BMKG Tegaskan Komitmen Siap Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
loading...
A
A
A
“Dalam sepuluh tahun terakhir, pelaksanaan SLI telah menjangkau 451 lokasi di tingkat kabupaten, di 33 provinsi, serta telah melatih 16.000 peserta. Alhamdulillah, dampaknya sudah terasa dimana produktivitas lahan rata-rata meningkat hingga 30 persen,” jelasnya.
Sedangkan di sektor kelautan dan perikanan, lanjutnya, BMKG mengembangkan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan nelayan terhadap informasi cuaca maritim. Sejak tahun 2016-2021, SLCN sendiri telah memfasilitasi 10.118 peserta di 159 lokasi yang tersebar di 33 provinsi wilayah Indonesia.
“Pemahaman yang lebih baik terhadap informasi cuaca yang diintegrasikan dengan fishing ground membawa perubahan paradigma dari “mencari ikan” menjadi “menangkap ikan”, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dan mengurangi risiko kecelakaan di laut akibat faktor cuaca,” paparnya.
Sementara itu, Dwikorita menyampaikan bahwa tujuan Rakornas ini dilaksanakan adalah pertama, membahas kebijakan serta sistem yang teruji dan tangguh guna menjamin ketahanan dan kedaulatan pangan secara merata dan berkesinambungan. Kedua, menguatkan peran strategis sistem informasi BMKG untuk mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan.
Ketiga, memperluas cakupan forum Sekolah Lapang Iklim (SLI) dan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) dengan melibatkan berbagai pihak terkait untuk mengakselerasi terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan.
Dwikorita berharap melalui Rakornas BMKG ini dapat tersusun matriks rencana tindak lanjut secara tepat, komprehensif, dan sinergis dengan melibatkan multi sektor dan pihak terkait untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan. Selain itu, akan dihasilkan pula dalam Rakornas ini Buku Putih atau "White Paper" yang dapat menjadi salah satu acuan penajaman dan peningkatan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dan dengan dukungan Info BMKG terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan.
Sedangkan di sektor kelautan dan perikanan, lanjutnya, BMKG mengembangkan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan nelayan terhadap informasi cuaca maritim. Sejak tahun 2016-2021, SLCN sendiri telah memfasilitasi 10.118 peserta di 159 lokasi yang tersebar di 33 provinsi wilayah Indonesia.
“Pemahaman yang lebih baik terhadap informasi cuaca yang diintegrasikan dengan fishing ground membawa perubahan paradigma dari “mencari ikan” menjadi “menangkap ikan”, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dan mengurangi risiko kecelakaan di laut akibat faktor cuaca,” paparnya.
Sementara itu, Dwikorita menyampaikan bahwa tujuan Rakornas ini dilaksanakan adalah pertama, membahas kebijakan serta sistem yang teruji dan tangguh guna menjamin ketahanan dan kedaulatan pangan secara merata dan berkesinambungan. Kedua, menguatkan peran strategis sistem informasi BMKG untuk mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan.
Ketiga, memperluas cakupan forum Sekolah Lapang Iklim (SLI) dan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) dengan melibatkan berbagai pihak terkait untuk mengakselerasi terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan.
Dwikorita berharap melalui Rakornas BMKG ini dapat tersusun matriks rencana tindak lanjut secara tepat, komprehensif, dan sinergis dengan melibatkan multi sektor dan pihak terkait untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan. Selain itu, akan dihasilkan pula dalam Rakornas ini Buku Putih atau "White Paper" yang dapat menjadi salah satu acuan penajaman dan peningkatan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dan dengan dukungan Info BMKG terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan.
(kri)