas dan realistis. Dalam arti, publik dapat memilah mana variabelvariabel yang dapat dikendalikan oleh pemerintah dan mana yang tidak. Apresiasi masyarakat pada bidang ekonomi yang meningkatkan kepuasan, terutama terkait program kerja bagi masyarakat kecil seperti pedagang pasar, petani, dan nelayan.

Program kerja yang dirasakan langsung adalah pengembangan pasar tradisional, pemberian bantuan benih, pupuk, obatobatan dan biaya tenaga kerja serta moratorium izin kapalkapal ikan buatan luar negeri. Program kerja yang berkaitan langsung dengan ekonomi rakyat ini termasuk dalam variabelvariabel yang dapat dikendalikan pemerintah.

Belanja negara dialokasikan secara optimal pada sektor-sektor yang meningkatkan produktivitas masyarakat kecil. Pilihan ini menunjukkan kepada siapa pemerintah berpihak. Ironisnya, perhatian sebagian pengamat lebih tertuju pada indikator-indikator yang posisinya tidak sepenuhnya dapat dikendalikan pemerintah. Atau dapat dikatakan bahwa kendali pemerintah sangatlah kecil.

Sebut saja nilai tukar terhadap dolar AS. Jelas tidak adil apabila kerja pemerintah di bidang ekonomi semata dinilai dari terus melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS merupakan resultan dari interaksi kompleks antarberbagai variabel ekonomi global.

Tentu dapat dilakukan upayaupaya sistematis untuk mengatasi persoalan nilai tukar mata uang tersebut, tetapi terdapat batas-batas di luar kendali otoritasmoneter. Yangtakkalah penting sebenarnya adalah bagaimana memanfaatkan situasi ini menjadi berkah bagi penguatan ekonomi makro, yaitu dengan memperkuat orientasi ekspor.

Pasca- Reshuffle

Apresiasi masyarakat secara umum terhadap kinerja ekonomi pemerintah pada dasarnya dapat membangkitkan optimisme yang akhirnya mendorong sentimen positif. Optimisme ini perlu dijaga oleh tim ekonomi Kabinet Kerja pasca-reshuffle. Perombakan yang baru saja dilakukan oleh Presiden Jokowi diharapkan bisa membangun tim ekonomi yang kuat, responsif terhadap dinamika gejolak harga di pasar.

Melakukan koordinasi yang intensif dan kuat dengan pengambil kebijakan di sektor moneter, yaitu Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sehingga nilai mata uang rupiah bisa diperkuat kembali dengan pengendalian yang harmonis antara kebijakan di sektor fiskal dan moneter. Nama-nama yang dipilih Jokowi untuk masuk dalam kabinet reshuffle sebagian besar dapat membangkitkan optimisme bagi pelaku pasar.

Rekam jejak dan kapabilitasnya cukup menjanjikan untuk membawa bangsa ini dari realitas yang dalam beberapa waktu terakhir stagnan dalam pengaruh dinamika global. Rizal Ramli dengan pengalamannya yang panjang diharapkanbisamemperkuatkoordinasi potensi ekonomi di sektor kemaritiman. Terlebih karena koordinasi antarsektor dipertegas, yaitu bidang maritim dan sumber daya.

Ekspor produk kelautan yang terkena imbas pelambatan ekonomi dunia bisa kembali dijadikan primadona untuk menambah devisa negara. Begitu pula pemanfaatan potensi cadangan minyak dan gas bumi di wilayah perairan laut Indonesia lebih diperkuat.

Hadirnya Thomas Lembong dengan pengalaman dan lobi internasionalnya di bidang perdagangan diharapkan bisa mengatasi isu-isu ketersediaan bahan pangan, distribusi dan impor kebutuhan pokok yang terus meningkat sehingga defisit neraca perdagangan bisa segera ditutup dan justru diarahkan menjadi surplus.

Sofyan Djalil dengan pengalaman berganti posisi di beberapa kementerian diharapkan bisa menjadi menteri yang cakap dalam perencanaan pembangunan nasional, di mana problem-problem perencanaan yang selama ini terasa kurang berjalan dengan baik bisa diselesaikan segera. Kematangan dan pengalaman panjang Pramono Anung dalam partai politik diharapkan menjadi modal penting dalam mengelola berbagai isu krusial untuk menjadi prioritas perhatian Presiden.

Relasi harmonis dengan DPR adalah salah satu kunci yang dapat menjadi perhatiannya dan dikelola tak semata secara formal, namun juga kultural. Tugasyangdiembanmenterimenteri baru dalam kabinet jelas tidak ringan. Persoalan koordinasi harus segera tuntas, terutama dalam bidang ekonomi, karena publik menanti langkah-langkah nyata.

Dinamika ekonomi global memang tak dapat dielakkan pengaruhnya, namun bagaimana merumuskan strategi cerdas dan mengimplementasikannya adalah tantangan yang harus segera dijawab. Optimisme pasar pada kabinet harus dijadikan bekal membawa negara ini beranjak dari realita menuju cita-cita kesejahteraan bersama.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0983 seconds (0.1#10.140)