Di Depan 55 Jaksa Baru, Ketua KPK Sebut Budaya Antikorupsi sebagai Pilihan Hidup

Kamis, 21 April 2022 - 06:23 WIB
loading...
Di Depan 55 Jaksa Baru, Ketua KPK Sebut Budaya Antikorupsi sebagai Pilihan Hidup
Ketua KPK Firli Bahuri. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mewakili segenap pimpinan dan seluruh insan KPK menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada Jaksa Agung yang telah memberikan SDM terbaik. Dia juga mengatakan, pesan Jaksa Agung ST Burhanuddin yang menegaskan, para jaksa yang dikirim untuk kawah candradimuka, dan jikalau kembali diharapkan sudah siap tempur memperkuat jajaran Adhiyaksa dalam pemberantasan korupsi

“Jaksa Agung berharap bahwa para jaksa yang saat ini bergabung di KPK banyak belajar, sehingga nanti saat kembali ke Kejaksaan sudah memiliki kemampuan yang lebih dalam pemberantasan korupsi,” kata Firli dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (21/4/2022).

Dia engatakan, 55 Jaksa baru bisa bergabung karena hasil kerja keras Sekjen KPK dan jajaran serta, semua pihak yang melaksanakan tugas dan fungsi rekrutmen. Dia menekankan empat persoalan kebangsaan.

“Empat besar persoalan kebangsaan yang harus diselesaikan secara bersama yaitu, korupsi, bencana alam, terorisme dan radikalisme serta narkotika,” kata Firli.

Sudah tidak perlu diragukan lagi keluhuran bangsa dan negara dalam menanggapi bencana alam. Pada isu terorisme, radikalisme, dan narkotika masyarakat dan pemerintah telah berposisi siap siaga melindungi keluarga dan memerangi paparan serta sebarannya.

Tetapi, menurut Firli, pada masalah korupsi tampaknya, kita semua masih belum satu barisan perjuangan, dan sulit berkomitmen.

“Karenanya diperlukan membangun budaya antikorupsi, sehingga satu suara bisa membuka sebuah kasus, satu keberanian bisa membongkar serangkaian kejahatan, dan satu kejujuran bisa menutup kesempatan pencurian uang rakyat,” katanya.



Dia mengatakan, pemberantasan korupsi merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah tuntas. Banyak orang menduga sistem politik yang ada menstimulasi korupsi, tapi apakah ada keinginan untuk melakukan perbaikan sistem politik? Terutama internalisasi sikap anti korupsi dari partai politik sebagai pohon kekuasaan?.

“Perubahan-perubahan sangat diperlukan, sehingga budaya anti korupsi bisa diterima dan diterapkan sebagai “Pilihan Hidup Baru” seluruh elemen bangsa tanpa terstimulasi hasrat jahat yang tersistem,” sambungnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1460 seconds (0.1#10.140)