Angka Rata-rata Kematian di Tanah Air Lebih Rendah Dibanding Jepang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah Penanganan virus Corona (COVID-19), Achmad Yurianto mengungkapkan angka kasus kematian akibat pandemi COVID-19 di Tanah Air kini mencapai 2.805 orang.
“Meninggal 51 orang totalnya menjadi 2.805 orang,” ujar Yuri di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (29/6/2020). (Baca juga: Angka Kesembuhan COVID-19 RI di Bawah Persentase Rata-rata Dunia)
Jika dilihat dari persentase rata-rata kasus kematian di Tanah Air sebesar 5,15% lebih tinggi dibandingkan persentase rata-rata dunia sebesar 5,01%. Namun, rata-rata kematian di Tanah Air lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase Jepang sebesar 5,33%.
“Kalau kemudian kita mencoba lebih mendalami tentang kasus angka persentase meninggal dari kasus penyakit ini. Kalau kita lihat angka dunia adalah 5,01%, angka nasional kita ada di 5,15%. Ini lebih rendah dibanding dengan Jepang yang angkanya 5,33%,” jelas Yuri.
Bahkan, kata Yuri, saat ini 23 provinsi angka kematiannya di bawah angka rata-rata dunia yaitu 5,01%. “Ini yang kemudian kita yakini bahwa optimisme kita, kesembuhan pasien dengan COVID-19 ini semakin baik,” katanya.
Yuri mengungkapkan angka tersebut menjadi indikator keberhasilan dalam penanganan COVID-19. “Kerja keras kita, kerja bersama kita, semakin hari semakin menunjukkan hasil yang baik. Beberapa angka yang kami sebutkan diatas adalah indikator dari keberhasilan itu.”
“Namun kita tetap harus meyakini bahwa wabah COVID-19 ini masih ada, masih mungkin terjadi. Oleh karena itu mari bersama-sama protokol kesehatan tetap kita jalankan sebaik-baik. Di antaranya menjaga jarak ini menjadi kunci. Kemudian menggunakan masker dan rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun,” lanjut Yuri. (Baca juga: Bertambah 1.082, Kasus Positif Covid di Indonesa Menjadi 55.092)
Cara ini, tegas Yuri adalah cara yang paling baik untuk bisa memberikan jaminan bahwa masyarakat aman dari kemungkinan tertular COVID-19. “Rasa aman ini yang dibutuhkan agar kita bisa produktif kembali. Dan kemudian bisa menjalankan tugas kita kembali dan kemudian kita tidak terpuruk dalam kesulitan yang lebih lama dan lebih berkepanjangan,” tegasnya.
“Meninggal 51 orang totalnya menjadi 2.805 orang,” ujar Yuri di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (29/6/2020). (Baca juga: Angka Kesembuhan COVID-19 RI di Bawah Persentase Rata-rata Dunia)
Jika dilihat dari persentase rata-rata kasus kematian di Tanah Air sebesar 5,15% lebih tinggi dibandingkan persentase rata-rata dunia sebesar 5,01%. Namun, rata-rata kematian di Tanah Air lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase Jepang sebesar 5,33%.
“Kalau kemudian kita mencoba lebih mendalami tentang kasus angka persentase meninggal dari kasus penyakit ini. Kalau kita lihat angka dunia adalah 5,01%, angka nasional kita ada di 5,15%. Ini lebih rendah dibanding dengan Jepang yang angkanya 5,33%,” jelas Yuri.
Bahkan, kata Yuri, saat ini 23 provinsi angka kematiannya di bawah angka rata-rata dunia yaitu 5,01%. “Ini yang kemudian kita yakini bahwa optimisme kita, kesembuhan pasien dengan COVID-19 ini semakin baik,” katanya.
Yuri mengungkapkan angka tersebut menjadi indikator keberhasilan dalam penanganan COVID-19. “Kerja keras kita, kerja bersama kita, semakin hari semakin menunjukkan hasil yang baik. Beberapa angka yang kami sebutkan diatas adalah indikator dari keberhasilan itu.”
“Namun kita tetap harus meyakini bahwa wabah COVID-19 ini masih ada, masih mungkin terjadi. Oleh karena itu mari bersama-sama protokol kesehatan tetap kita jalankan sebaik-baik. Di antaranya menjaga jarak ini menjadi kunci. Kemudian menggunakan masker dan rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun,” lanjut Yuri. (Baca juga: Bertambah 1.082, Kasus Positif Covid di Indonesa Menjadi 55.092)
Cara ini, tegas Yuri adalah cara yang paling baik untuk bisa memberikan jaminan bahwa masyarakat aman dari kemungkinan tertular COVID-19. “Rasa aman ini yang dibutuhkan agar kita bisa produktif kembali. Dan kemudian bisa menjalankan tugas kita kembali dan kemudian kita tidak terpuruk dalam kesulitan yang lebih lama dan lebih berkepanjangan,” tegasnya.
(kri)