Menebak Tandem Puan Maharani di Pilpres 2024
loading...
A
A
A
Emrus menuturkan, kiprah Puan Maharani di kancah politik sudah cukup mumpuni. Adapun salah satu keberhasilan Puan, menurut Emrus, ketika menjadi Ketua Fraksi PDIP di DPR saat menjadi partai oposisi di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Setelah periode SBY, PDIP mendulang kesuksesan. Begitu juga saat dia menjabat sebagai Menteri Koordinator PMK di tahun 2014 hingga 2019,” ujar Emrus.
Lebih lanjut Emrus menuturkan bahwa Puan Maharani mewarisi darah Soekarno dan Megawati sebagai tokoh politik inklusif. “Puan sosok berkualitas sebagai pemimpin, bukan pemimpin menurut elektabilitas,” pungkasnya.
Sementara itu, Pendiri lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio mengatakan bahwa Puan bukan hanya anak biologi dari Megawati, tapi juga anak ideologi dari PDIP. “Kalau banyak kader PDIP dampingi Ibu Mega, Puan sudah berjuang bersama Bu Mega sejak dalam kandungan,” katanya dalam kesempatan sama.
Dia mengungkapkan dari hasil penelitian, kenaikan angka suara PDIP saat masih menjadi oposisi yakni 45%, sedangkan saat era Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) kenaikan angka suaranya hanya 15%. “Ini menjadi tanda jika PDIP lebih cocok sebagai oposisi daripada partai pemenang,” pungkasnya.
“Setelah periode SBY, PDIP mendulang kesuksesan. Begitu juga saat dia menjabat sebagai Menteri Koordinator PMK di tahun 2014 hingga 2019,” ujar Emrus.
Lebih lanjut Emrus menuturkan bahwa Puan Maharani mewarisi darah Soekarno dan Megawati sebagai tokoh politik inklusif. “Puan sosok berkualitas sebagai pemimpin, bukan pemimpin menurut elektabilitas,” pungkasnya.
Sementara itu, Pendiri lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio mengatakan bahwa Puan bukan hanya anak biologi dari Megawati, tapi juga anak ideologi dari PDIP. “Kalau banyak kader PDIP dampingi Ibu Mega, Puan sudah berjuang bersama Bu Mega sejak dalam kandungan,” katanya dalam kesempatan sama.
Dia mengungkapkan dari hasil penelitian, kenaikan angka suara PDIP saat masih menjadi oposisi yakni 45%, sedangkan saat era Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) kenaikan angka suaranya hanya 15%. “Ini menjadi tanda jika PDIP lebih cocok sebagai oposisi daripada partai pemenang,” pungkasnya.
(rca)