Radikalisme Marak, Pakar Dorong Agama Jadi Norma Kehidupan Berbangsa
loading...
A
A
A
Namun kenyataannya, saat ini ada hal-hal yang dikaitkan agama oleh sebagian masyarakat, sehingga menimbulkan radikalisme dan sikap intoleran, bahkan anti-Pancasila.
Menurutnya, media yang sangat baik untuk mengatasi persoalan tersebut adalah melalui pendidikan dari tingkat PAUD hingga pendidikan tinggi.
"Bagaimana lembaga pendidikan, mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila ini serta bagaimana para penganut agama menjalankan ajaran agamanya dengan benar, sehingga pada akhirnya agama bagi bangsa Indonesia benar-benar menjadi alat pemersatu bangsa," kata Panut.
Di luar lembaga pendidikan, penanaman nilai-nilai Pancasila bagi masyarakat bisa dilakukan dengan pendekatan diskusi, pendekatan ekonomi, dan pendekatan humanitas. Panut yakin dengan berbagai model pendekatan seperti itu, maka agama benar-benar akan berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa.
Hal yang sama juga disampaikan cendekiawan muslim, Prof Azyumardi Azra. Dalam materinya, Azyumardi mengatakan, Nusantara adalah benua maritim yang dipenuhi dengan agama-agama besar dunia, seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Keragaman agama tersebut telah menimbulkan ikatan solidaritas bangsa Indonesia yang demikian kuat, yang tidak ditemukan di negara lain termasuk benua Eropa.
"Inilah keistimewaan kita, di mana agama tidak memecah-belah bangsa, tetapi justru telah menjadi ikatan solidaritas dan pemersatu penduduk Indonesia," katanya.
Ia mencontohkan bagaimana agama di Eropa telah menjadi pemecah belah penduduknya. Perbedaan agama di Eropa telah memicu munculnya negara-negara baru. "Beda sedikit, mereka lantas bikin negara baru," ujar Azyumardi.
Sekjen Aliansi Kebangsaan, Ahmad Zacky Siradj dalam penutup diskusinya menyimpulkan bahwa agama memiliki peran sangat penting untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Dalam penafsirannya agama harus ada pandangan yang moderat, agama harus dijadikan sumber inspirasi, menjadi sumber solusi masalah sosial, menjadi motivasi pemberdayaan umat, merekatkan posisi sosial kemasyarakatan dan lainnya.
"Jadi intinya, agama sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, karena itu agama harus dilindungi dan bukan diekspolitasi," katanya.
Menurutnya, media yang sangat baik untuk mengatasi persoalan tersebut adalah melalui pendidikan dari tingkat PAUD hingga pendidikan tinggi.
"Bagaimana lembaga pendidikan, mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila ini serta bagaimana para penganut agama menjalankan ajaran agamanya dengan benar, sehingga pada akhirnya agama bagi bangsa Indonesia benar-benar menjadi alat pemersatu bangsa," kata Panut.
Di luar lembaga pendidikan, penanaman nilai-nilai Pancasila bagi masyarakat bisa dilakukan dengan pendekatan diskusi, pendekatan ekonomi, dan pendekatan humanitas. Panut yakin dengan berbagai model pendekatan seperti itu, maka agama benar-benar akan berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa.
Hal yang sama juga disampaikan cendekiawan muslim, Prof Azyumardi Azra. Dalam materinya, Azyumardi mengatakan, Nusantara adalah benua maritim yang dipenuhi dengan agama-agama besar dunia, seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Keragaman agama tersebut telah menimbulkan ikatan solidaritas bangsa Indonesia yang demikian kuat, yang tidak ditemukan di negara lain termasuk benua Eropa.
"Inilah keistimewaan kita, di mana agama tidak memecah-belah bangsa, tetapi justru telah menjadi ikatan solidaritas dan pemersatu penduduk Indonesia," katanya.
Ia mencontohkan bagaimana agama di Eropa telah menjadi pemecah belah penduduknya. Perbedaan agama di Eropa telah memicu munculnya negara-negara baru. "Beda sedikit, mereka lantas bikin negara baru," ujar Azyumardi.
Sekjen Aliansi Kebangsaan, Ahmad Zacky Siradj dalam penutup diskusinya menyimpulkan bahwa agama memiliki peran sangat penting untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Dalam penafsirannya agama harus ada pandangan yang moderat, agama harus dijadikan sumber inspirasi, menjadi sumber solusi masalah sosial, menjadi motivasi pemberdayaan umat, merekatkan posisi sosial kemasyarakatan dan lainnya.
"Jadi intinya, agama sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, karena itu agama harus dilindungi dan bukan diekspolitasi," katanya.
(abd)