Deretan Dokter Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Nomor 5 Merawat Bung Karno
loading...
A
A
A
JAKARTA - Deretan dokter yang menjadi Pahlawan Nasional perlu kita ketahui profil dan jasanya bagi negeri ini. Di antara mereka, ada yang merupakan dokter pribadi Presiden Soekarno ( Bung Karno ).
Terdapat banyak pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Di antara nama-nama tersebut, ada yang berprofesi sebagai dokter dan turut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dalam rangka Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November, SINDOnews tampilkan deretan dokter yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional :
1. Wahidin Soedirohoesodo
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengukuhkan nama Pahlawan Nasional dr Wahidin Sudirohusodo menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). Foto/MPI
Dokter Wahidin Soedirohoesodo, biasa juga ditulis Wahidin Sudirohusodo, merupakan seorang Pahlawan Nasional yang lahir di Yogyakarta pada 7 Januari 1852. Dirinya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena telah berhasil dalam mendirikan sebuah organisasi yang diisi oleh para pelajar di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Jakarta.
Selain itu, Wahidin juga dikenal sebagai dokter yang senang bergaul dengan rakyat biasa. Ia kerap mengobati rakyatnya tanpa memungut biaya.
Wahidin mengetahui bagaimana penderitaan rakyat yang tersiksa akibat penjajahan Belanda. Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa salah satu cara terbebas dari penjajahan adalah rakyat harus cerdas.
Dia pun memperluas pendidikan dan pengajaran serta memupuk kesadaran kebangsaan pada banyak orang melalui aktivitasnya sebagai jurnalis. Ia bergabung dengan Retno Doemilah, harian berbahasa Melayu dan Jawa yang terbit perdana pada 1895 di Yogyakarta. Wahidin Soedirohoesodo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1973.
2. Radjiman Wedyodiningrat
Dokter Radjiman Wedyodiningrat lahir pada 21 April 1879 di Desa Melati, Kampung Glondongan, Kota Yogyakarta. Ia berhasil mengenyam pendidikan hingga ke negeri Belanda, Prancis, Inggris, dan Amerika.
Radjiman mengawali pendidikannya dengan menyelesaikan Europeesche Lagere School (ELS) pada 1893. Setelah itu, ia diterima di Sekolah Dokter Jawa di Batavia dan menyandang gelar Indisch Art pada 1899. Pada usia 20 tahun, dia berhasil memperoleh gelar doktornya di negeri Belanda.
Radjiman memulai kariernya sebagai seorang dokter saat bertugas di rumah sakit CBZ di Batavia. Ketika menjalani tugasnya, ia memperoleh banyak pengalaman sekaligus merasakan penderitaan rakyat di pedesaan. Oleh karena itu, ia menekuni profesinya sebagai dokter untuk membantu kesehatan rakyat pada masa itu.
Radjiman memperoleh gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) dari Kesultanan Yogyakarta karena jasanya bertugas di sebuah rumah sakit di Yogyakarta pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Radjiman Wedyodiningrat mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 2013.
3. Soetomo
Dokter Soetomo, yang bernama asli Subroto, lahir di Desa Ngepeh, Jawa Timur pada 30 Juli 1888. Ia mengawali perjalanan pendidikan di STOVIA Jakarta di tahun 1903. Pada saat menempuh pendidikannya di STOVIA, Soetomo bersama rekannya mendirikan organisasi Budi Utomo.
Setelah lulus dari STOVIA, Soetomo bertugas sebagai dokter pemerintahan di berbagai daerah di Jawa dan Sumatera. Berawal di Semarang, dia kemudian dipindahkan ke Tuban, Lubuk Pakam, dan akhirnya ke Malang. Ketika di Malang, ia sangat berjasa karena berhasil membasmi wabah pes.
Selama menjalani tugasnya di berbagai tempat, dia banyak melihat kesengsaraan rakyat hampir di segala penjuru wilayah Indonesia. Melihat kenyataan tersebut, rasa empati Soetomo terhadap penderitaan rakyat semakin menjadi. Karena itu, dia tidak pernah meminta bayaran pasien yang ia rawat. Atas jasanya, Soetomo diberi gelar Pahlawan Nasional pada 1961.
4. Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo, ejaan lama Tjipto Mangoenkoesoemo, lahir 4 Maret 1886 di Jawa Tengah. Dia adalah tokoh pergerakan sekaligus seorang dokter yang mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 1964.
Namanya dikenal sebagai salah satu pendiri Indische Partij, organisasi politik pertama yang memperjuangkan Indonesia merdeka. Andil Cipto dalam perjuangan bangsa juga terlihat lewat tulisan-tulisannya yang mengkritik pemerintah Belanda, yang dimuat di harian De Locomotief.
Cipto pernah bergabung dalam Budi Utomo, kemudian mengundurkan diri karena adanya perbedaan pemikiran. Setelah keluar dari Budi Utomo, Cipto menekuni profesinya sebagai dokter di Solo.
Namun, ia tetap berkecimpung di dunia politik dengan mendirikan Indische Partij. Cipto pernah dipenjara pada 1913 dan dibuang ke Belanda bersama Ki Hadjar Dewantara dan Ernest Douwes Dekker.
5. Soeharto
dr HR Soeharto. Foto/Twitter PB IDI
Pada 7 November 2022, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada dr HR Soeharto. Dia adalah dokter pribadi Presiden Soekarno.
Bukan hanya merawat dan mendampingi Soekarno, Moh Hatta, serta para tokoh bangsa yang tergabung dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), HR Soeharto juga turut berjuang dengan turun ke masyarakat.
Dengan keahliannya sebagai dokter, ia mengobati para pejuang yang menderita sakit atau cacat akibat perang melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Lahir di Tegalgondo, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah pada 24 Desember 1908, HR Soeharto menimba ilmu kedokteran di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (STK) pada Fakultas Medica Bataviensis. Ia kuliah di fakultas tersebut hingga meraih gelar doktor pada 1937.
Dokter Soeharto juga ikut serta dalam pembangunan sejumlah infrastruktur di Tanah Air. Dia antara lain ikut pembangunan Department Store Sarinah, Monumen Nasional, Masjid Istiqlal, pembangunan Rumah Sakit Jakarta. Dia juga salah seorang pendiri Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Beberapa jabatan dalam pemerintahan pernah dia emban, di antaranya Menteri Koordinator Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional (1963-1966), Menteri Urusan Penerbitan Bank dan Modal Swasta (1963-1964), dan Menteri Perdagangan (1962-1963). Dokter Soeharto wafat pada 30 November 2000 di Jakarta.
Terdapat banyak pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Di antara nama-nama tersebut, ada yang berprofesi sebagai dokter dan turut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dalam rangka Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November, SINDOnews tampilkan deretan dokter yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional :
1. Wahidin Soedirohoesodo
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengukuhkan nama Pahlawan Nasional dr Wahidin Sudirohusodo menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). Foto/MPI
Dokter Wahidin Soedirohoesodo, biasa juga ditulis Wahidin Sudirohusodo, merupakan seorang Pahlawan Nasional yang lahir di Yogyakarta pada 7 Januari 1852. Dirinya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena telah berhasil dalam mendirikan sebuah organisasi yang diisi oleh para pelajar di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Jakarta.
Selain itu, Wahidin juga dikenal sebagai dokter yang senang bergaul dengan rakyat biasa. Ia kerap mengobati rakyatnya tanpa memungut biaya.
Wahidin mengetahui bagaimana penderitaan rakyat yang tersiksa akibat penjajahan Belanda. Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa salah satu cara terbebas dari penjajahan adalah rakyat harus cerdas.
Baca Juga
Dia pun memperluas pendidikan dan pengajaran serta memupuk kesadaran kebangsaan pada banyak orang melalui aktivitasnya sebagai jurnalis. Ia bergabung dengan Retno Doemilah, harian berbahasa Melayu dan Jawa yang terbit perdana pada 1895 di Yogyakarta. Wahidin Soedirohoesodo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1973.
2. Radjiman Wedyodiningrat
Dokter Radjiman Wedyodiningrat lahir pada 21 April 1879 di Desa Melati, Kampung Glondongan, Kota Yogyakarta. Ia berhasil mengenyam pendidikan hingga ke negeri Belanda, Prancis, Inggris, dan Amerika.
Radjiman mengawali pendidikannya dengan menyelesaikan Europeesche Lagere School (ELS) pada 1893. Setelah itu, ia diterima di Sekolah Dokter Jawa di Batavia dan menyandang gelar Indisch Art pada 1899. Pada usia 20 tahun, dia berhasil memperoleh gelar doktornya di negeri Belanda.
Radjiman memulai kariernya sebagai seorang dokter saat bertugas di rumah sakit CBZ di Batavia. Ketika menjalani tugasnya, ia memperoleh banyak pengalaman sekaligus merasakan penderitaan rakyat di pedesaan. Oleh karena itu, ia menekuni profesinya sebagai dokter untuk membantu kesehatan rakyat pada masa itu.
Radjiman memperoleh gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) dari Kesultanan Yogyakarta karena jasanya bertugas di sebuah rumah sakit di Yogyakarta pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Radjiman Wedyodiningrat mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 2013.
3. Soetomo
Dokter Soetomo, yang bernama asli Subroto, lahir di Desa Ngepeh, Jawa Timur pada 30 Juli 1888. Ia mengawali perjalanan pendidikan di STOVIA Jakarta di tahun 1903. Pada saat menempuh pendidikannya di STOVIA, Soetomo bersama rekannya mendirikan organisasi Budi Utomo.
Setelah lulus dari STOVIA, Soetomo bertugas sebagai dokter pemerintahan di berbagai daerah di Jawa dan Sumatera. Berawal di Semarang, dia kemudian dipindahkan ke Tuban, Lubuk Pakam, dan akhirnya ke Malang. Ketika di Malang, ia sangat berjasa karena berhasil membasmi wabah pes.
Selama menjalani tugasnya di berbagai tempat, dia banyak melihat kesengsaraan rakyat hampir di segala penjuru wilayah Indonesia. Melihat kenyataan tersebut, rasa empati Soetomo terhadap penderitaan rakyat semakin menjadi. Karena itu, dia tidak pernah meminta bayaran pasien yang ia rawat. Atas jasanya, Soetomo diberi gelar Pahlawan Nasional pada 1961.
4. Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo, ejaan lama Tjipto Mangoenkoesoemo, lahir 4 Maret 1886 di Jawa Tengah. Dia adalah tokoh pergerakan sekaligus seorang dokter yang mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 1964.
Namanya dikenal sebagai salah satu pendiri Indische Partij, organisasi politik pertama yang memperjuangkan Indonesia merdeka. Andil Cipto dalam perjuangan bangsa juga terlihat lewat tulisan-tulisannya yang mengkritik pemerintah Belanda, yang dimuat di harian De Locomotief.
Cipto pernah bergabung dalam Budi Utomo, kemudian mengundurkan diri karena adanya perbedaan pemikiran. Setelah keluar dari Budi Utomo, Cipto menekuni profesinya sebagai dokter di Solo.
Namun, ia tetap berkecimpung di dunia politik dengan mendirikan Indische Partij. Cipto pernah dipenjara pada 1913 dan dibuang ke Belanda bersama Ki Hadjar Dewantara dan Ernest Douwes Dekker.
5. Soeharto
dr HR Soeharto. Foto/Twitter PB IDI
Pada 7 November 2022, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada dr HR Soeharto. Dia adalah dokter pribadi Presiden Soekarno.
Bukan hanya merawat dan mendampingi Soekarno, Moh Hatta, serta para tokoh bangsa yang tergabung dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), HR Soeharto juga turut berjuang dengan turun ke masyarakat.
Dengan keahliannya sebagai dokter, ia mengobati para pejuang yang menderita sakit atau cacat akibat perang melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Lahir di Tegalgondo, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah pada 24 Desember 1908, HR Soeharto menimba ilmu kedokteran di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (STK) pada Fakultas Medica Bataviensis. Ia kuliah di fakultas tersebut hingga meraih gelar doktor pada 1937.
Dokter Soeharto juga ikut serta dalam pembangunan sejumlah infrastruktur di Tanah Air. Dia antara lain ikut pembangunan Department Store Sarinah, Monumen Nasional, Masjid Istiqlal, pembangunan Rumah Sakit Jakarta. Dia juga salah seorang pendiri Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Beberapa jabatan dalam pemerintahan pernah dia emban, di antaranya Menteri Koordinator Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional (1963-1966), Menteri Urusan Penerbitan Bank dan Modal Swasta (1963-1964), dan Menteri Perdagangan (1962-1963). Dokter Soeharto wafat pada 30 November 2000 di Jakarta.
(zik)