Menjadi Menengah Atas

Rabu, 08 Juli 2020 - 06:54 WIB
loading...
A A A
Ada banyak faktor yang membuat pendapatan per kapita Sri Lanka tidak maju. Satu di antara faktor adalah rapuhnya pertahanan sosial dan politik negara itu dalam menghadapi krisis dan tekanan.

Sri Lanka adalah sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha dan dalam sejarahnya pernah terlibat Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE). Tamil Eelam merasa bahwa etnis mereka memiliki sejarah yang berbeda dengan kelompok mayoritas di Sri Lanka. Dan, karenanya mereka menuntut hak menentukan kedaulatan mereka sendiri dan berusaha memisahkan diri dari Sri Lanka.

Angkatan Bersenjata Sri Lanka mengalahkan Macan Pembebasan Tamil Eelam pada 2009. Meskipun dalam krisis perang saudara, demokrasi di tahun tersebut relatif berjalan dengan baik di Sri Lanka.

Masyarakat berpartisipasi secara bebas dalam politik melalui partai mereka masing-masing. Ada dua partai utama di Sri Lanka yaitu Partai Persatuan Nasional (United National Party) yang alirannya adalah sayap kanan dan cenderung ke kapitalisme dan liberalisme. Di sisi lain yang berlawanan adalah Partai Kebebasan Sri Lanka (Sri Lanka Freedom Party) yang cenderung beraliran sayap kiri sosialis dan mengutamakan ekonomi yang berdikari.

Kebetulan bahwa Partai Kebebasan Sri Lanka yang cenderung sosialis dan mempromosikan ekonomi yang berdikari didukung oleh etnik Hela atau Sinhalese sebagai kelompok mayoritas (76%) di Sri Lanka. Sementara Partai Persatuan Nasional lebih dilihat sebagai partai yang didukung oleh minoritas penduduk yang beragama Katolik. Perbedaan sentimen ini cukup memiliki andil juga dalam membuat posisi Partai Kebebasan Sri Lanka relatif lebih kuat dibandingkan lawannya.

Dua partai ini saling berkompetisi dan kebetulan dua tahun sebelum kekalahan LTTE, Mahinda Rajapaksa dari Partai Kebebasan Sri Lanka terpilih menjadi presiden pada 2005 dan menjabat dua kali hingga 2015. Dalam kepemimpinan sosialisnya, Mahinda Rajapaksa dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonominya.

Pendapatan per kapita Sri Lanka meningkat dua kali lipat, kemiskinan telah turun dari 15,2% menjadi 7,6%, tingkat pengangguran turun dari 7,2% menjadi 4,9%. Sri Lanka juga berhasil melistriki lebih dari 90% rumah tangga dan 87,3% populasi memiliki akses ke air minum yang layak. Ketidaksetaraan pendapatan juga menurun dalam beberapa tahun terakhir, ditunjukkan oleh koefisien Gini sebesar 0,36 pada 2010.

Sri Lanka adalah negara pertama di kawasan Asia Selatan yang memperkenalkan teknologi telekomunikasi seluler 3G, 3,5G (HSDPA), 3,75G (HSUPA), dan 4G (LTE). Kemajuan itu tidak lain karena pembangunan infrastruktur yang masif.

Sri Lanka banyak membangun ribuan kilometer jalan raya dan jalur kereta api, bendungan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, dan pembangunan infrastruktur lainnya. Pembangunan ini membuat perekonomian Sri Lanka tumbuh pesat, tetapi berpotensi merugikan karena sebagian besar diambil dari pinjaman.

Pinjaman ini yang membuat Sri Lanka menjadi terjepit. Dana Moneter Internasional (IMF) telah sepakat untuk memberikan pinjaman dana talangan USD1,5 miliar pada April 2016 setelah Sri Lanka memberi tahu serangkaian strategi untuk meningkatkan ekonominya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2088 seconds (0.1#10.140)