Radikalisme Marak, Pakar Dorong Agama Jadi Norma Kehidupan Berbangsa

Jum'at, 17 Juni 2022 - 20:41 WIB
loading...
Radikalisme Marak, Pakar Dorong Agama Jadi Norma Kehidupan Berbangsa
FGD bertema Agama sebagai Kekuatan Pemersatu Bangsa dan Penggerak Pemajuan Peradaban Bangsa dengan Paradidma Pancasila, Jumat (17/6/2022). FOTO/TANGKAPAN LAYAR
A A A
JAKARTA - Pembangunan peradaban nasional Indonesia dinilai belum optimal, utamanya terkait agama dan keberagaman. Hal ini ditunjukkan dengan kerap munculnya kasus terorisme, radikalisme , ujaran kebencian, dan gerakan mengganti negara Pancasila dengan khilafah.

Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengatakan, berbagai hasil riset oleh Setara Institute, Wahid Foundatian, dan CRCS-UGM, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan peristiwa dan tindakan intoleransi dalam satu setengah dekade terakhir.

"Sejak tahun 2012, menguat politisasi identitas, khususnya identitas keagamaan dalam berbagai hajatan elektoral di tingkat lokal dan nasional yang melahirkan polarisasi dan fragmentasi sosial-kemasyarakatan-kebangsaan," katanya dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Pakar Aliansi Kebangsaan Mayken TNI (Purn) Dewa Putu Rai pada FGD bertema 'Agama sebagai Kekuatan Pemersatu Bangsa dan Penggerak Pemajuan Peradaban Bangsa dengan Paradidma Pancasila', Jumat (17/6/2022).



Gejala itu memicu terjadinya dinamika politik yang destruktif, sehingga mengganggu keamanan nasional dan berpotensi memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa.

Pontjo mengakui bahwa agama sebagai sesuatu yang sakral telah digunakan sebagai alat politik kekuasaan oleh sekelompok orang. Ketuhanan dan keberagamaan yang dibayangkan oleh para pendiri negara sebagai dasar bagi pembangunan kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial kini justru diinstrumentasi oleh berbagai kelompok untuk tujuan-tujuan-tujuan sebaliknya.

Karena itu, Aliansi Kebangsaan memandang agama harus dijadikan sebagai kerangka nilai dan norma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agama mesti difungsionalisasi untuk membangun kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.

Baca juga: Forum Rektor Didorong Aktif Bantu Selesaikan Radikalisme di Kampus

"Banyak persoalan mendasar yang menjadi pekerjaan rumah kita, untuk kita selesaikan secara bersama-sama, dengan bergotong-royong," kata Pontjo.

Ketua Forum Rektor Indonesia Prof Panut Mulyanto mengatakan, agama sejak bangsa ini lahir, telah menjadi kekuatan dan alat pemersatu bangsa. Keragaman agama yang ada di Indonesia oleh para pendiri bangsa dijadikan sebagai alat penguat bangsa Indonesia untuk lebih cepat mencapai kejayaan.

Namun kenyataannya, saat ini ada hal-hal yang dikaitkan agama oleh sebagian masyarakat, sehingga menimbulkan radikalisme dan sikap intoleran, bahkan anti-Pancasila.

Menurutnya, media yang sangat baik untuk mengatasi persoalan tersebut adalah melalui pendidikan dari tingkat PAUD hingga pendidikan tinggi.

"Bagaimana lembaga pendidikan, mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila ini serta bagaimana para penganut agama menjalankan ajaran agamanya dengan benar, sehingga pada akhirnya agama bagi bangsa Indonesia benar-benar menjadi alat pemersatu bangsa," kata Panut.

Di luar lembaga pendidikan, penanaman nilai-nilai Pancasila bagi masyarakat bisa dilakukan dengan pendekatan diskusi, pendekatan ekonomi, dan pendekatan humanitas. Panut yakin dengan berbagai model pendekatan seperti itu, maka agama benar-benar akan berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa.

Hal yang sama juga disampaikan cendekiawan muslim, Prof Azyumardi Azra. Dalam materinya, Azyumardi mengatakan, Nusantara adalah benua maritim yang dipenuhi dengan agama-agama besar dunia, seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Keragaman agama tersebut telah menimbulkan ikatan solidaritas bangsa Indonesia yang demikian kuat, yang tidak ditemukan di negara lain termasuk benua Eropa.

"Inilah keistimewaan kita, di mana agama tidak memecah-belah bangsa, tetapi justru telah menjadi ikatan solidaritas dan pemersatu penduduk Indonesia," katanya.

Ia mencontohkan bagaimana agama di Eropa telah menjadi pemecah belah penduduknya. Perbedaan agama di Eropa telah memicu munculnya negara-negara baru. "Beda sedikit, mereka lantas bikin negara baru," ujar Azyumardi.

Sekjen Aliansi Kebangsaan, Ahmad Zacky Siradj dalam penutup diskusinya menyimpulkan bahwa agama memiliki peran sangat penting untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Dalam penafsirannya agama harus ada pandangan yang moderat, agama harus dijadikan sumber inspirasi, menjadi sumber solusi masalah sosial, menjadi motivasi pemberdayaan umat, merekatkan posisi sosial kemasyarakatan dan lainnya.

"Jadi intinya, agama sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, karena itu agama harus dilindungi dan bukan diekspolitasi," katanya.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4727 seconds (0.1#10.140)