Efek Gema Gangster

Kamis, 22 Desember 2022 - 22:31 WIB
loading...
Efek Gema Gangster
Sugeng Winarno (Fot:o: Ist)
A A A
Sugeng Winarno
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang

FENOMENA gangster telah menjalar dari satu daerah ke daerah lain. Informasi seputar aksi para gangster itu menyebar lewat media massa dan beragam platform media sosial (medsos). Efek gema atau gaung (echo chamber effect) informasi aksi para gangster seakan menjadi ajakan kepada remaja lain untuk ikut bergabung. Viralnya sejumlah aksi gangster di beberapa kota punya efek gema yang kuat dan berpotensi diimitasi remaja lain.

Echo chamber dalam penjelasan singkat bisa diartikan sebagai ruang di dunia maya, tempat orang berteriak tanpa mau tahu dengan kondisi nyatanya. Echo chamber, efek gema atau gaung merupakan deskripsi metafora (metaphorical description) dari situasi yang membuat orang percaya pada sesuatu karena adanya pengulangan yang terus menerus. Informasi yang terus direpetisi berpeluang menimbulkan orang lain, terutama para remaja yang sedang mencari jati diri untuk meniru.

Baca Juga: koran-sindo.com

Gambar-gambar aksi anarkistis gangster banyak disebar lewat akun Facebook, Twitter, Instagram, TikTok, dan WhatsApp (WA). Tak hanya foto, sejumlah video juga bermunculan di medsos. Bahkan, beberapa video editan juga ramai di laman YouTube dan TikTok. Gambar bergerak aksi penangkapan gangster jadi adegan yang cukup heroik. Beragam materi visual dan audio visual aksi gangster menyita perhatian banyak remaja.

Gema Aksi Gangster
Semua informasi terkait aksi gangster yang beredar lewat medsos menjadi gema yang semakin kuat. Bisa jadi informasi yang beredar di medsos itu awalnya sebuah peristiwa biasa-biasa saja. Namun, karena pesan itu terus bergema, lantas sesuatu itu menjadi luar biasa. Kemampuan menggemakan informasi yang dimiliki medsos tak jarang menjerumuskan sejumlah remaja pada penilaian dan pemaknaan pesan yang keliru. Gema pesan di medsos itu bisa membuat banyak remaja terkadang tak mampu berpikir jernih dan logis.

Beredar viralnya beragam informasi tentang aksi dan penangkapan gangster di sejumlah wilayah justru berpotensi menjadikan sejumlah remaja tertarik menjadi gangster. Kesan bahwa menjadi gangster itu keren bisa menimbulkan keinginan remaja tertarik mencoba. Beragam narasi tentang gangster di medsos yang keliru perlu dilawan dengan pesan-pesan tandingan yang positif.

Informasi terkait aksi gangster terus menggema dan menggelembung karena sistem algoritma di medsos akan terus menyajikan berita dan informasi yang paling sering diklik. Ketika para pengguna medsos itu pernah mengakses informasi tentang aksi gangster tertentu misalnya, informasi terkait hal itu akan secara otomatis terus menjejali konten pesan di ruang maya mereka. Hal ini persis dengan pola penayangan iklan online yang terus mencekoki iklan sejenis pada mereka yang pernah mencari produk iklan tertentu.

Kebiasaan orang mengakses materi tertentu di linimasa akan menentukan algoritma dalam membagi-bagikan materi serupa kepada pengguna tersebut. Ketika segala berita dan informasi tentang gangster itu viral dan banyak diakses orang, otomatis algoritma akan menyuplai informasi sejenis secara rutin pada mereka yang awalnya mengakses tema tersebut.

Sayangnya, sistem algoritma tak mampu memilah informasi yang terkirim itu baik atau buruk efeknya, valid atau tidak, berdasar fakta atau hanya abal-abal. Semua disajikan berdasarkan kata kunci (keyword) tertentu yang sering dicari oleh pengguna internet. Kondisi inilah yang mampu menciptakan ruang gaung dalam interaksi di dunia maya. Seperti halnya suara gaung di dunia nyata, efek gaung tentu dapat mendistorsi suara aslinya. Demikian halnya dengan gaung informasi di dunia maya, efeknya bahkan bisa langsung ke dunia nyata.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1800 seconds (0.1#10.140)