Sejumlah Makna Tersirat dari Pujian Prabowo ke Jokowi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menyatakan, secara mendadak Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto menyampaikan pidato yang ditujukan kepada suluruh jajaran pengurus, kader dan para pendukung partai berlogo kepala Burung Garuda tersebut.
Menurut Karyono, pesan politik yang disampaikan Prabowo melalui pidatonya, pada hakikatnya adalah agar sikap Partai Gerindra 'istikamah' mendukung pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Itulah substansi dari pidato Prabowo.
"Untuk mengajak para kader, pengurus di semua tingkatan dan para pendukung agar istikamah menjadi bagian dari koalisi, maka Prabowo berusaha meyakinkan pendukungnya tentang pelbagai hal positif dari kepemimpinan Presiden Joko Widodo," ungkap Karyono saat dihubungi SINDOnews, Senin (27/4/2020).
(Baca juga: Puji Jokowi, Upaya Prabowo agar Mendapat Dukungan di 2024)
Dari pidato Prabowo itu, lanjut Karyono harapannya seluruh jajaran pengurus, kader, dan konstituen menaruh kepercayaan kepadanya untuk tetap mendukung pemerintah Jokowi. Dan sudah seharunya menjadi tanggung jawab Prabowo, di mana hal itu menjadi konsekuensi setiap partai yang bergabung dalam koalisi pemerintahan.
Menurutnya, setiap partai yang bergabung dalam koalisi pemerintahan dan mendapat jatah kursi di kabinet harus konsisten bersama pemerintah. "Tentu tidak elok jika main dua kali. Kaki yang satu di pemerintahan, yang satu lagi berada di oposisi," ujar dia.
Lebih lanjut Karyono mengatakan, yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, mengapa tiba-tiba Prabowo dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Gerindra menyampaikan pidato yang ditujukan untuk para pengurus dan seluruh pendukungnya.
Sementara isi pidatonya adalah berisi penegasan agar seluruh jajaran Gerindra membantu dan mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. "Nampaknya ada makna yang tersirat dari pidato Prabowo," ucap dia.
Dia menilai, bisa saja pidato Prabowo setelah ada keluhan dari Presiden Jokowi, atau ada protes dari partai-partai koalisi yang lain tentang sikap sejumlah kader dan pimpinan partai Gerindra yang dinilai kerap berbeda dan bahkan menyerang pemerintah.
Karena faktanya, jika ditelusuri dari rekam jejak digital masih ada sikap kader dan pimpinan Gerindra yang terkesan setengah hati mendukung pemerintahan Jokowi. Bahkan, seringkali bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah.
"Malahan tak jarang pernyataannya bernada mencibir Presiden Jokowi. Salah satunya adalah Fadli Zon, wakil Ketua umum Gerindra yang kerap bersikap seperti itu. Oleh karena itu, pidato Prabowo itu secara tersirat bisa diartikan sebagai teguran kepada jajaran pengurus dan kader Gerindra yang masih membangkang," ungkapnya.
Dalam hal ini sambung Karyono, Prabowo telah menunjukkan sikap kesatria. Dia berusaha untuk istikamah dan amanah sebagai menteri dan pembantu presiden sekaligus sebagai Ketua umum partai Gerindra. Sikap Prabowo ini yang belum bisa diterima oleh sebagian pendukungnya yang dianggap belum "move on".
Maka menurut Karyono, untuk menegakkan disiplin partai, Prabowo harus lebih tegas. Jika peringatan yang disampaikan Prabowo lewat pidato tidak diindahkan jajaran pengurus partai, maka pimpinan partai yang masih 'mbalelo' harus diberi teguran dan peringatan keras melalui Surat Peringatan Resmi.
"Apabila masih tidak diindahkan maka Prabowo sebagai ketua umum bisa memecat pimpinan partai yang tidak taat, termasuk Fadli Zon," pungkasnya.
Menurut Karyono, pesan politik yang disampaikan Prabowo melalui pidatonya, pada hakikatnya adalah agar sikap Partai Gerindra 'istikamah' mendukung pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Itulah substansi dari pidato Prabowo.
"Untuk mengajak para kader, pengurus di semua tingkatan dan para pendukung agar istikamah menjadi bagian dari koalisi, maka Prabowo berusaha meyakinkan pendukungnya tentang pelbagai hal positif dari kepemimpinan Presiden Joko Widodo," ungkap Karyono saat dihubungi SINDOnews, Senin (27/4/2020).
(Baca juga: Puji Jokowi, Upaya Prabowo agar Mendapat Dukungan di 2024)
Dari pidato Prabowo itu, lanjut Karyono harapannya seluruh jajaran pengurus, kader, dan konstituen menaruh kepercayaan kepadanya untuk tetap mendukung pemerintah Jokowi. Dan sudah seharunya menjadi tanggung jawab Prabowo, di mana hal itu menjadi konsekuensi setiap partai yang bergabung dalam koalisi pemerintahan.
Menurutnya, setiap partai yang bergabung dalam koalisi pemerintahan dan mendapat jatah kursi di kabinet harus konsisten bersama pemerintah. "Tentu tidak elok jika main dua kali. Kaki yang satu di pemerintahan, yang satu lagi berada di oposisi," ujar dia.
Lebih lanjut Karyono mengatakan, yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, mengapa tiba-tiba Prabowo dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Gerindra menyampaikan pidato yang ditujukan untuk para pengurus dan seluruh pendukungnya.
Sementara isi pidatonya adalah berisi penegasan agar seluruh jajaran Gerindra membantu dan mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. "Nampaknya ada makna yang tersirat dari pidato Prabowo," ucap dia.
Dia menilai, bisa saja pidato Prabowo setelah ada keluhan dari Presiden Jokowi, atau ada protes dari partai-partai koalisi yang lain tentang sikap sejumlah kader dan pimpinan partai Gerindra yang dinilai kerap berbeda dan bahkan menyerang pemerintah.
Karena faktanya, jika ditelusuri dari rekam jejak digital masih ada sikap kader dan pimpinan Gerindra yang terkesan setengah hati mendukung pemerintahan Jokowi. Bahkan, seringkali bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah.
"Malahan tak jarang pernyataannya bernada mencibir Presiden Jokowi. Salah satunya adalah Fadli Zon, wakil Ketua umum Gerindra yang kerap bersikap seperti itu. Oleh karena itu, pidato Prabowo itu secara tersirat bisa diartikan sebagai teguran kepada jajaran pengurus dan kader Gerindra yang masih membangkang," ungkapnya.
Dalam hal ini sambung Karyono, Prabowo telah menunjukkan sikap kesatria. Dia berusaha untuk istikamah dan amanah sebagai menteri dan pembantu presiden sekaligus sebagai Ketua umum partai Gerindra. Sikap Prabowo ini yang belum bisa diterima oleh sebagian pendukungnya yang dianggap belum "move on".
Maka menurut Karyono, untuk menegakkan disiplin partai, Prabowo harus lebih tegas. Jika peringatan yang disampaikan Prabowo lewat pidato tidak diindahkan jajaran pengurus partai, maka pimpinan partai yang masih 'mbalelo' harus diberi teguran dan peringatan keras melalui Surat Peringatan Resmi.
"Apabila masih tidak diindahkan maka Prabowo sebagai ketua umum bisa memecat pimpinan partai yang tidak taat, termasuk Fadli Zon," pungkasnya.
(maf)