TGB Zainul Majdi Minta Politik Identitas Tak Dipakai Singkirkan Lawan

Senin, 14 November 2022 - 15:45 WIB
loading...
TGB Zainul Majdi Minta Politik Identitas Tak Dipakai Singkirkan Lawan
Ketua Harian Nasional Partai Perindo TGB HM Zainul Majdi saat menggelar dialog antar umat beragama di Kota Medan belum lama ini. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Pada Pilpres 2019 masyarakat seperti terbelah akibat politik identitas . Karena itu, Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo TGB HM Zainul Majdi memaparkan kembali soal politik identitas menyongsong Pilpres 2024.

Hal ini disampaikan dalam acara One on One MNC News. Dikatakan, salah satu yang didapatkan TGB dari Forum antar pemimpin umat beragama di Bahrain adalah sikap wasathiyah atau moderat. “Dalam konteks ini adalah proporsionalitas,” katanya, Senin (14/11).

Mengenai politik identitas, kata Doktor Ahli Tafsir Al-Quran ini, semua individu lahir dengan sederet identitas yang given. Mulai jenis kelamin, ras, bahkan juga agama. Misalnya orang tua beragama A, kemudian anaknya mengikuti beragama A.

“Dapat juga identitas ini lahir karena kerja sosial, atau juga dari pendidikan sampai latar belakang profesi itu semua identitas,” terangnya.



Dijelaskan Ketua Organisasi Internasioanl Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia, yang menjadi masalah ketika berpolitik praktis, tak sedikit orang yang mengejar kemenangan dengan mengeksploitasi identitas dalam konteks yang negatif.

“Misalnya, memobilisasi dukungan mengatasnamakan gagasannya yang paling valid dari sisi agama. Sehingga yang berbeda dianggap bertentangan dengan agama,” ucapnya.

“Orang berbeda kemudian dituduh munafik, antek-antek kafir, dan bermacam-macam. Politik identitas dalam makna primordial untuk menyingkirkan lawan politik harus kita jauhkan, tidak boleh ada di Indonesia,” sambungnya.

Lebih lanjut, ketika politik identitas dibiarkan ini akan seperti kotak pandora. Saat ini dibuka, maka semua orang akan menggunakan politik identitas itu dan meminggirkan orang lain yang berbeda.

Di Indonesia sendiri, kata TGB, tidak semua daerah memiliki preferensi yang sama, ada satu daerah yang mayoritasnya umat Muslim, ada pula daerah lain mayoritas umat Kristiani, dan ada juga yang mayoritas umat Hindu.

“Maka ketika politik identitas digunakan untuk melabeli lawan politik atau menihilkan lawan politik ini dibiarkan, kita bisa hancur lebur sebagai bangsa,” urainya.



Sebaliknya, sambung Cucu Pahlawan Nasional TGKH M Zainuddin Abdul Madjid ini, ketika sumber primordial ini digunakan untuk mencari kemuliaan dalam berpolitik, misalnya di dalam Islam ada nilai keadilan atau pemihakan kepada orang lemah. Kemudian ada langkah afirmatif untuk orang terpinggirkan, bila nilai itu digunakan dalam politik tentu bagus.

“Tetap bersumber dari satu ajaran agama, tapi dalam konteks positif dihadirkan di ruang publik,” ucapnya.

Ditambahkan, hal ini bukan hanya dalam ajaran Islam, namun juga bagi umat Kristiani atau Katolik mengambil ajaran dari kitabnya bagaimana cara menghadirkan keadilan untuk semua serta membangun kohesivitas sosial, kedamaian, itu bagus semua.

“Tapi, ketika mengatakan, sayalah representasi umat, yang bukan saya anti umat, dinilai tidak komitmen dengan agama, ini akan menimbulkan masalah,” kata TGB.

“Semua identitas baik bila digunakan sesuai dengan takarannya, melalui substansi yang baik,” tegasnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1949 seconds (0.1#10.140)