Tiga Fokus Chief Human Capital Officer saat Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
Budaya kerja tradisional menempatkan manajer sebagai pihak yang serba tahu dan serba mengontrol aktivitas karyawan. Namun pada penerapan WFH, kepercayaan dan kemerdekaan adalah kunci penting budaya perusahaan.
Maitland dan Thompson (2014) menyatakan,perubahan budaya adalah bagian penting dalam penerapan cara kerja baru. Perlu disadari bahwa nilai-nilai adalah hal yangmendasar bagi sebuah perusahaan.
Terkadang nilai-nilai tersebut tertulis di dalam misi perusahaan. Namun ada juga yang tidak tertulis, tapi dicerminkan dalam perilaku manajer.
Masalah muncul ketika terdapat kontradiksi antara nilai yang dinyatakan ke publik dengan perilaku manajer di perusahaan. Manajer mungkin berkata bahwa mereka mendukung fleksibilitas pekerjaan. Namun pada setiap kesempatan juga selalu menyatakan bahwa mendedikasikan sebagian besar waktu di kantor sebagai faktor yang menentukan keberhasilan pekerjaan.
Contoh lain, manajer mungkin menyatakan bahwa mereka akan memberi reward terutama berdasarkan atas output. Namun juga selalu menyatakan bahwa mereka menghargai karyawan yang pulang telat saat bekerja di kantor. Sehingga menghabiskan waktu di kantor adalah sebuah norma budaya.
Jika perusahaan ingin menerapkan new workplace arrangement, maka kuncinya menurut Maitland dan Thompson (2014) adalah pemberian kepercayaan kepada karyawan, pemberian reward berdasarkan output, pemahaman kenapa perusahaan harus menerapkan WFH, pengubahan persepsi dimulai dari top manajemen, dan pemberlakuan karyawan sebagai individu yang unik.
Terkait hal ini, maka peran CHCO adalah memfasilitasi perubahan budaya di dalam perusahaan. CHCO harus memastikan bahwa perubahan budaya sebagai kebutuhan perusahaan, dan membuka mata manajer akan pentingnya membangun budaya baru.
CHCO juga dituntut untuk merancang strategi, dan program spesifik, beserta manajemen risiko dalam implementasi budaya baru tersebut. Melalui cara inilah, new workplace arrangement akan memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan, baik dari sisi produktivitas, kreativitas, maupun loyalitas.
Maitland dan Thompson (2014) menyatakan,perubahan budaya adalah bagian penting dalam penerapan cara kerja baru. Perlu disadari bahwa nilai-nilai adalah hal yangmendasar bagi sebuah perusahaan.
Terkadang nilai-nilai tersebut tertulis di dalam misi perusahaan. Namun ada juga yang tidak tertulis, tapi dicerminkan dalam perilaku manajer.
Masalah muncul ketika terdapat kontradiksi antara nilai yang dinyatakan ke publik dengan perilaku manajer di perusahaan. Manajer mungkin berkata bahwa mereka mendukung fleksibilitas pekerjaan. Namun pada setiap kesempatan juga selalu menyatakan bahwa mendedikasikan sebagian besar waktu di kantor sebagai faktor yang menentukan keberhasilan pekerjaan.
Contoh lain, manajer mungkin menyatakan bahwa mereka akan memberi reward terutama berdasarkan atas output. Namun juga selalu menyatakan bahwa mereka menghargai karyawan yang pulang telat saat bekerja di kantor. Sehingga menghabiskan waktu di kantor adalah sebuah norma budaya.
Jika perusahaan ingin menerapkan new workplace arrangement, maka kuncinya menurut Maitland dan Thompson (2014) adalah pemberian kepercayaan kepada karyawan, pemberian reward berdasarkan output, pemahaman kenapa perusahaan harus menerapkan WFH, pengubahan persepsi dimulai dari top manajemen, dan pemberlakuan karyawan sebagai individu yang unik.
Terkait hal ini, maka peran CHCO adalah memfasilitasi perubahan budaya di dalam perusahaan. CHCO harus memastikan bahwa perubahan budaya sebagai kebutuhan perusahaan, dan membuka mata manajer akan pentingnya membangun budaya baru.
CHCO juga dituntut untuk merancang strategi, dan program spesifik, beserta manajemen risiko dalam implementasi budaya baru tersebut. Melalui cara inilah, new workplace arrangement akan memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan, baik dari sisi produktivitas, kreativitas, maupun loyalitas.
(poe)