Bertahan di Pandemi, Perusahaan Harus Perkuat Bisnis Utama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fenomena penutupan layanan yang marak dilakukan berbagai perusahaan, termasuk di kalangan startup, di saat pandemi Corona , dinilai para ekonom sebagai strategi yang wajar untuk menyelamatkan prospek perusahaan jangka panjang.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengamati bahwa tekanan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 ini cukup dalam sehingga perusahaan terpaksa melakukan strategi untuk memperkuat bisnis utama mereka. (Baca juga; Pandemi Corona, Pengamat Sebut Pengurangan Karyawan Tak Bisa Dihindari )
“Karena (situasi) pandemi ini, saya rasa itu rasional bahwa mereka melakukan likuidasi atau penutupan layanan yang tidak menguntungkan dengan tujuan efisiensi biaya operasional. Bahkan ini waktunya mereka melakukan reorganisasi model bisnis dengan menentukan sektor usaha mana yang layak dikembangkan lebih lanjut dan mana sektor yang harus ditutup,” terangnya saat dihubungi kemarin.
Selain strategi perusahaan untuk fokus pada bisnis inti, Bhima juga mendorong perusahaan melakukan pivot strategy yang dinilainya penting untuk dilakukan khususnya bagi para startup sehingga mereka terdorong mencari model bisnis baru agar lebih lincah ke depannya. Karena dalam situasi ini, yang terpenting menurutnya adalah perusahaan harus jeli melihat layanan mana yang sangat dibutuhkan oleh konsumen sekarang yang pada akhirnya dapat membantu perusahaan juga untuk bertahan.
“Meskipun ada dampak dari strategi itu ke faktor makro ekonomi, namun itu adalah tanggung jawab pemerintah. Justru pemerintah harusnya bertindak bagaimana menghapuskan hambatan-hambatan birokrasi, menurunkan ego sektoral, agar daya beli terpompa naik dan dunia bisnis ini bisa jalan,” tegas Bhima.
Sementara itu dihubungi terpisah, Ekonom UI Fithra Faisal menilai apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan, terutama yang bergerak di sektor yang sangat terdampak pandemi COVID-19 ini, adalah strategi yang memang dibutuhkan untuk survive dari situasi ini. (Baca juga; DPR Minta Pemerintah Perkuat Legalitas Dana Talangan )
Dia mengambil contoh Airbnb yang juga telah mengurangi berbagai lini bisnis tambahan yang dikembangkan sebelum pandemi terjadi seperti bisnis transportasi dan studio, dan kini Airbnb kembali fokus ke bisnis utamanya, yaitu sewa apartemen dan rumah. Menurutnya startegi itu adalah upaya perusahaan untuk menyesuaikan dengan keadaan.
“Pelaku usaha (berbasis) digital ini ke depannya harus bisa fleksibel untuk bergerak antar sektor dan memperkuat di lini bisnis yang bisa menguatkan positioning mereka. Inovasi dan kolaborasi menjadi kuncinya dengan menggandeng adjacent players yang juga memiliki dukungan finansial dan reputasi yang kuat di regional maupun internasional,” pungkasnya.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengamati bahwa tekanan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 ini cukup dalam sehingga perusahaan terpaksa melakukan strategi untuk memperkuat bisnis utama mereka. (Baca juga; Pandemi Corona, Pengamat Sebut Pengurangan Karyawan Tak Bisa Dihindari )
“Karena (situasi) pandemi ini, saya rasa itu rasional bahwa mereka melakukan likuidasi atau penutupan layanan yang tidak menguntungkan dengan tujuan efisiensi biaya operasional. Bahkan ini waktunya mereka melakukan reorganisasi model bisnis dengan menentukan sektor usaha mana yang layak dikembangkan lebih lanjut dan mana sektor yang harus ditutup,” terangnya saat dihubungi kemarin.
Selain strategi perusahaan untuk fokus pada bisnis inti, Bhima juga mendorong perusahaan melakukan pivot strategy yang dinilainya penting untuk dilakukan khususnya bagi para startup sehingga mereka terdorong mencari model bisnis baru agar lebih lincah ke depannya. Karena dalam situasi ini, yang terpenting menurutnya adalah perusahaan harus jeli melihat layanan mana yang sangat dibutuhkan oleh konsumen sekarang yang pada akhirnya dapat membantu perusahaan juga untuk bertahan.
“Meskipun ada dampak dari strategi itu ke faktor makro ekonomi, namun itu adalah tanggung jawab pemerintah. Justru pemerintah harusnya bertindak bagaimana menghapuskan hambatan-hambatan birokrasi, menurunkan ego sektoral, agar daya beli terpompa naik dan dunia bisnis ini bisa jalan,” tegas Bhima.
Sementara itu dihubungi terpisah, Ekonom UI Fithra Faisal menilai apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan, terutama yang bergerak di sektor yang sangat terdampak pandemi COVID-19 ini, adalah strategi yang memang dibutuhkan untuk survive dari situasi ini. (Baca juga; DPR Minta Pemerintah Perkuat Legalitas Dana Talangan )
Dia mengambil contoh Airbnb yang juga telah mengurangi berbagai lini bisnis tambahan yang dikembangkan sebelum pandemi terjadi seperti bisnis transportasi dan studio, dan kini Airbnb kembali fokus ke bisnis utamanya, yaitu sewa apartemen dan rumah. Menurutnya startegi itu adalah upaya perusahaan untuk menyesuaikan dengan keadaan.
“Pelaku usaha (berbasis) digital ini ke depannya harus bisa fleksibel untuk bergerak antar sektor dan memperkuat di lini bisnis yang bisa menguatkan positioning mereka. Inovasi dan kolaborasi menjadi kuncinya dengan menggandeng adjacent players yang juga memiliki dukungan finansial dan reputasi yang kuat di regional maupun internasional,” pungkasnya.
(wib)