Tiga Fokus Chief Human Capital Officer saat Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
Dr. Wendra, M.HRM
Head of Human Capital Management Department
TANTANGAN kali ini benar-benar luar biasa. Jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya. Bagi chief human capital officer (CHCO), kelesuan ekonomi saat ini menuntut kebijakan dan kreativitas baru mereka. Peran CHCO menjadi makin strategis di dalam perusahaan. Kondisi ini relatif lebih intens dibanding sebelumnya.
Berbeda dengan perlambatan ekonomi tahun 1998 dan 2008, chief financial officer (CFO) adalah pemain kuncinya. Aksi “bos” lain seakan tertutupi. Hidup mati perusahaan bak berada di tangan CFO. Jika CFO-nya hebat, perusahaan eksis. Jika salah langkah, perusahaan tinggal sejarah.
Namun sekarang, pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian benar-benar di luar prediksi. Perusahaan tidak siap. Karyawan juga tidak siap. Tidak ada warning. Semuanya terjadi begitu cepat.
Mendadak karyawan harus Work From Home (WFH). Di tengah kegagapan menggunakan teknologi teleconference, anak-anak mereka yang School From Home (SFH) juga merengek di ujung kaki mereka.
Pada kondisi ini, peran CHCO menjadi sangat kritis. Setidaknya ada tiga hal yang harus menjadi fokus mereka.
1. Mengelola New Workplace Arrangement
Seperti kita tahu, saat ini di Jakarta hampir semua perusahaan memberlakukan WFH. Secara global jumlahnya pasti bisa mencapai jutaan karyawan yang WFH. Perusahaan-perusahaan raksasa seperti Amazon, Apple, Google, Twitter, dan Airbnb juga telah memerintahkan karyawannya untuk menjauhi kantor.
Berita bagusnya, penyebaran Covid-19ini memberikan kesempatan bagi dunia bereksperimen menerapkan WFH. Pekerja yang tidak wajib datang ke kantor, bukan hanya diimbau untuk tidak ke kantor, namun dipaksa untuk tidak ke kantor.
Bahkan, karyawan diharapkan mengurangi interaksi fisik. Tidak bersalaman misalnya. Semua event penting perusahaan yang mengundang kerumunan juga dibatalkan atau ditunda.
Jika praktek WFH ini dirasakan efektif, kemungkinan besar akan menjadi praktekyang normal di masa mendatang. WFH adalah new workplace arrangement itu sendiri.
Head of Human Capital Management Department
TANTANGAN kali ini benar-benar luar biasa. Jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya. Bagi chief human capital officer (CHCO), kelesuan ekonomi saat ini menuntut kebijakan dan kreativitas baru mereka. Peran CHCO menjadi makin strategis di dalam perusahaan. Kondisi ini relatif lebih intens dibanding sebelumnya.
Berbeda dengan perlambatan ekonomi tahun 1998 dan 2008, chief financial officer (CFO) adalah pemain kuncinya. Aksi “bos” lain seakan tertutupi. Hidup mati perusahaan bak berada di tangan CFO. Jika CFO-nya hebat, perusahaan eksis. Jika salah langkah, perusahaan tinggal sejarah.
Namun sekarang, pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian benar-benar di luar prediksi. Perusahaan tidak siap. Karyawan juga tidak siap. Tidak ada warning. Semuanya terjadi begitu cepat.
Mendadak karyawan harus Work From Home (WFH). Di tengah kegagapan menggunakan teknologi teleconference, anak-anak mereka yang School From Home (SFH) juga merengek di ujung kaki mereka.
Pada kondisi ini, peran CHCO menjadi sangat kritis. Setidaknya ada tiga hal yang harus menjadi fokus mereka.
1. Mengelola New Workplace Arrangement
Seperti kita tahu, saat ini di Jakarta hampir semua perusahaan memberlakukan WFH. Secara global jumlahnya pasti bisa mencapai jutaan karyawan yang WFH. Perusahaan-perusahaan raksasa seperti Amazon, Apple, Google, Twitter, dan Airbnb juga telah memerintahkan karyawannya untuk menjauhi kantor.
Berita bagusnya, penyebaran Covid-19ini memberikan kesempatan bagi dunia bereksperimen menerapkan WFH. Pekerja yang tidak wajib datang ke kantor, bukan hanya diimbau untuk tidak ke kantor, namun dipaksa untuk tidak ke kantor.
Bahkan, karyawan diharapkan mengurangi interaksi fisik. Tidak bersalaman misalnya. Semua event penting perusahaan yang mengundang kerumunan juga dibatalkan atau ditunda.
Jika praktek WFH ini dirasakan efektif, kemungkinan besar akan menjadi praktekyang normal di masa mendatang. WFH adalah new workplace arrangement itu sendiri.