Inilah Profil 5 Penerima Kategori Pelestari AKI 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Inilah profil lima orang penggerak budaya yang masuk kategori Pelestari dalam Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) Tahun 2024. Penghargaan diberikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim.
Lima peraih penghargaan tersebut dinilai berkontribusi penting mempertahankan warisan tradisi maupun sejarah kebudayaan dari masa lalu. Mereka yang terpilih itu adalah Siami, Endo Suanda, Senari, Sardjono, serta Komunitas Pelestari Sejarah Budaya Kadhiri (PASAK).
Adapun tema AKI 2024 yakni Persembahan Istimewa Bagi Penggerak Budaya sebagai wujud apresiasi pemerintah yang dipersembahkan kepada para pelaku budaya di Indonesia yang telah berdedikasi dalam upaya pemajuan kebudayaan sekaligus mengajak masyarakat turut andil pada pelestarian kekayaan kebudayaan nasional.
Siami mewarisi keahlian menenun kain Wastra Osing dari ibunya. Kerapnya Siami melihat ibunya menenun, membuatnya tergerak untuk mempelajari dan mencobanya. Sehari-hari Siami membuat kain tenun khas Osing produknya mulai dari memintal sampai menjadi kain tenun.
Siami sudah menenun tenun kain Wastra Osing selama puluhan tahun, bahkan seolah menjadi warisan dari neneknya. Kain Wastra Osing bermakna sakral untuk upacara adat seperti kelahiran, pernikahan, serta kematian untuk menggendong batu nisan.
Berbagai produksi dan pertunjukan seni tradisi telah dihasilkan Endo, bahkan mendirikan sejumlah organisasi komunitas yang bergerak di bidang seni tradisi Nusantara. Endo bahkan telah menghasilkan karya menulis puluhan publikasi maupun presentasi tentang seni tradisi.
Endo secara khusus amat gigih dan konsisten memperjuangkan pelestarian seni tradisi Topeng Cirebon dan mendokumentasikannya untuk pemajuan kebudayaan.
“Seni tradisi Indonesia yang dirawat secara baik akan menjadi fondasi kuat dalam membangun karakter dan kepribadian bangsa kita. Selain itu, seni tradisional juga bisa menghasilkan pengetahuan baru yang dapat diturunkan ke generasi selanjutnya,” ujar Endo di malam puncak AKI 2024.
Senari adalah penulis senior dan amat dikenal dengan tulisan-tulisan lontarnya. Awalnya sebelum menjadi penulis lontar, Senari juga pelantun kitab Lontar Yusuf. Keseriusan Senari dalam melestarikan tulisan Lontar Yusuf membuat beberapa peneliti dari luar negeri mengoleksinya.
Kontribusi Senari dalam pemajuan kebudayaan Lontar Yusuf merupakan satu-satunya naskah kuno yang hingga kini masih eksis dalam masyarakat lokal Banyuwangi. Senari adalah seniman penyalin Lontar Yusuf luar biasa, bahkan masih mampu melantunkan tulisan lontarnya di usianya yang sudah senja.
Lima peraih penghargaan tersebut dinilai berkontribusi penting mempertahankan warisan tradisi maupun sejarah kebudayaan dari masa lalu. Mereka yang terpilih itu adalah Siami, Endo Suanda, Senari, Sardjono, serta Komunitas Pelestari Sejarah Budaya Kadhiri (PASAK).
Adapun tema AKI 2024 yakni Persembahan Istimewa Bagi Penggerak Budaya sebagai wujud apresiasi pemerintah yang dipersembahkan kepada para pelaku budaya di Indonesia yang telah berdedikasi dalam upaya pemajuan kebudayaan sekaligus mengajak masyarakat turut andil pada pelestarian kekayaan kebudayaan nasional.
1. Siami Pewaris Tenun Wastra Osing
Semangat dan kerja keras Siami untuk selalu melestarikan kain tenun Wastra Osing dari Banyuwangi tidak pernah luntur meski sudah berusia 71 tahun. Dia bahkan satu-satunya yang hingga kini masih menenun kain khas Suku Osing itu.Siami mewarisi keahlian menenun kain Wastra Osing dari ibunya. Kerapnya Siami melihat ibunya menenun, membuatnya tergerak untuk mempelajari dan mencobanya. Sehari-hari Siami membuat kain tenun khas Osing produknya mulai dari memintal sampai menjadi kain tenun.
Siami sudah menenun tenun kain Wastra Osing selama puluhan tahun, bahkan seolah menjadi warisan dari neneknya. Kain Wastra Osing bermakna sakral untuk upacara adat seperti kelahiran, pernikahan, serta kematian untuk menggendong batu nisan.
2. Arti Memelihara Seni Tradisi Bagi Endo
Endo Suanda bukan hanya berprofesi sebagai seorang tenaga pendidik dan intelektual di bidang etnomusikologi. Tetapi dia juga menunjukkan bukti merawat dan melestarikan seni tradisi itu agar dikenal luas.Berbagai produksi dan pertunjukan seni tradisi telah dihasilkan Endo, bahkan mendirikan sejumlah organisasi komunitas yang bergerak di bidang seni tradisi Nusantara. Endo bahkan telah menghasilkan karya menulis puluhan publikasi maupun presentasi tentang seni tradisi.
Endo secara khusus amat gigih dan konsisten memperjuangkan pelestarian seni tradisi Topeng Cirebon dan mendokumentasikannya untuk pemajuan kebudayaan.
“Seni tradisi Indonesia yang dirawat secara baik akan menjadi fondasi kuat dalam membangun karakter dan kepribadian bangsa kita. Selain itu, seni tradisional juga bisa menghasilkan pengetahuan baru yang dapat diturunkan ke generasi selanjutnya,” ujar Endo di malam puncak AKI 2024.
3. Lontar Yusuf dari Senari
Kerja budaya yang dilakukan Senari memang patut diapresiasi dan menjadi contoh teladan. Selama lima dekade, Senari telah mencatatkan dan menyalin tulisan Lontar Yusuf yang merupakan seni tradisi khas Banyuwangi, Jawa Timur.Senari adalah penulis senior dan amat dikenal dengan tulisan-tulisan lontarnya. Awalnya sebelum menjadi penulis lontar, Senari juga pelantun kitab Lontar Yusuf. Keseriusan Senari dalam melestarikan tulisan Lontar Yusuf membuat beberapa peneliti dari luar negeri mengoleksinya.
Kontribusi Senari dalam pemajuan kebudayaan Lontar Yusuf merupakan satu-satunya naskah kuno yang hingga kini masih eksis dalam masyarakat lokal Banyuwangi. Senari adalah seniman penyalin Lontar Yusuf luar biasa, bahkan masih mampu melantunkan tulisan lontarnya di usianya yang sudah senja.