Program Vaksin Merdeka Dinilai Berhasil Mengatasi Pandemi Covid-19 di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Delegasi Indonesia mempresentasikan keberhasilan strategi pemerintah dalam penanganan Covid-19 berbasis pendekatan komunikasi digital dan behavioural insights.
Dalam konferensi bertajuk “5th meeting of the OECD Expert Group on Public Communication” yang diselenggarakan di Kantor Pusat Organisasi Internasional Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) ini, delegasi Indonesia memaparkan mengenai keberhasilan program Vaksin Merdeka.
Acara yang dihadiri lebih dari 40 delegasi dari sedikitnya 15 negara maju di dunia ini, Indonesia bersama Singapura diundang untuk mewakili Asia Tenggara. Delegasi Indonesia yang hadir dalam acara tersebut yakni, Akhmad Firmannal, Ardilla Amri, Devie Rahmawati, Rizky Ameliah, Zaky Ramadhan.
“Pertemuan ini berlangsung untuk mendengarkan berbagai studi kasus dan capaian berbagai negara di dunia, yang menggunakan pendekatan komunikasi untuk memperkuat tingkat kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah. Tidak hanya itu, pertemuan ini juga membagikan insight dari penggunaan Big Data dan Behavioral Study dalam praktik komunikasi publik selama pandemi,” kata Head of Open and Innovative Government Division, OECD Carlos Santiso, Kamis (29/9/2022).
Perwakilan delegasi Indonesia Ardilla Amri menyebut, Indonesia dengan jumlah penduduk 277 juta jiwa, warga yang terinfeksi Covid hingga Agustus 2022 sebesar 6 juta kasus dengan total kematian 150.000 kasus. “Kondisi ini kontras dengan Amerika Serikat misalnya, yang memiliki penduduk sebanyak 322 Juta, yang terinfeksi Covid mencapai 95 juta orang dengan angka kematian lebih dari 1 juta,” ujarnya.
Senada, Akhmad Firmannal mengatakan, capaian ini, tidak terlepas dari berbagai kebijakan di antaranya program literasi Makin Cakap Digital, yang terselenggara sebanyak 17.414 kegiatan sepanjang 2021, untuk memberikan edukasi agar masyarakat tidak termakan disinformasi ataupun misinformasi yang membuat mereka tidak mau melakukan social distancing hingga program vaksinasi misalnya,” katanya.
Program Vaksinasi Merdeka yang diinisiasi oleh Polda Metro Jaya, menjadi salah satu studi kasus yang diminta OECD karena inovasi program Vaksinasi Merdeka yang menggunakan pendekatan komunikasi social yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat (people centered), dinilai sejalan dengan rekomendasi OECD untuk para pengambil kebijakan di seluruh dunia.
“Meskipun Indonesia bukanlah negara produsen vaksin, salah satu keberhasilan capaian Indonesia mengendalikan infeksi Covid-19 ialah melalui program vaksinasi. Dengan jumlah populasi, luas wilayah serta serbuan hoaks, program vaksiansi awalnya tidak sepenuhnya disambut positif oleh masyarakat luas, hingga Indonesia pernah mengalami guncangan social di saat serbuan varian Delta,” ujar peneliti program Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati.
Devie mengatakan, Vaksinasi Merdeka mengawinkan tiga pendekatan yaitu behavioral insights, penggunaan teknologi digital serta kearifan sosial, gotong royong, yang berhasil melahirkan metode penyelengaraan vaksinasi yang kolosal di berbagai titik dengan biaya penyelenggaraan yang efisien cost per shoot USD 0,6-1; pengelolaan ribuan relawan yang bekerja secara bersamaan di satu waktu secara masif; penyelenggaraan yang singkat 17 hari, namun dengan dampak yang terukur yaitu capaian warga yang tervaksinasi lebih dari 97%. ”Sebelum hadirnya metode Vaksinasi Merdeka, capaian vaksinasi baru mencapai 33%,” tambah Devie.
Inisiator platform Vaksinasi Merdeka dan SiapBergerak Zaky Ramadhan, mengakui. metode Vaksinasi Merdeka ini bukan hanya telah menjadi role model praktis penyelenggaraan vaksinasi di seluruh wilayah Nusantara, namun terus berkembang menjadi platform yang mampu memfasilitasi semangat gotong royong (kerelawanan) masyarakat Indonesia dengan kekuatan teknologi, yang terus memberikan solusi terhadap berbagai tantangan sosial lain di luar masalah kesehatan.
“Kehadiran delegasi Indonesia merupakan sebuah pengakuan terhadap kebijakan dan program kolaborasi yang dijalankan di berbagai kementerian, lembaga, organisasi masyarakat sipil, kampus, swasta, media serta masyarakat di akar rumput,” ucap Ardilla Amr.
Dalam konferensi bertajuk “5th meeting of the OECD Expert Group on Public Communication” yang diselenggarakan di Kantor Pusat Organisasi Internasional Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) ini, delegasi Indonesia memaparkan mengenai keberhasilan program Vaksin Merdeka.
Acara yang dihadiri lebih dari 40 delegasi dari sedikitnya 15 negara maju di dunia ini, Indonesia bersama Singapura diundang untuk mewakili Asia Tenggara. Delegasi Indonesia yang hadir dalam acara tersebut yakni, Akhmad Firmannal, Ardilla Amri, Devie Rahmawati, Rizky Ameliah, Zaky Ramadhan.
“Pertemuan ini berlangsung untuk mendengarkan berbagai studi kasus dan capaian berbagai negara di dunia, yang menggunakan pendekatan komunikasi untuk memperkuat tingkat kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah. Tidak hanya itu, pertemuan ini juga membagikan insight dari penggunaan Big Data dan Behavioral Study dalam praktik komunikasi publik selama pandemi,” kata Head of Open and Innovative Government Division, OECD Carlos Santiso, Kamis (29/9/2022).
Perwakilan delegasi Indonesia Ardilla Amri menyebut, Indonesia dengan jumlah penduduk 277 juta jiwa, warga yang terinfeksi Covid hingga Agustus 2022 sebesar 6 juta kasus dengan total kematian 150.000 kasus. “Kondisi ini kontras dengan Amerika Serikat misalnya, yang memiliki penduduk sebanyak 322 Juta, yang terinfeksi Covid mencapai 95 juta orang dengan angka kematian lebih dari 1 juta,” ujarnya.
Senada, Akhmad Firmannal mengatakan, capaian ini, tidak terlepas dari berbagai kebijakan di antaranya program literasi Makin Cakap Digital, yang terselenggara sebanyak 17.414 kegiatan sepanjang 2021, untuk memberikan edukasi agar masyarakat tidak termakan disinformasi ataupun misinformasi yang membuat mereka tidak mau melakukan social distancing hingga program vaksinasi misalnya,” katanya.
Program Vaksinasi Merdeka yang diinisiasi oleh Polda Metro Jaya, menjadi salah satu studi kasus yang diminta OECD karena inovasi program Vaksinasi Merdeka yang menggunakan pendekatan komunikasi social yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat (people centered), dinilai sejalan dengan rekomendasi OECD untuk para pengambil kebijakan di seluruh dunia.
“Meskipun Indonesia bukanlah negara produsen vaksin, salah satu keberhasilan capaian Indonesia mengendalikan infeksi Covid-19 ialah melalui program vaksinasi. Dengan jumlah populasi, luas wilayah serta serbuan hoaks, program vaksiansi awalnya tidak sepenuhnya disambut positif oleh masyarakat luas, hingga Indonesia pernah mengalami guncangan social di saat serbuan varian Delta,” ujar peneliti program Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati.
Devie mengatakan, Vaksinasi Merdeka mengawinkan tiga pendekatan yaitu behavioral insights, penggunaan teknologi digital serta kearifan sosial, gotong royong, yang berhasil melahirkan metode penyelengaraan vaksinasi yang kolosal di berbagai titik dengan biaya penyelenggaraan yang efisien cost per shoot USD 0,6-1; pengelolaan ribuan relawan yang bekerja secara bersamaan di satu waktu secara masif; penyelenggaraan yang singkat 17 hari, namun dengan dampak yang terukur yaitu capaian warga yang tervaksinasi lebih dari 97%. ”Sebelum hadirnya metode Vaksinasi Merdeka, capaian vaksinasi baru mencapai 33%,” tambah Devie.
Inisiator platform Vaksinasi Merdeka dan SiapBergerak Zaky Ramadhan, mengakui. metode Vaksinasi Merdeka ini bukan hanya telah menjadi role model praktis penyelenggaraan vaksinasi di seluruh wilayah Nusantara, namun terus berkembang menjadi platform yang mampu memfasilitasi semangat gotong royong (kerelawanan) masyarakat Indonesia dengan kekuatan teknologi, yang terus memberikan solusi terhadap berbagai tantangan sosial lain di luar masalah kesehatan.
“Kehadiran delegasi Indonesia merupakan sebuah pengakuan terhadap kebijakan dan program kolaborasi yang dijalankan di berbagai kementerian, lembaga, organisasi masyarakat sipil, kampus, swasta, media serta masyarakat di akar rumput,” ucap Ardilla Amr.
(cip)