Kepala BNPT: Hari Santri Momentum Amalkan Nilai Pancasila dan Waspadai Intoleransi

Kamis, 20 Oktober 2022 - 22:14 WIB
loading...
Kepala BNPT: Hari Santri...
Kepala BNPT Boy Rafli Amar dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, BNPT bekerja sama dengan IPI Kalimantan Barat, di Hotel Golden Tulip Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (20/10/2022). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Hari Santri Nasional yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober, dinilai menjadi momentum untuk mewaspadai intoleransi dengan mengamalkan nilai Pancasila. Pandangan ini disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar.

Untuk diketahui, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, BNPT bekerja sama dengan Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) Kalimantan Barat menyelenggarakan Seminar Nasional Kebangsaan dengan tema "Moderasi beragama: Deradikalisme Sebagai Anti Tesis Radikalisme dan Terorisme, di Hotel Golden Tulip Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (20/10/2022).

"Musuh kita hari ini berupa virus yang dikembangkan dalam bentuk intoleransi, radikal, terorisme, yang mempengaruhi anak bangsa kita untuk memusuhi bangsanya sendiri," kata Kepala BNPT Boy Rafli Amar dalam keterangannya.

Baca juga: Kepala BNPT Tegaskan Pancasila Ideologi Terbaik di Dunia

Boy Rafli Amar, mengajak seluruh elemen bangsa termasuk para santri untuk mewaspadai dan melawan musuh bersama di zaman sekarang ini, yang sangat berbahaya bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu intoleransi, radikalisme dan terorisme.

Dalam mewaspadai dan melawan musuh bersama tersebut, Boy Rafli mengimbau santri dan seluruh pihak dapat mengamalkan dan menjaga Pancasila sebagai ideologi yang telah mempersatukan Indonesia.

"Jangan ada ragu-ragu lagi. Pancasila adalah ideologi yang paling hebat. Karena dengan Pancasila hari ini kita bisa tetap bersatu," tegas Boy Rafli.

Berbicara mengenai sejarah, Kepala BNPT menyatakan pada zaman dahulu, peran santri bersama ulama dan masyarakat sangatlah penting dalam merebut kemerdekaan dari penjajah.

Saat ini tongkat estafet dalam perjuangan mempertahankan NKRI harus terus ada, terlebih dalam melawan intoleransi, radikalisme dan terorisme.

"Sejatinya pada saat itu, setelah kita memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia, terjadi agresi Militer oleh tentara asing hingga sampailah pada 22 Oktober yang disebut sebagai fatwa dari tokoh-tokoh ulama untuk resolusi Jihad Fisabilillah melawan tentara asing kolonialisme yang ingin menjajah Indonesia kembali," ujarnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2029 seconds (0.1#10.140)