Rabu Pahing Kembali Dipilih Jokowi untuk Pelantikan Menteri, Ini Makna di Baliknya

Rabu, 15 Juni 2022 - 15:15 WIB
loading...
Rabu Pahing Kembali Dipilih Jokowi untuk Pelantikan Menteri, Ini Makna di Baliknya
Presiden Jokowi berjalan bersama ketua umum parpol koalisi pemerintah sebelum mereshuffle 2 menterinya, Rabu (15/6/2022). FOTO/TANGKAPAN LAYAR
A A A
JAKARTA - Hari ini, Rabu Pahing, Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) melantik menteri dan wakil menteri hasil reshuffle kabinet jilid III. Mereka yang dilantik adalah Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Hadi Tjahjanto, Wakil Menteri ATR Raja Juli Antoni, Wakil Menteri Dalam Negeri John Wempi Wetipo, dan Wakil Menteri Ketenagakerjaan Afriansyah Noor.

Jika diperhatikan, Rabu Pahing kerap menjadi pilihan Presiden Jokowi untuk melantik para pejabat negara. Sebelumnya, Rabu Pahing juga menjadi pilihan bagi Presiden Jokowi untuk melantik Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Panglima TNI, untuk menggantikan Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto.

Rabu Pahing sepertinya menjadi hari yang istimewa bagi Presiden Jokowi. Berdasarkan hitungan neptu dalam penanggalan Jawa, Rabu memiliki neptu tujuh, dan Pahing memiliki neptu sembilan, sehingga total neptunya 16.

Baca juga: Dilantik Jadi Mendag, Zukifli Hasan Janjikan Ketersediaan Minyak Goreng dan Harga Terjangkau

Berdasarkan Kitab Primbon Betaljemur Adammakna karya Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat, neptu 16 memiliki sifat-sifat yang senang mengayomi. Selain itu, memiliki hati yang lemah lembut, sehingga mudah untuk mengikuti aturan.

Meski memiliki hati yang lemah lembut dan mudah mengikuti aturan, tetapi sifat neptu 16 juga tidak boleh diremehkan. Dalam penjelasan di Kitab Primbon Betaljemur Adammakna, disebutkan neptu 16 jangan sampai dibuat marah, karena akan sangat menyeramkan.

Kitab primbon berisi 337 bab tentang ilmu-ilmu Jawa peninggalan leluhur tersebut, juga menyebutkan watake dino atau sifatnya hari. Di mana Rabu, memiliki watak sembada yang artinya pribadi pantang menyerah, malu berkeluh kesah, selalu menepati janji, punya tekad kuat dan bulat, serta taat azas.

Baca juga: Breaking News, Presiden Jokowi Reshuffle 2 Menteri

Selain itu, dalam primbonnya, Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat menyebut, Rabu memiliki watak samubarang patut. Artinya, memiliki kemampuan yang mumpuni, dan selalu pantas berada dalam situasi apapun, serta berekspresi nonformal, sehingga bisa dekat dengan siapa saja.

Sedangkan watake dina (sifat hari) Pahing, digambarkan demen pradah yang artinya suka menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara ikhlas. Sehingga ketika digabungkan Rabu Pahing, maknanya menjadi lebih dominan baik.

Sifat dominan baik pada hari Rabu ini juga diungkapkan oleh pengajar Sastra Jawa Universitas Negeri Malang (UM), Teguh Tri Wahyudi. Dalam tradisi Jawa, menurutnya Rabu Pahing itu karakternya lebih kuat ke air. "Mungkin saja dipilih Rabu Pahing karena air memiliki sifat yang banyak dibutuhkan manusia," ungkapnya.

Peran penting air dalam kehidupan manusia, menurut Teguh, juga ditunjukkan dalam pepatah Jawa, "Wong Urip Mung Mampir Ngombe" artinya manusia hidup hanya untuk singgah sejenak untuk minum, dan melanjutkan perjalanan panjang yang kekal abadi.

Air sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, sebagai sumber kehidupan. Air yang tenang tentunya juga sangat mendamaikan. Namun, jangan sampai keseimbangan alam itu diganggu, pastinya air bisa juga menjadi petaka.

Pemilihan hari dalam setiap kegiatan penting, diakui Teguh, telah menjadi tradisi yang mengakar kuat di tengah masyarakat. "Bahkan, dalam setiap membuat karya sastra, para pujangga di masa lampau, selalu memilih hari khusus dan dibarengi dengan puasa atau tirakat," tuturnya.

Tujuan dari semua itu, menurutnya, adalah untuk mengumpulkan energi, menyelaraskan hidup dengan alam semesta, sehingga apa yang dikerjakan atau yang ditulis tidak asal saja. Dicontohkan Kitab Pararaton dan Negarakertagama yang hingga kini masih abadi, karena ditulis oleh pujangga yang mampu menyatukan energi semesta.

Demikian juga dengan penobatan raja atau pejabat penting. Dalam tradisi Jawa, diakui Teguh, selalu dihitung harinya terlebih dahulu, untuk mencari yang paling baik dari yang baik. "Semua hari itu baik, tetapi karena ini ada kekhususan, maka dicarilah yang paling baik," katanya.

Penobatan raja-raja baik di Yogyakarta maupun Surakarta, atau bahkan sejak era Mataram kuno, Singasari, hingga Majapahit, dipastikan akan memilih hari yang paling baik. Di mana, energi semesta mampu menyatu dalam kekuatan yang baik.

Raja atau pejabat yang dilantik, menurut Teguh, memiliki hubungan yang kekal dengan hajat hidup orang banyak. "Pejabat itu dilantik sebagai pemimpin yang menjadi panutan masyarakat, sekaligus menjadi pelayan masyarakat. Selain itu, pemimpin itu juga memiliki hubungan dengan sang pencipta. Tentunya dalam menjalankan kepemimpinan, para pemimpin membutuhkan dukungan energi dari alam semesta," katanya.

Sebagai manusia apalagi pemimpin masyarakat, menurut Teguh, memiliki tanggung jawab untuk "Memayu Hanuning Bawana". Apabila diartikan secara harafiah dalam Bahasa Indonesia, memiliki arti memperindah keindahan dunia.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1079 seconds (0.1#10.140)