Pakar: Dukungan Jokowi kepada Prabowo di Pilpres 2024 Bermakna Positif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan dukungan kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menuju Pilpres 2024 . Dukungan Jokowi kepada Prabowo ini diungkapkan pada HUT ke-8 Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Senin (7/11/2022).
Menangapi hal ini, Direktur Eksekutif Lembaga Survei dan Polling Indonesia (Spin) Igor Dirgantara menilai, pernyataan dukungan Jokowi terhadap Prabowo Subianto bermakna positif.
Saat menghadiri HUT ke-8 Partai Perindo, Jokowi menyinggung soal kemenangannya di Pilpres 2014 dan 2019 serta menyatakan bahwa pilpres selanjutnya kemungkinan adalah giliran Prabowo.
"Pertama, Jokowi melihat popularitas Prabowo tidak tertandingi menuju 2024 dan elektabilitasnya yang selalu berada di tiga besar bahkan juara. Ini menunjukkan bahwa Prabowo masih ada di hati masyarakat," kata Igor, Kamis (9/11/2022).
Baca juga: Pilpres 2024, Kemampuan Diplomasi Prabowo Jadi Nilai Plus
Igor mengungkapkan, terlihat dari hasil Hasil Musra IV Sumsel di Palembang, yang diikuti berbagai kelompok relawan Jokowi, Prabowo adalah Capres 2024 yang paling diharapkan oleh publik. Hal ini pun memiliki efek positif untuk Prabowo.
"Elektabilitas Prabowo tinggi tanpa pencitraan dan lebih natural. Justru dengan usia matang Prabowo dianggap lebih mandiri dan dianggap lebih mampu mengendalikan oligark," ucapnya.
Igor melanjutkan, kinerja Prabowo juga paling diapresiasi oleh masyarakat berdasarkan sejumlah riset dan survei memunculkan optimisme bahwa ia dipandang layak menjadi penerus Jokowi untuk melanjutkan program pembangunan (contuinity) dan memberikan rasa aman.
Adapun menurut Igor, dari ucapan Jokowi tersebut terlihat bahwa Jokowi memahami betul bahwa di masa kepemimpinannya, polarisasi masih menjadi persoalan dalam kehidupan berbangsa.
"Prabowo secara rasional bisa menjadi jalan tengah karena citra politik Menhan RI saat ini bukanlah representasi dari simbol keberadaan polarisasi politik," ujar dia.
Ketiga kata Igor, Jokowi meyakini adanya siklus 10 tahun kepemimpinan nasional dalan dua dekade terakhir pasca reformasi. Pertama adalah SBY (2004-2014), figur berlatar belakang militer dan mantan Menteri di era Presiden Megawati dari PDIP. Kedua adalah Jokowi sendiri yang menjadi Presiden, figur kepala daerah dan berlatar belakang sipil.
"Maka nanti pada tahun 2024, siklus itu akan kembali lagi kepada sosok menteri berlatar belakang militer (di era Jokowi-PDIP). Sosok itu tak lain adalah Prabowo Subianto," tuturnya.
"Itu sebab mengapa Presiden Jokowi di HUT ke-8 Partai Perindo, Jakarta, Senin 7 November 2022, mengatakan pascadirinya lengser di 2024 nanti merupakan jatahnya Prabowo Subianto," tutup Igor.
Lihat Juga: Momen Prabowo Temui Raja Charles III di Buckingham Palace Bicarakan Pelestarian Lingkungan
Menangapi hal ini, Direktur Eksekutif Lembaga Survei dan Polling Indonesia (Spin) Igor Dirgantara menilai, pernyataan dukungan Jokowi terhadap Prabowo Subianto bermakna positif.
Saat menghadiri HUT ke-8 Partai Perindo, Jokowi menyinggung soal kemenangannya di Pilpres 2014 dan 2019 serta menyatakan bahwa pilpres selanjutnya kemungkinan adalah giliran Prabowo.
"Pertama, Jokowi melihat popularitas Prabowo tidak tertandingi menuju 2024 dan elektabilitasnya yang selalu berada di tiga besar bahkan juara. Ini menunjukkan bahwa Prabowo masih ada di hati masyarakat," kata Igor, Kamis (9/11/2022).
Baca juga: Pilpres 2024, Kemampuan Diplomasi Prabowo Jadi Nilai Plus
Igor mengungkapkan, terlihat dari hasil Hasil Musra IV Sumsel di Palembang, yang diikuti berbagai kelompok relawan Jokowi, Prabowo adalah Capres 2024 yang paling diharapkan oleh publik. Hal ini pun memiliki efek positif untuk Prabowo.
"Elektabilitas Prabowo tinggi tanpa pencitraan dan lebih natural. Justru dengan usia matang Prabowo dianggap lebih mandiri dan dianggap lebih mampu mengendalikan oligark," ucapnya.
Igor melanjutkan, kinerja Prabowo juga paling diapresiasi oleh masyarakat berdasarkan sejumlah riset dan survei memunculkan optimisme bahwa ia dipandang layak menjadi penerus Jokowi untuk melanjutkan program pembangunan (contuinity) dan memberikan rasa aman.
Adapun menurut Igor, dari ucapan Jokowi tersebut terlihat bahwa Jokowi memahami betul bahwa di masa kepemimpinannya, polarisasi masih menjadi persoalan dalam kehidupan berbangsa.
"Prabowo secara rasional bisa menjadi jalan tengah karena citra politik Menhan RI saat ini bukanlah representasi dari simbol keberadaan polarisasi politik," ujar dia.
Ketiga kata Igor, Jokowi meyakini adanya siklus 10 tahun kepemimpinan nasional dalan dua dekade terakhir pasca reformasi. Pertama adalah SBY (2004-2014), figur berlatar belakang militer dan mantan Menteri di era Presiden Megawati dari PDIP. Kedua adalah Jokowi sendiri yang menjadi Presiden, figur kepala daerah dan berlatar belakang sipil.
"Maka nanti pada tahun 2024, siklus itu akan kembali lagi kepada sosok menteri berlatar belakang militer (di era Jokowi-PDIP). Sosok itu tak lain adalah Prabowo Subianto," tuturnya.
"Itu sebab mengapa Presiden Jokowi di HUT ke-8 Partai Perindo, Jakarta, Senin 7 November 2022, mengatakan pascadirinya lengser di 2024 nanti merupakan jatahnya Prabowo Subianto," tutup Igor.
Lihat Juga: Momen Prabowo Temui Raja Charles III di Buckingham Palace Bicarakan Pelestarian Lingkungan
(maf)