Penambahan Kasus COVID-19 Masih Tinggi, Yuri Minta Protokol Kesehatan Diperketat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penambahan kasus positif COVID-19 pada 2 Juli 2020 mencapai rekor tertinggi yakni sebanyak 1.624 orang. Sehingga total akumulasi kasus COVID-19 di Tanah Air mencapai 59.394 kasus.
Dengan penambahan kasus yang masih tinggi tersebut, Juru Bicara Pemerintah Penanganan virus Corona (COVID-19), Achmad Yurianto pun meminta masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. (Baca juga: Penambahan 1.624 Kasus, Positif COVID-19 Kini Mencapai 59.394 Orang)
“Saudara-saudara ini harus menjadi perhatian kita bersama bahwa melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat, dengan disiplin adalah upaya yang bisa kita lakukan secara bersama-sama untuk memutuskan rantai penularan COVID-19 ini,” tegas Yuri di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Kamis (2/7/2020).
“Karena dengan kita bisa mengimplementasikan secara disiplin protokol kesehatan ini, maka kita akan menjadi aman. Kita akan terlindung dari kemungkinan tertular. Dan kita bisa produktif kembali, kita bisa melaksanakan aktivitas yang produktif,” sambung Yuri.
Inilah yang kemudian, kata Yuri dalam istilah yang sering digunakan atau didengar oleh masyarakat sebagai New Normal. Namun, ia mengatakan ini bukan dimaknai bahwa masyarakat sudah normal kembali.
“Dalam artian New Normal adalah kita merubah kebiasaan-kebiasaan yang dahulu kita anggap normal karena saat itu ancaman COVID-19 belum ada,” jelasnya.
Masyarakat, tegas Yuri, harus memahami betul bagaimana mekanisme penularan COVID-19 ini. “COVID-19 ini ditularkan oleh orang yang positif di dalam tubuhnya dan kemudian batuk, bersin, berbicara sehingga kemudian keluar droplet atau butiran-butiran kecil yang menyebar ke sekitarnya dan terhirup orang lain karena tidak menjaga jarak dan tidak menggunakan masker maka besar kemungkinan orang itu akan tertular. Sehingga sekarang yang harus kita lakukan di dalam merubah kebiasaan kita yang dahulu kita katakan normal sekarang tidak bisa lagi kita laksanakan,” paparnya.
Oleh karena itu, perlu perubahan adaptasi kebiasaan baru yang menjamin diri kita aman dari penularan COVID-19. Di antaranya yakni menjaga jarak. “Selalu diupayakan menjaga jarak fisik antara satu dengan yang lainnya setidak-tidaknya pada jarak lebih dari satu meter,” kata dia.
Kemudian menggunakan masker. “Ini menjadi penting untuk melindungi kita dari kemungkinan terpapar secara langsung dari droplet, dari percikan ludah orang yang positif. Kita tidak pernah tahu pada saat berada di tempat publik, di luar rumah kita tidak pernah tahu kita akan ketemu dengan orang yang membawa virus ini atau tidak,” tutur Yuri. (Baca juga: Dokter RSPAD Sebut Pasien COVID-19 Sembuh Bisa Terinfeksi Lagi)
Menggunakan masker, tambah Yuri, menjadi sesuatu yang penting. Baik untuk orang yang belum sakit dalam artian melindungi terhadap kemungkinan tertular. “Ataupun orang yang sakit tetapi tidak menyadari bahwa dirinya sakit untuk juga membatasi kemungkinan percikan droplet dia ke lingkungan sekitarnya,” tutupnya.
Dengan penambahan kasus yang masih tinggi tersebut, Juru Bicara Pemerintah Penanganan virus Corona (COVID-19), Achmad Yurianto pun meminta masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. (Baca juga: Penambahan 1.624 Kasus, Positif COVID-19 Kini Mencapai 59.394 Orang)
“Saudara-saudara ini harus menjadi perhatian kita bersama bahwa melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat, dengan disiplin adalah upaya yang bisa kita lakukan secara bersama-sama untuk memutuskan rantai penularan COVID-19 ini,” tegas Yuri di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Kamis (2/7/2020).
“Karena dengan kita bisa mengimplementasikan secara disiplin protokol kesehatan ini, maka kita akan menjadi aman. Kita akan terlindung dari kemungkinan tertular. Dan kita bisa produktif kembali, kita bisa melaksanakan aktivitas yang produktif,” sambung Yuri.
Inilah yang kemudian, kata Yuri dalam istilah yang sering digunakan atau didengar oleh masyarakat sebagai New Normal. Namun, ia mengatakan ini bukan dimaknai bahwa masyarakat sudah normal kembali.
“Dalam artian New Normal adalah kita merubah kebiasaan-kebiasaan yang dahulu kita anggap normal karena saat itu ancaman COVID-19 belum ada,” jelasnya.
Masyarakat, tegas Yuri, harus memahami betul bagaimana mekanisme penularan COVID-19 ini. “COVID-19 ini ditularkan oleh orang yang positif di dalam tubuhnya dan kemudian batuk, bersin, berbicara sehingga kemudian keluar droplet atau butiran-butiran kecil yang menyebar ke sekitarnya dan terhirup orang lain karena tidak menjaga jarak dan tidak menggunakan masker maka besar kemungkinan orang itu akan tertular. Sehingga sekarang yang harus kita lakukan di dalam merubah kebiasaan kita yang dahulu kita katakan normal sekarang tidak bisa lagi kita laksanakan,” paparnya.
Oleh karena itu, perlu perubahan adaptasi kebiasaan baru yang menjamin diri kita aman dari penularan COVID-19. Di antaranya yakni menjaga jarak. “Selalu diupayakan menjaga jarak fisik antara satu dengan yang lainnya setidak-tidaknya pada jarak lebih dari satu meter,” kata dia.
Kemudian menggunakan masker. “Ini menjadi penting untuk melindungi kita dari kemungkinan terpapar secara langsung dari droplet, dari percikan ludah orang yang positif. Kita tidak pernah tahu pada saat berada di tempat publik, di luar rumah kita tidak pernah tahu kita akan ketemu dengan orang yang membawa virus ini atau tidak,” tutur Yuri. (Baca juga: Dokter RSPAD Sebut Pasien COVID-19 Sembuh Bisa Terinfeksi Lagi)
Menggunakan masker, tambah Yuri, menjadi sesuatu yang penting. Baik untuk orang yang belum sakit dalam artian melindungi terhadap kemungkinan tertular. “Ataupun orang yang sakit tetapi tidak menyadari bahwa dirinya sakit untuk juga membatasi kemungkinan percikan droplet dia ke lingkungan sekitarnya,” tutupnya.
(kri)