Perempuan Menghadapi Tantangan Zaman

Sabtu, 25 April 2015 - 11:22 WIB
Perempuan Menghadapi Tantangan Zaman
Perempuan Menghadapi Tantangan Zaman
A A A
NURAINI AHMAD
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah

Peringatan Hari Kartini sebagai pahlawan nasional bertepatan dengan hari dan tanggal kelahiran RA Kartini, yaitu setiap tanggal 21 April setiap tahunnya. Peringatan Hari Kartini tersebut kemudian diperingati secara nasional oleh segenap bangsa ini.

Kartini adalah lambang perjuangan kaum perempuan Indonesia untuk memajukan diri. Penetapan nama RA Kartini sebagai pahlawan nasional akhir-akhir ini banyak menuai kritikan dari kalangan ahli sejarah. Umumnya mereka menggugat kenapa Kartini, sementara banyak tokoh perempuan lain. Namun penulis tidak dalam kapasitas mempersoalkan penokohan Kartini, biarlah ahli sejarah yang meluruskannya.

Bagi penulis, penetapan nama RA Kartini sesungguhnya adalah suatu bentuk penghormatan atau sebagai simbol dari bentuk pengakuan anak bangsa ini terhadap jasa-jasa kaum perempuan yang telah berjuang dalam mengangkat derajat kaum perempuan Indonesia. Penghormatan itu tentu tidak berhenti pada Kartini, tapi semua perempuan Indonesia yang memperjuangkan hak kaumnya untuk maju.

Ada beberapa tokoh pejuang perempuan lain yang tentu harus kita kenang dan ikuti perjuangannya, di antaranya Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Siti Manggopoh, Rasuna Said, Rohana Kudus, Rahmah El Yunusiyah, Martha Christina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyi Ageng Serang, Nyi Ahmad Dahlan, dan masih banyak pejuang perempuan tanah air yang tak mungkin disebutkan namanya satu persatu.

Perempuan Berdiri Sejajar

Kiranya sudah tak pantas adanya kata marginalisasi buat kaum perempuan dewasa ini. Kenapa? Menurut hemat penulis sejauh ini perempuan Indonesia telah bergerak dan berkiprah dalam segala bidang kehidupan dan berdiri sejajar dengan kaum pria. Sumbangsih mereka dalam memajukan bangsa Indonesia sangat penting.

Lihat saja di bidang politik Indonesia sudah punya presiden perempuan, yaitu Megawati Soekarno Putri. Menterimenteri perempuan pun sangat banyak dan tidak hanya mengurusi urusan perempuan. Kita juga punya puluhan kepala daerah perempuan. Bahkan Walikota Surabaya Tri Rismaharini masuk Wali Kota kelas dunia.

Di tingkat dunia kita juga kenal seorang perempuan bernama Sri Mulyani Indrawati, seorang mantan menteri kita yang menjadi pimpinan Bank Dunia. Bidang pertahanan keamanan banyak bermunculan nama-nama perempuan, bahkan sudah beberapa orang telah menyandang pangkat Jendral berbintang. Bidang yang sangat langka di masa lalu, kini Kartini-Kartini kita sudah banyak menjadi serdadu, bahkan berpangkat jenderal.

Dalam bidang pendidikan sudah banyak perempuan Indonesia yang bergelar profesor dan doktor di segala bidang. Bahkan tak sedikit yang menjadi rektor dan pembantu rektor dan tidak sedikit pula yang menjabat sebagai dekan dan pembantu dekan. Pada bidang kesehatan sudah banyak yang bergelar, profesor, doktor dan para tenagatenaga dan spesialis di bidang kesehatan. Entrepreneur perempuan pun terus lahir dan membuktikan diri bahwa jenis kelamin tak mempengaruhi kesuksesan mereka. Masih banyak contoh-contoh di berbagai sector lain.

Kartini dan Tantangan Globalisasi

Pada era globalisasi di mana dunia semakin kecil yang dikenal dengan era kesejagatan, sekat-sekat negara sudah mulai hilang. Ideologi dan budaya negara asing akan masuk ke Indonesia tanpa bisa dibendung. Bagaimanakah peran perempuan dan bagaimana pula perempuan menghadapi tantangan yang datang bersama perubahan zaman ini? Era ini ditandai dengan semakin majunya bidang teknologi.

Kita jadi mengenal era digital dan era internet yang membuat semua hal mudah diakses. Hal ini sangat menguntungkan dalam segala bidang, termasuk komunikasi bidang pendidikan, perdagangan, perekonomian politik, dan sebagainya, tetapi di samping dampak positif tentu juga ada dampak negatifnya (Alwi Shihab, Islam Inklusif , 1997). Kartini Indonesia harus mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Para Kartini- Kartini terutama yang berusia muda harus bisa meningkatkan ilmu pengetahuan menjadi sarjana-sarjana yang hebat yang bisa diperhitungkan dunia. Kartini kita harus mampu bersaing dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, minimal menjadi pengguna teknologi yang baik dan memanfaatkan teknologi itu dengan baik untuk diri sendiri, keluarga, jangan sampai menjadi korban kemajuan teknologi.

Kesempatan terbuka lebar untuk perempuan berkiprah dalam segala bidang kehidupan, kini tinggal pada kemampuan dan kemauan kaum perempuan saja. Kaum perempuan Indonesia harus eksis dan bisa bersaing dengan penduduk dunia lainnya, namun ia harus berkarakter sebagai orang Indonesia yang dikenal agamais, ramah, santun, berjiwa sosial serta saling menghargai.

Untuk itu diperlukan Kartini yang kuat di ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta kuat iman dan takwanya (imtak). Imtak yang kuat akan mampu menjadi benteng dalam kehidupannya dan tak jarang kita temui perempuan yang menjadi penopang kehidupan keluarga sekaligus menjadi kepala keluarga pencari rezeki akibat perceraian hidup atau perceraian mati.

Tak jarang kita jumpai ibu-ibu yang hidup sendirian/janda, bisa hidup dengan layak dan berhasil mendidik dan mengantarkan anak-anak mereka pada tingkat pendidikan yang tinggi bahkan sampai memperoleh kesarjanaan dan mampu mendapatkan pekerjaan yang layak, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru semuanya tak lepas dari bimbingan dan perjuangan serta kerja keras sang ibu (Kartini pejuang).

Mari kita berdayakan kaum perempuan agar mampu mengatasi persoalan hidupnya sebagai guru pertama dari semua anak Indonesia. Selamat Hari Kartini. Jadilah Kartini-Kartini yang kuat, tangguh, mandiri serta menjaga harga diri. Jayalah Indonesiaku.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2805 seconds (0.1#10.140)