Capim KPK
A
A
A
Jika tidak ada perubahan rencana, Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel Capim KPK) hari ini akan mengumumkan nama-nama pelamar yang sudah terjaring pada seleksi tahap pertama.
Hingga kemarin, Pansel Capim KPK telah menerima 538 pelamar yang berminat menjadi komisioner di lembaga antirasuah ini. Namun Pansel masih memberi kesempatan kepada separuh pelamar yang belum melengkapi persyaratan administratif agar segera memenuhinya sebelum diumumkan.
Pengumuman nama-nama pelamar calon pimpinan KPK ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu masyarakat. Karena itu pengumuman secara terbuka daftar nama 538 calon pimpinan KPK itu menjadi momentum penting dan krusial. Mengapa? Karena masyarakat ingin pimpinan KPK mendatang adalah orang-orang yang berintegritas tinggi, memiliki kemampuan hukum yang mumpuni, berani dan bernyali, pekerja keras, dan jika mungkin benar-benar bebas dari kepentingan apa pun yang akan membebaninya.
Mencari sosok-sosok yang memenuhi kriteria seperti itu memang tidak mudah. Atas dasar keinginan tersebut, para srikandi Pansel KPK rela terjun langsung jemput bola ke tokoh-tokoh yang dianggap layak memimpin KPK agar mendaftarkan diri. Meyakinkan para tokoh yang memiliki kemampuan dan komitmen tinggi dalam pemberantasan korupsi juga butuh perjuangan keras.
Tidak semua bersedia menjadi pimpinan KPK. Apalagi ada contoh kurang baik yang dipertontonkan pimpinan KPK periode lalu yang harus berurusan dengan penegak hukum lain. Langkah yang diambil Pansel sejauh ini sudah baik. Rekrutmen calon pimpinan KPK memang harus dilakukan terbuka, transparan, serta partisipatif.
Latar belakang para pelamar harus dilaporkan ke publik untuk menutup celah para makelar atau mafia untuk mengooptasi salah satu atau beberapa calon yang potensial menjadi pimpinan KPK. Bukan rahasia lagi jika orang-orang yang lolos seleksi calon pimpinan KPK akan diincar, dilobi, dimodali dengan imingiming yang menggiurkan dengan maksud-maksud tertentu.
Para pelobi ulung ini berharap ketika terpilih nanti calon pimpinan KPK ini tahu balas budi. Ketika sudah masuk ke jebakan ini, jangan harap pimpinan KPK bisa bekerja cepat penuh integritas. Karena ada beban berat di pundak dalam menyelidiki dan menyidik suatu perkara. Dari sisi itulah semua pihak harus waspada. Pansel Capim KPK yang semua diambil dari kaum perempuan seharusnya memiliki pendekatan khas yang berbeda dari pansel tahun sebelumnya.
Dengan demikian nama-nama yang terjaring benar-benar murni dari pelamar, bukan titipan atau drop-dropan dari pihak-pihak yang tidak ingin KPK kuat dan maju. Partisipasi masyarakat juga menjadi kunci untuk menutup celah-celah sempit yang sangat berbahaya jika tidak dikelola dengan baik. Apa yang menimpa sejumlah pimpinan KPK periode sebelumnya adalah pelajaran berharga.
Sebelum diserahkan ke DPR untuk dipilih, Pansel Capim KPK harus memastikan nama-nama pelamar bukanlah orang yang memiliki beban masa lalu sehingga Pansel memberikan pilihan-pilihan yang baik kepada DPR, lalu DPR akan memilih yang terbaik di antara yang baik-baik tadi. Bukan memilih capim yang tidak jelas kapabilitas dan kapasitasnya.
Masyarakat juga dituntut proaktif memberikan masukan setelah nama-nama tersebut diumumkan di media massa. Masukan dan input dari masyarakat bisa menjadi pertimbangan untuk menentukan layak tidaknya seorang pelamar. Jika perlu, lakukan kunjungan lapangan langsung untuk mengonfirmasi masukanmasukan dari publik terhadap nama-nama yang telah diumumkan KPK.
Seleksi berlapis dan rumit ini pun belum bisa menjamin kita tidak salah memilih komisioner. Tapi paling tidak ada usaha keras dan nyata untuk memilih calon pimpinan KPK. Inilah saatnya KPK diisi sosok-sosok hebat yang berani, yang tidak mudah tergoda harta dan kekuasaan serta berkomitmen dan fokus pada pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Mari kita dukung Pansel Capim KPK untuk mewujudkannya.
Hingga kemarin, Pansel Capim KPK telah menerima 538 pelamar yang berminat menjadi komisioner di lembaga antirasuah ini. Namun Pansel masih memberi kesempatan kepada separuh pelamar yang belum melengkapi persyaratan administratif agar segera memenuhinya sebelum diumumkan.
Pengumuman nama-nama pelamar calon pimpinan KPK ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu masyarakat. Karena itu pengumuman secara terbuka daftar nama 538 calon pimpinan KPK itu menjadi momentum penting dan krusial. Mengapa? Karena masyarakat ingin pimpinan KPK mendatang adalah orang-orang yang berintegritas tinggi, memiliki kemampuan hukum yang mumpuni, berani dan bernyali, pekerja keras, dan jika mungkin benar-benar bebas dari kepentingan apa pun yang akan membebaninya.
Mencari sosok-sosok yang memenuhi kriteria seperti itu memang tidak mudah. Atas dasar keinginan tersebut, para srikandi Pansel KPK rela terjun langsung jemput bola ke tokoh-tokoh yang dianggap layak memimpin KPK agar mendaftarkan diri. Meyakinkan para tokoh yang memiliki kemampuan dan komitmen tinggi dalam pemberantasan korupsi juga butuh perjuangan keras.
Tidak semua bersedia menjadi pimpinan KPK. Apalagi ada contoh kurang baik yang dipertontonkan pimpinan KPK periode lalu yang harus berurusan dengan penegak hukum lain. Langkah yang diambil Pansel sejauh ini sudah baik. Rekrutmen calon pimpinan KPK memang harus dilakukan terbuka, transparan, serta partisipatif.
Latar belakang para pelamar harus dilaporkan ke publik untuk menutup celah para makelar atau mafia untuk mengooptasi salah satu atau beberapa calon yang potensial menjadi pimpinan KPK. Bukan rahasia lagi jika orang-orang yang lolos seleksi calon pimpinan KPK akan diincar, dilobi, dimodali dengan imingiming yang menggiurkan dengan maksud-maksud tertentu.
Para pelobi ulung ini berharap ketika terpilih nanti calon pimpinan KPK ini tahu balas budi. Ketika sudah masuk ke jebakan ini, jangan harap pimpinan KPK bisa bekerja cepat penuh integritas. Karena ada beban berat di pundak dalam menyelidiki dan menyidik suatu perkara. Dari sisi itulah semua pihak harus waspada. Pansel Capim KPK yang semua diambil dari kaum perempuan seharusnya memiliki pendekatan khas yang berbeda dari pansel tahun sebelumnya.
Dengan demikian nama-nama yang terjaring benar-benar murni dari pelamar, bukan titipan atau drop-dropan dari pihak-pihak yang tidak ingin KPK kuat dan maju. Partisipasi masyarakat juga menjadi kunci untuk menutup celah-celah sempit yang sangat berbahaya jika tidak dikelola dengan baik. Apa yang menimpa sejumlah pimpinan KPK periode sebelumnya adalah pelajaran berharga.
Sebelum diserahkan ke DPR untuk dipilih, Pansel Capim KPK harus memastikan nama-nama pelamar bukanlah orang yang memiliki beban masa lalu sehingga Pansel memberikan pilihan-pilihan yang baik kepada DPR, lalu DPR akan memilih yang terbaik di antara yang baik-baik tadi. Bukan memilih capim yang tidak jelas kapabilitas dan kapasitasnya.
Masyarakat juga dituntut proaktif memberikan masukan setelah nama-nama tersebut diumumkan di media massa. Masukan dan input dari masyarakat bisa menjadi pertimbangan untuk menentukan layak tidaknya seorang pelamar. Jika perlu, lakukan kunjungan lapangan langsung untuk mengonfirmasi masukanmasukan dari publik terhadap nama-nama yang telah diumumkan KPK.
Seleksi berlapis dan rumit ini pun belum bisa menjamin kita tidak salah memilih komisioner. Tapi paling tidak ada usaha keras dan nyata untuk memilih calon pimpinan KPK. Inilah saatnya KPK diisi sosok-sosok hebat yang berani, yang tidak mudah tergoda harta dan kekuasaan serta berkomitmen dan fokus pada pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Mari kita dukung Pansel Capim KPK untuk mewujudkannya.
(bbg)