Menuju Anak Indonesia Sehat, Bebas Stunting dan Obesitas
loading...
A
A
A
Dalam sejumlah penelitian ilmiah, ngemil di antara waktu makan saat ini menyumbang sekitar sepertiga dari asupan energi harian anak-anak di Amerika Serikat (AS) dan seperempat energi harian untuk remaja di beberapa negara Eropa. Meskipun data tentang ngemil dan obesitas pada anak-anak terbatas dan samar-samar, ada bukti bahwa anak-anak yang sering ngemil mengonsumsi energi yang lebih besar, memiliki kualitas diet yang lebih buruk, dan menunjukkan faktor risiko lain untuk kenaikan berat badan yang berlebihan.
Orang tua memainkan peran penting dalam membentuk perilaku diet anak, termasuk ngemil. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, menyatakan bahwa 70 dari 100 anak usia 6-23 bulan menerima minimal 4 kelompok makanan dalam 24 jam terakhir.
Pengasuhan makanan mencakup praktik pemberian makan orang tua, perilaku atau strategi khusus yang digunakan orang tua untuk memberi makan anak-anak mereka (yaitu menekan anak untuk makan), dan gaya makan, pola umum dari praktik-praktik ini.
Gaya pengasuhan umum (misalnya tidak terlibat, otoriter) memperkirakan bagaimana pengasuh terlibat dengan anak-anak mereka melalui interaksi dan strategi disiplin dan mungkin juga informatif dalam konteks ngemil anak, karena gaya yang berbeda telah dikaitkan dengan berbagai pola makan masa kanak-kanak dan hasil terkait berat badan.
Literatur saat ini menunjukkan bahwa untuk mempromosikan kebiasaan makan yang sehat, orang tua harus mencapai keseimbangan antara menetapkan batas yang wajar, menyediakan makanan sehat dan kesempatan makan terstruktur, dan mendukung preferensi makanan unik anak-anak dan pengaturan nafsu makan.
Sementara dari sisi pemilihan makanan, sebagai negara agraris, sebenarnya masalah stunting dan obesitas melalui pemantauan pola asuh makan anak ini dapat ditangani dengan Real Food Revolution: yakni dengan mengganti makanan kudapan yang miskin nutrisi dengan yang kaya gizi seperti telur, ikan, daging, ataupun ayam.
Pola asuh makanan positif yang menyediakan struktur (misalnya rutinitas, menyediakan makanan sehat) dan Dukungan Otonomi (misalnya teladan peran, pujian) lebih mungkin untuk mendorong anak-anak untuk membangun kebiasaan makan yang sehat
Dengan meningkatnya perhatian yang diberikan pada peran ngemil anak pada risiko obesitas dalam beberapa tahun terakhir, definisi universal tentang ngemil yang membahas jenis makanan dan waktu diperlukan untuk memaksimalkan generalisasi di seluruh studi dan temuan lanjutan di lapangan.
Penelitian di masa depan harus mencakup perilaku pengasuhan makanan yang positif seputar jajanan anak yang dapat digunakan sebagai target untuk promosi kesehatan. Masih banyak pekerjaan rumah kita, namun perbaikan itu bisa dimulai dari rumah. Karena untuk menjadi orang tua berperilaku hidup sehat tentu saja perlu terus menerus belajar
Dalam rangka membantu pemerintah mengatasi stunting, IDAI membentuk satgas stunting dan melibatkan 30 IDAI cabang di seluruh Indonesia. IDAI juga berkoordinasi dengan BKKBN dan Kemneterian Kesehatan RI yang dimulai dengan audit stunting di daerah-daerah yang sudah ditentukan.
Orang tua memainkan peran penting dalam membentuk perilaku diet anak, termasuk ngemil. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, menyatakan bahwa 70 dari 100 anak usia 6-23 bulan menerima minimal 4 kelompok makanan dalam 24 jam terakhir.
Pengasuhan makanan mencakup praktik pemberian makan orang tua, perilaku atau strategi khusus yang digunakan orang tua untuk memberi makan anak-anak mereka (yaitu menekan anak untuk makan), dan gaya makan, pola umum dari praktik-praktik ini.
Gaya pengasuhan umum (misalnya tidak terlibat, otoriter) memperkirakan bagaimana pengasuh terlibat dengan anak-anak mereka melalui interaksi dan strategi disiplin dan mungkin juga informatif dalam konteks ngemil anak, karena gaya yang berbeda telah dikaitkan dengan berbagai pola makan masa kanak-kanak dan hasil terkait berat badan.
Literatur saat ini menunjukkan bahwa untuk mempromosikan kebiasaan makan yang sehat, orang tua harus mencapai keseimbangan antara menetapkan batas yang wajar, menyediakan makanan sehat dan kesempatan makan terstruktur, dan mendukung preferensi makanan unik anak-anak dan pengaturan nafsu makan.
Sementara dari sisi pemilihan makanan, sebagai negara agraris, sebenarnya masalah stunting dan obesitas melalui pemantauan pola asuh makan anak ini dapat ditangani dengan Real Food Revolution: yakni dengan mengganti makanan kudapan yang miskin nutrisi dengan yang kaya gizi seperti telur, ikan, daging, ataupun ayam.
Pola asuh makanan positif yang menyediakan struktur (misalnya rutinitas, menyediakan makanan sehat) dan Dukungan Otonomi (misalnya teladan peran, pujian) lebih mungkin untuk mendorong anak-anak untuk membangun kebiasaan makan yang sehat
Dengan meningkatnya perhatian yang diberikan pada peran ngemil anak pada risiko obesitas dalam beberapa tahun terakhir, definisi universal tentang ngemil yang membahas jenis makanan dan waktu diperlukan untuk memaksimalkan generalisasi di seluruh studi dan temuan lanjutan di lapangan.
Penelitian di masa depan harus mencakup perilaku pengasuhan makanan yang positif seputar jajanan anak yang dapat digunakan sebagai target untuk promosi kesehatan. Masih banyak pekerjaan rumah kita, namun perbaikan itu bisa dimulai dari rumah. Karena untuk menjadi orang tua berperilaku hidup sehat tentu saja perlu terus menerus belajar
Dalam rangka membantu pemerintah mengatasi stunting, IDAI membentuk satgas stunting dan melibatkan 30 IDAI cabang di seluruh Indonesia. IDAI juga berkoordinasi dengan BKKBN dan Kemneterian Kesehatan RI yang dimulai dengan audit stunting di daerah-daerah yang sudah ditentukan.