Pameran Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku: Interpretasi Makna Kepahlawanan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ginting Institute bekerja sama dengan Galeri Zen 1 Jakarta menggelar pameran Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku. Pameran ini dalam rangka memperingati Hari Pahlawan .
Pameran ini dibuka Menteri Perumahan dan Permukiman Maruarar Sirait , Minggu (10/11/2024). Ginting Institute didirikan advokat korporat, keuangan, dan konsultan hukum pasar modal yang juga seorang kolektor seni Daniel Ginting.
Judul pameran ini diambil dari judul sketsa berjudul sama karya S Sudjojono yang dibuat pada 1964 dan disinyalir merupakan inspirasi bagi karya berjudul “Mengatur Siasat”. Merupakan sebuah lukisan legendaris karya seniman yang biasa disapa dengan nama Djon itu. Lihat grafis: 8 Lukisan Termahal Para Maestro Pelukis Indonesia
Maruarar Sirait menyampaikan apresiasinya atas gagasan penyelenggaraan pameran ini. ”Pameran merupakan sebuah tahap penting meningkatkan apresiasi dan nilai ekonomi sebuah karya yang diciptakan oleh seorang seniman,” katanya.
Berlatar profesi sebagai seorang pengusaha, Maruarar yakin, ekosistem dan pasar seni yang sehat dan fair, akan berdampak baik bagi perkembangan seni rupa Indonesia. Ia juga menyoroti tentang fakta bahwa seorang seniman cenderung berfokus pada perkembangan gagasan dan bagaimana menuangkannya dengan baik ke dalam karya. Tentu dengan teknik dan pendekatan artistik yang mereka kuasai, namun kerap abai pada persoalan nilai ekonomi dari karya mereka.
Maka tak jarang, ada seniman yang kurang beruntung dan terpaksa menjalani masa tua dalam kondisi yang memprihatinkan. Kondisi seperti itu menjadi alasan utama mengapa seorang seniman harus memiliki support system yang bisa mengembangkan sisi ekonominya.
”Entah itu pasangan, keluarga atau galeri, agar seniman bisa berfokus berkarya sebebasnya, sementara valuasi karyanya pun dapat terus meningkat di pasar seni,” ujar Maruarar yang terlihat sempat berbelanja beberapa karya yang disukainya seusai membuka acara.
Seperti yang tertera pada penjelasan mengenai sketsa Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku itu, lukisan “Mengatur Siasat” merupakan sebuah karya monumental dari S. Sudjojono yang kini menjadi salah satu aset seni bangsa Indonesia yang tersimpan di Istana Kepresidenan di Bogor.
Dikuratori Rizki Zaelani, pameran di Galeri Zen 1 ini menampilkan karya-karya dari Andang Iskandar, Arafura, Chusin Setiadikara, Ida Bagus Purwa, Nuraeni Hendra Gunawan, Oco Santoso, Ronald Apriyan, S. Dwi Stya Acong, Teja Astawa, Toni Antonius, dan Ugo Untoro. Oleh Rizki, para seniman diminta untuk merespons sketsa yang kini merupakan koleksi Daniel Ginting tersebut dan menuangkan interpretasi mereka atas makna pahlawan dan Tanah Air dalam konteks masa kini.
Terdapat pula karya fotografi yang dicetak di atas aluminium yang melihat tindakan kepahlawanan dan bela negara. Sementara sebuah karya instalasi video juga dihadirkan Arafura Media Design yang membuat 45 interpretasi gambar digital yang dapat dialami secara interaktif oleh para pengunjung.
Pameran ini dibuka Menteri Perumahan dan Permukiman Maruarar Sirait , Minggu (10/11/2024). Ginting Institute didirikan advokat korporat, keuangan, dan konsultan hukum pasar modal yang juga seorang kolektor seni Daniel Ginting.
Judul pameran ini diambil dari judul sketsa berjudul sama karya S Sudjojono yang dibuat pada 1964 dan disinyalir merupakan inspirasi bagi karya berjudul “Mengatur Siasat”. Merupakan sebuah lukisan legendaris karya seniman yang biasa disapa dengan nama Djon itu. Lihat grafis: 8 Lukisan Termahal Para Maestro Pelukis Indonesia
Maruarar Sirait menyampaikan apresiasinya atas gagasan penyelenggaraan pameran ini. ”Pameran merupakan sebuah tahap penting meningkatkan apresiasi dan nilai ekonomi sebuah karya yang diciptakan oleh seorang seniman,” katanya.
Berlatar profesi sebagai seorang pengusaha, Maruarar yakin, ekosistem dan pasar seni yang sehat dan fair, akan berdampak baik bagi perkembangan seni rupa Indonesia. Ia juga menyoroti tentang fakta bahwa seorang seniman cenderung berfokus pada perkembangan gagasan dan bagaimana menuangkannya dengan baik ke dalam karya. Tentu dengan teknik dan pendekatan artistik yang mereka kuasai, namun kerap abai pada persoalan nilai ekonomi dari karya mereka.
Maka tak jarang, ada seniman yang kurang beruntung dan terpaksa menjalani masa tua dalam kondisi yang memprihatinkan. Kondisi seperti itu menjadi alasan utama mengapa seorang seniman harus memiliki support system yang bisa mengembangkan sisi ekonominya.
”Entah itu pasangan, keluarga atau galeri, agar seniman bisa berfokus berkarya sebebasnya, sementara valuasi karyanya pun dapat terus meningkat di pasar seni,” ujar Maruarar yang terlihat sempat berbelanja beberapa karya yang disukainya seusai membuka acara.
Seperti yang tertera pada penjelasan mengenai sketsa Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku itu, lukisan “Mengatur Siasat” merupakan sebuah karya monumental dari S. Sudjojono yang kini menjadi salah satu aset seni bangsa Indonesia yang tersimpan di Istana Kepresidenan di Bogor.
Dikuratori Rizki Zaelani, pameran di Galeri Zen 1 ini menampilkan karya-karya dari Andang Iskandar, Arafura, Chusin Setiadikara, Ida Bagus Purwa, Nuraeni Hendra Gunawan, Oco Santoso, Ronald Apriyan, S. Dwi Stya Acong, Teja Astawa, Toni Antonius, dan Ugo Untoro. Oleh Rizki, para seniman diminta untuk merespons sketsa yang kini merupakan koleksi Daniel Ginting tersebut dan menuangkan interpretasi mereka atas makna pahlawan dan Tanah Air dalam konteks masa kini.
Terdapat pula karya fotografi yang dicetak di atas aluminium yang melihat tindakan kepahlawanan dan bela negara. Sementara sebuah karya instalasi video juga dihadirkan Arafura Media Design yang membuat 45 interpretasi gambar digital yang dapat dialami secara interaktif oleh para pengunjung.