Pandemi Corona, Pengamat Sebut Pengurangan Karyawan Tak Bisa Dihindari

Selasa, 16 Juni 2020 - 00:18 WIB
loading...
Pandemi Corona, Pengamat...
Pengurangan karyawan tak terhindarkan. Banyak perusahaan harus mengambil kebijakan tersebut demi memertahankan keberlangsungan usaha di tengah Corona. Foto/SINDOnews/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pengurangan karyawan tak terhindarkan. Banyak perusahaan harus mengambil kebijakan tersebut demi memertahankan keberlangsungan usaha di tengah situasi sulit mulai dari perusahaan berusia cukup tua sampai yang berstatus rintisan (startup).

(Baca juga: Dalam Satu Hari, 64 Orang Meninggal Dunia akibat Covid-19)

Pengamat Teknologi sekaligus Executive Director Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, mengatakan pengurangan karyawan memang merupakan opsi terakhir. Termasuk pada situasi pandemi virus Corona (Covid-19) saat ini.

"Kondisi layoff (pengurangan karyawan) ini tidak terhindarkan. Sulit pertahankan karyawan," ungkapnya, Senin (15/6/2020). (Baca juga: Update Corona 15 Juni 2020: 39.294 Positif, 15.123 Sembuh, dan 2.198 Meninggal)

Pengurangan karyawan, menurutnya, ada dua macam; Rasionalisasi dan Restrukturisasi. Restrukturisasi biasanya ditempuh dalam rangka efisiensi karena bisa digantikan teknologi atau pihak ketiga yang lebih murah.

"Misalnya di perusahaan telekomunikasi. Tadinya saya memiliki orang untuk berikan layanan call center. Dalam perjalanannya, biaya call center mahal. Saya jadi pakai pihak ketiga. Bentuk restrukturisasi perusahaan hadapi tantangan baru. Ini hal umum terjadi," jelasnya.

Heru menyarankan agar perusahaan mengambil langkah restrukturisasi sebagai solusi. "Misalnya bagian usaha yang tidak penting dikurangi. Intinya optimalisasi perusahaan," terusnya.

Perlu disadari bahwa pendapatan perusahaan jauh berkurang pada situasi saat ini. Rasionalisasi pun terbentuk. Heru mencontohkan pada sebuah perusahaan maskapai yang sampai harus mengurangi jumlah pilotnya.

"Sekarang kondiisinya memang harus dikurangi. Dalam situasi penting atau pun enggak penting dari karyawan itu. Seperti pilot Garuda (Indonesia). Posisinya penting tapi sekarang harus dikurangi," jelasnya.

Mayoritas perusahaan saat ini tidak berpikir pada pertumbuhan kinerja. Lebih kepada situasi bertahan agar tidak tumbang. Sebab jika sampai kolaps, kata Heru, dampak negatifnya akan jauh lebih besar. "Ini istilahnya sekarang survive. Kita masuk tahap survival. Bertahan hidup lebih penting," tegasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1868 seconds (0.1#10.140)