Presiden Yunus Emre Sebut Indonesia Harus Dijadikan Mitra Strategis Turki Kampanyekan Budaya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Yunus Emre Enstitüsü sekaligus tim penasihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Seref Ates mengatakan bahwa Indonesia harus dijadikan sebagai mitra paling strategis dalam mengampanyekan budaya dan bahasa. Turki dan Indonesia sudah menjalin hubungan semenjak masa Dinasti Utsmaniyah.
Dia mengatakan keberadaan Yunus Emre Enstitüsü sangat tepat di Indonesia dan akan mampu menjadi motor penguat hubungan antar-kedua negara. Hal tersebut dikatakannya dalam acara simposium internasional di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (14/12/2022).
Dia merasa sangat berbahagia berada dan hadir pertama kali ke Indonesia. Dia mengatakan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang begitu ramah dan berperadaban. “Begitu tinggi budaya dan adat istiadat yang dimiliki oleh Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Rektor UIN Jakarta Prof Amany Lubis mengaku sangat berbahagia menerima kehadiran Yunus Emre Enstitüsü di Indonesia khususnya UIN Jakarta. “Akan banyak kerja sama yang bisa kita buat. Di mana kita ketahui Indonesia dan Turki memiliki banyak kesamaan baik secara agama, keberagaman budaya, dan juga bahasa,” katanya dalam kesempatan sama.
Dubes Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal juga menyambut baik acara bertema "Strengthening Indonesia-Turkiye Relations through Language and Cultural Diplomacy” tersebut. Dia berharap kehadiran Yunus Emre Enstitüsü bukan hanya mampu menjadi media mengenalkan budaya dan bahasa Turki untuk masyarakat Indonesia, namun juga menjadi jembatan untuk mengenalkan keberagaman budaya dan bahasa yang dimiliki oleh Indonesia. “Ini yang disebut sebagai soft diplomacy. Dan di era modern ini yang paling tepat untuk dilakukan,” ujarnya.
Sekitar 1.000 orang peserta menghadiri acara yang merupakan hasil kerja sama antara Yunus Emre Enstitüsü Turki dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus menandakan untuk pertama kalinya berdiri Yunus Emre Enstitüsü Cabang Indonesia yang sebelumnya ada di lebih dari 80 negara di seluruh penjuru dunia. Acara ini merupakan bagian integral dari rangkaian kerja sama Memorandum of Understanding (MoU) antara Yunus Emre Enstitüsü dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait pengembangan program-program internasional, akademik, bahasa, dan budaya.
Acara ini dihadiri langsung oleh Seref Ates, Amany Burhanuddin Lubis, Lalu Muhammad Iqbal, Wakil Dubes Turki untuk Indonesia Yasemin Yılmaz, Direktur Yunus Emre Institut Indonesia Cemal Şahin, Direktur Yunus Emre Malaysia Ömer Altun, Putra Presiden MUSIAD Turki di Indonesia Doddy Cleveland, beserta para pejabat daerah, pimpinan kampus, dan civitas akademika UIN Jakarta, serta masyarakat umum.
Simposium internasional itu juga menampilkan beragam persembahan seni budaya khas masing-masing negara seperti Tarian Darwis (Sufi) dari Turki, Tari Saman Aceh, Angklung, dan penampilan atribut kebudayaan Turki. Acara tersebut ditutup dengan penandatanganan prasasti batu tulis dan penabuhan gong tanda dibukanya kerja sama antara Yunus Emre Enstitüsü dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus menjadi awal mula berdirinya Yunus Emre Enstitüsü di Indonesia.
Dia mengatakan keberadaan Yunus Emre Enstitüsü sangat tepat di Indonesia dan akan mampu menjadi motor penguat hubungan antar-kedua negara. Hal tersebut dikatakannya dalam acara simposium internasional di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (14/12/2022).
Dia merasa sangat berbahagia berada dan hadir pertama kali ke Indonesia. Dia mengatakan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang begitu ramah dan berperadaban. “Begitu tinggi budaya dan adat istiadat yang dimiliki oleh Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Rektor UIN Jakarta Prof Amany Lubis mengaku sangat berbahagia menerima kehadiran Yunus Emre Enstitüsü di Indonesia khususnya UIN Jakarta. “Akan banyak kerja sama yang bisa kita buat. Di mana kita ketahui Indonesia dan Turki memiliki banyak kesamaan baik secara agama, keberagaman budaya, dan juga bahasa,” katanya dalam kesempatan sama.
Dubes Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal juga menyambut baik acara bertema "Strengthening Indonesia-Turkiye Relations through Language and Cultural Diplomacy” tersebut. Dia berharap kehadiran Yunus Emre Enstitüsü bukan hanya mampu menjadi media mengenalkan budaya dan bahasa Turki untuk masyarakat Indonesia, namun juga menjadi jembatan untuk mengenalkan keberagaman budaya dan bahasa yang dimiliki oleh Indonesia. “Ini yang disebut sebagai soft diplomacy. Dan di era modern ini yang paling tepat untuk dilakukan,” ujarnya.
Sekitar 1.000 orang peserta menghadiri acara yang merupakan hasil kerja sama antara Yunus Emre Enstitüsü Turki dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus menandakan untuk pertama kalinya berdiri Yunus Emre Enstitüsü Cabang Indonesia yang sebelumnya ada di lebih dari 80 negara di seluruh penjuru dunia. Acara ini merupakan bagian integral dari rangkaian kerja sama Memorandum of Understanding (MoU) antara Yunus Emre Enstitüsü dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait pengembangan program-program internasional, akademik, bahasa, dan budaya.
Acara ini dihadiri langsung oleh Seref Ates, Amany Burhanuddin Lubis, Lalu Muhammad Iqbal, Wakil Dubes Turki untuk Indonesia Yasemin Yılmaz, Direktur Yunus Emre Institut Indonesia Cemal Şahin, Direktur Yunus Emre Malaysia Ömer Altun, Putra Presiden MUSIAD Turki di Indonesia Doddy Cleveland, beserta para pejabat daerah, pimpinan kampus, dan civitas akademika UIN Jakarta, serta masyarakat umum.
Simposium internasional itu juga menampilkan beragam persembahan seni budaya khas masing-masing negara seperti Tarian Darwis (Sufi) dari Turki, Tari Saman Aceh, Angklung, dan penampilan atribut kebudayaan Turki. Acara tersebut ditutup dengan penandatanganan prasasti batu tulis dan penabuhan gong tanda dibukanya kerja sama antara Yunus Emre Enstitüsü dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus menjadi awal mula berdirinya Yunus Emre Enstitüsü di Indonesia.
(rca)