Awas Brand Muhammadiyah Tenggelam!

Kamis, 17 November 2022 - 14:00 WIB
loading...
Awas Brand Muhammadiyah Tenggelam!
Sururi Alfaruq. FOTO/DOKUMEN PRIBADI
A A A
Sururi Alfaruq
Wartawan Senior

HARI gini siapa yang tak kenal Muhammadiyah ? Semuanya kenal dan pasti tahu dengan baik tentang Muhammadiyah. Muhammadiyah itu menurut bahasa marketing adalah brand yang sudah menjadi agama.

Ciri brand menjadi agama menurut para ahli marketing, brand tersebut memberi dampak yang besar bagi penggunanya. Ada kebanggaan memakai brand tersebut karena bisa mengangkat leveling seseorang dalam kehidupan sosial, sehingga ke mana-mana brand tersebut selalu menempel atau ditempelkan menjadi inheren dengan pribadi seseorang tersebut.

Seperti dalam masyarakat metro seksual, ketika memakai merek branded, apakah itu jam tangan bermerek Rolex, mobil merek Mercy, BMW, dan berbagai aksesori yang menempel di badan dari mulai merek Louis Vuitton, Gucci, Prada, Burberry, dan sejenisnya, bagi pemakainya bisa merasakan sendiri betapa brand-brand tersebut bisa menyulap penampilannya menjadi lebih gagah, berwibawa, terhormat, dan tentu dilihat sangat menarik.

Karena terhormatnya brand-brand tersebut, sampai-sampai masyarakat yang kelas sosialnya masih di bawah rela menggunakan imitasinya. Bagi mereka yang penting terlihat brand yang dipakai mereknya branded meskipun itu sesungguhnya barang tiruan. Begitulah realitas sosial dalam masyarakat kita bahwa brand itu saat ini sudah menjadi key factor dalam menentukan status sosial seseorang.

Begitu pun merek Muhammadiyah karena kelasnya branded, siapa pun yang berada dalam komunitas brand Muhammadiyah akan merasakan terhormat, gagah, dan tidak disadari tiba tiba naik kelas status sosialnya.

Namun jangan salah, bahwa merek yang masuk katagori branded akan terus bertahan sepanjang masa. Tidak juga. Liat saja brand Coca-Cola, yang tadinya sangat dominan di market dan menjadi simbol kebanggaan bagi siapa pun yang meminum soft drink tersebut, kini masyarakat tidak lagi menjadikannya sebagai pilihan utama.

Begitu pula merek-merek mobil yang sebelumnya sangat didominasi brand-brand Jepang, kini perilaku masyarakat mulai berani beralih ke brand non-Jepang. Bahkan vehicle utama yang menjadi fasilitas antarjemput para pemimpin dunia yang hadir di even G-20 di Bali, tidak lagi brand Jepang, tetapi brand Korea; Hyundai.

Hal yang sama kini juga dialami brand Starbuck Coffee, di mana masyarakat tidak lagi menjadikan kedainya sebagai tujuan utama para peminum kopi, karena masyarakat sudah mendapatkan banyak pilihan kedai-kedai kopi lain yang lebih menarik dalam berbagai perspektif. Masih banyak brand lagi yang sebelumnya masuk jajaran branded seperti merek Adidas, Seven Eleven (7-Eleven), Fuji Film kini meredup bahkan hilang di market.

Bagaimana brand Muhammadiyah? Tentu pertanyaan ini kembali kepada para kreator Muhammadiyah. Apakah para kreatornya bisa mempertahankan brand tersebut tetap berada di level atas seperti halnya beberapa merek lain (Louis Vuitton, Gucci, Prada, Mercy, BMW, Rolex) yang berhasil mendoktrin masyarakat harus menggunakan mereknya. Tentu Muhammadiyah perlu lebih terbuka dan jernih melihat perkembangan kemajuan yang terjadi Indonesia dan juga global.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1577 seconds (0.1#10.140)