Efek Rekomendasi Algoritma Tak Terhindarkan, tetapi Dapat Diminimalisir
loading...
A
A
A
• YouTube: Rutin menghapus riwayat tontonan, pencarian, serta menonaktifkan putar otomatis, opsi di sebelah “Berikutnya”, setidaknya akan menghentikan pengguna dari menonton secara membabi buta apa pun yang direkomendasikan oleh algoritma YouTube. Pengguna tidak dapat mematikan rekomendasi sama sekali, tetapi setidaknya dapat memperingatkan kerabat yang kurang paham teknologi.
• Instagram: Instagram setidaknya akan membiarkan pengguna melihat siapa yang tidak sengaja diabaikan. Klik ikon profil di sudut kanan bawah, klik nomor “Mengikuti”, dan akan terlihat dua kategori: “Terlibat Terkecil” dan “Paling Populer di Umpan”. Klik yang pertama, gulir daftar dan beri pengikut pengguna yang paling diabaikan dengan beberapa likes.
• Twitter: Semua pengaturan non-kronologis ini berada di bawah judul “Beranda”. Klik ikon bintang di sebelahnya dan pengguna akan memiliki opsi untuk beralih kembali ke “Tweet Terakhir” bergaya Twitter lama. Dari semua jejaring sosial, Twitter adalah yang paling mudah untuk mengabaikan rekomendasi algoritma.
• Spotify: Untuk menghindari dari jebakan penyeragaman musik, pengguna juga harus jadi pendengar aktif saat berselancar di Spotify. Perlu mendengarkan dengan aktif. Mengamati dengan saksama setiap musik yang didengarkan, bagaimana aransemennya, lalu mencari info lebih lanjut tentang musisi, musik, dan album tersebut. Siapa penggubah lagunya, siapa produsernya, apa isu yang hendak disampaikan, dan lain sebagainya.
Mekanisme algoritma media sosial yang telah dirancang sedemikian rupa, salah satunya melalui personalisasi akun pengguna media sosial. Namun dengan memiliki kemampuan resiliensi online setidaknya pengguna dapat memanfaatkannya dengan bijak dan terhindar baik secara sengaja atau tidak dari bias mesin, kognitif, masyarakat. Kemampuan resiliensi online yang memadai akan membantu pengguna untuk survive dari efek negatif algoritma di tengah keragaman platform media sosial. Karena terkadang bagi pengguna, jejak digital merupakan sekadar informasi biasa namun bagi algoritma platform jejak digital adalah aset digital untuk memaksimalkan perkembangan potensi kecenderungan pengguna.
• Instagram: Instagram setidaknya akan membiarkan pengguna melihat siapa yang tidak sengaja diabaikan. Klik ikon profil di sudut kanan bawah, klik nomor “Mengikuti”, dan akan terlihat dua kategori: “Terlibat Terkecil” dan “Paling Populer di Umpan”. Klik yang pertama, gulir daftar dan beri pengikut pengguna yang paling diabaikan dengan beberapa likes.
• Twitter: Semua pengaturan non-kronologis ini berada di bawah judul “Beranda”. Klik ikon bintang di sebelahnya dan pengguna akan memiliki opsi untuk beralih kembali ke “Tweet Terakhir” bergaya Twitter lama. Dari semua jejaring sosial, Twitter adalah yang paling mudah untuk mengabaikan rekomendasi algoritma.
• Spotify: Untuk menghindari dari jebakan penyeragaman musik, pengguna juga harus jadi pendengar aktif saat berselancar di Spotify. Perlu mendengarkan dengan aktif. Mengamati dengan saksama setiap musik yang didengarkan, bagaimana aransemennya, lalu mencari info lebih lanjut tentang musisi, musik, dan album tersebut. Siapa penggubah lagunya, siapa produsernya, apa isu yang hendak disampaikan, dan lain sebagainya.
Mekanisme algoritma media sosial yang telah dirancang sedemikian rupa, salah satunya melalui personalisasi akun pengguna media sosial. Namun dengan memiliki kemampuan resiliensi online setidaknya pengguna dapat memanfaatkannya dengan bijak dan terhindar baik secara sengaja atau tidak dari bias mesin, kognitif, masyarakat. Kemampuan resiliensi online yang memadai akan membantu pengguna untuk survive dari efek negatif algoritma di tengah keragaman platform media sosial. Karena terkadang bagi pengguna, jejak digital merupakan sekadar informasi biasa namun bagi algoritma platform jejak digital adalah aset digital untuk memaksimalkan perkembangan potensi kecenderungan pengguna.
(zik)