Dunia Bisu saat Israel Serang Palestina, Muhammadiyah: Bukti Peradaban Modern Lumpuh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Untuk kesekian kalinya, Israel kembali menyerang warga Palestina ketika sedang beribadah. Seperti pernah dilakukan sebelumnya, serangan terjadi di bulan Ramadhan. Polisi Israel melukai lebih 152 jamaah muslim di Masjid Al Aqsa.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai apa yang dilakukan Israel sejatinya telah melampaui kepatutan dan mencederail peradaban manusia. ”Kekejaman demi kekejaman yang dilakukan Israel sejatinya bukan hanya menyangkut serangan brutal terhadap bangsa Palestina, sejatinya juga merupakan serangan nista terhadap peradaban dunia,” kata Haedar Nashir, dikutip dari laman www.muhammadiyah.or.id, Minggu (17/4/2022).
Menurut Haedar, seharusnya dunia modern yang seharusnya bersuara keras terhadap Israel. Sebab prinsip modern yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak hidup manusia atau suatu bangsa, sungguh tidak dihiraukan Israel. Yang terjadi, dunia seperti menganggapnya biasa saja, sangat berbeda bila serangan itu terjadi pada negara lain, sebut saja Ukraina.
”Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun negara-negara adidaya nyaris bungkam jika menyangkut serangan Israel. Tidak ada kecaman keras, apalagi sanksi. Bila dalam kasus agresi Russia ke Ukraina sertamerta negara-negara Eropa dan Amerika Serikat langsung bereaksi keras dan memberi sanksi, hal serupa tidak berlaku bagi Israel.
Aksi polisi Israel menembak warga Palestina. Foto/Reuters
Lembaga-lembaga dan para aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia pun nyaris bisu. Bila ada satu peristiwa dengan korban kecil di suatu negara selalu mudah menjadi isu dunia sebagai pelanggaran HAM, namun tiadak berlaku bagi Israel.
Kelompok-kelompok pengusung perdamaian dunia dan forum-forum agama-agama nyaris bisu bila menyangkut Israel, seolah semua serangan demi serangan fisik itu menjadi lumrah. Penyuara anti-radikalisme dan anti-terorieme pun tidak terdengar sikap garangnya bila menyangkut tindakan super-radikal dan super-teror Zionis Israel.
”Israel seakan boleh melakukan serangan fisik dan militer dalam bentuk apapun di wilayah Palestina. Rakyat dan wilayah Palestina dianggap bebas untuk diinvasi Israel sekehendaknya,” tutur Haedar.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai apa yang dilakukan Israel sejatinya telah melampaui kepatutan dan mencederail peradaban manusia. ”Kekejaman demi kekejaman yang dilakukan Israel sejatinya bukan hanya menyangkut serangan brutal terhadap bangsa Palestina, sejatinya juga merupakan serangan nista terhadap peradaban dunia,” kata Haedar Nashir, dikutip dari laman www.muhammadiyah.or.id, Minggu (17/4/2022).
Menurut Haedar, seharusnya dunia modern yang seharusnya bersuara keras terhadap Israel. Sebab prinsip modern yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak hidup manusia atau suatu bangsa, sungguh tidak dihiraukan Israel. Yang terjadi, dunia seperti menganggapnya biasa saja, sangat berbeda bila serangan itu terjadi pada negara lain, sebut saja Ukraina.
”Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun negara-negara adidaya nyaris bungkam jika menyangkut serangan Israel. Tidak ada kecaman keras, apalagi sanksi. Bila dalam kasus agresi Russia ke Ukraina sertamerta negara-negara Eropa dan Amerika Serikat langsung bereaksi keras dan memberi sanksi, hal serupa tidak berlaku bagi Israel.
Aksi polisi Israel menembak warga Palestina. Foto/Reuters
Lembaga-lembaga dan para aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia pun nyaris bisu. Bila ada satu peristiwa dengan korban kecil di suatu negara selalu mudah menjadi isu dunia sebagai pelanggaran HAM, namun tiadak berlaku bagi Israel.
Kelompok-kelompok pengusung perdamaian dunia dan forum-forum agama-agama nyaris bisu bila menyangkut Israel, seolah semua serangan demi serangan fisik itu menjadi lumrah. Penyuara anti-radikalisme dan anti-terorieme pun tidak terdengar sikap garangnya bila menyangkut tindakan super-radikal dan super-teror Zionis Israel.
”Israel seakan boleh melakukan serangan fisik dan militer dalam bentuk apapun di wilayah Palestina. Rakyat dan wilayah Palestina dianggap bebas untuk diinvasi Israel sekehendaknya,” tutur Haedar.