Ketimbang Teriak 'Gigit' Koruptor Covid-19, Jokowi Disarankan Rombak Kabinet
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai pernyataan Presiden Jokowi soal "gigit" oknum yang mengorupsi dana Covid-19 menunjukkan ketidakpercayaan pada aparaturnya sendiri. Aparat yang mestinya terkendali sampai harus diawasi dengan ketat dan harus digigit.
"Pernyataan Jokowi ini sangat ironis, apalagi di tengah pandemi Covid-19 dan ternyata masih banyak tikus-tikus yang kerap menjarah anggaran pemerintah," ujar Neta kepada SINDOnews, Rabu (17/6/2020).
Menurut Neta, di satu sisi pernyataan itu adalah gambaran faktual moralitas aparatur di Indonesia saat ini, dan di sisi lain pernyataan itu gambaran 'ketidakberdayaan' Jokowi sebagai Presiden dalam melahirkan aparatur yang bersih, dan yang tidak perlu digigit karena diduga mengkorupsi dana Covid-19.
(Baca: Pejabat Nekat Korupsi Anggaran Covid, Jokowi: Silakan Digigit Keras)
Menurutnya, sebenarnya Jokowi tidak perlu teriak-teriak gigit, sebagai presiden dia segera merombak atau menyapu bersih anggota kabinet dan aparaturnya yang berpotensi korup. Selain itu, sebagai presiden, Jokowi tidak perlu takut dan tidak perlu teriak, menteri yang tidak taat dan pejabat yang doyan korup langsung disapu bersih dan dicarikan pejabat yang berkomitmen agar anggaran Covid-19 aman dari penjarahan koruptor.
"Indikasi untuk menyapu bersih menteri dan pejabat yang tidak becus itu sebenarnya bisa dilihat dari proses penyaluran Bansos untuk korban terdampak Covid-19, kemudian bisa dilihat juga dari kinerja para menteri yang tidak maksimal dengan alasan pandemi Covid," tuturnya.
Neta mengatakan, sedikitnya dalam penilaian IPW ada 11 menteri yang patut diganti Jokowi, jika pemerintahan mau berlari cepat di era new normal, sehingga Jokowi tidak perlu berteriak gigit oknum yang korupsi dana Covid-19.
(Baca: Pengamat Hukum: Pernyataan Jokowi 'Gigit' Oknum Korupsi Dana COVID-19 Peringatan Keras)
Jika sebagai presiden Jokowi selalu teriak, padahal dia punya kuasa, para pembantunya di kabinet akan bersikap "anjing menggonggong kafilah berlalu". Sehingga, sambung dia, pada akhirnya teriakan Jokowi gigit oknum yang korupsi dana Covid-19 menjadi teriakan di Padang pasir.
"Tapi jika Jokowi tidak berteriak dan segera merombak kabinetnya dengan tolok ukur penyaluran Bansos dan kinerja selama pandemi Covid-19, lalu mencari para anggota kabinet yang becus dan berkomitmen, tindakannya Jokowi sebagai presiden tentu lebih nyata dan lebih berwibawa," katanya.
"Pernyataan Jokowi ini sangat ironis, apalagi di tengah pandemi Covid-19 dan ternyata masih banyak tikus-tikus yang kerap menjarah anggaran pemerintah," ujar Neta kepada SINDOnews, Rabu (17/6/2020).
Menurut Neta, di satu sisi pernyataan itu adalah gambaran faktual moralitas aparatur di Indonesia saat ini, dan di sisi lain pernyataan itu gambaran 'ketidakberdayaan' Jokowi sebagai Presiden dalam melahirkan aparatur yang bersih, dan yang tidak perlu digigit karena diduga mengkorupsi dana Covid-19.
(Baca: Pejabat Nekat Korupsi Anggaran Covid, Jokowi: Silakan Digigit Keras)
Menurutnya, sebenarnya Jokowi tidak perlu teriak-teriak gigit, sebagai presiden dia segera merombak atau menyapu bersih anggota kabinet dan aparaturnya yang berpotensi korup. Selain itu, sebagai presiden, Jokowi tidak perlu takut dan tidak perlu teriak, menteri yang tidak taat dan pejabat yang doyan korup langsung disapu bersih dan dicarikan pejabat yang berkomitmen agar anggaran Covid-19 aman dari penjarahan koruptor.
"Indikasi untuk menyapu bersih menteri dan pejabat yang tidak becus itu sebenarnya bisa dilihat dari proses penyaluran Bansos untuk korban terdampak Covid-19, kemudian bisa dilihat juga dari kinerja para menteri yang tidak maksimal dengan alasan pandemi Covid," tuturnya.
Neta mengatakan, sedikitnya dalam penilaian IPW ada 11 menteri yang patut diganti Jokowi, jika pemerintahan mau berlari cepat di era new normal, sehingga Jokowi tidak perlu berteriak gigit oknum yang korupsi dana Covid-19.
(Baca: Pengamat Hukum: Pernyataan Jokowi 'Gigit' Oknum Korupsi Dana COVID-19 Peringatan Keras)
Jika sebagai presiden Jokowi selalu teriak, padahal dia punya kuasa, para pembantunya di kabinet akan bersikap "anjing menggonggong kafilah berlalu". Sehingga, sambung dia, pada akhirnya teriakan Jokowi gigit oknum yang korupsi dana Covid-19 menjadi teriakan di Padang pasir.
"Tapi jika Jokowi tidak berteriak dan segera merombak kabinetnya dengan tolok ukur penyaluran Bansos dan kinerja selama pandemi Covid-19, lalu mencari para anggota kabinet yang becus dan berkomitmen, tindakannya Jokowi sebagai presiden tentu lebih nyata dan lebih berwibawa," katanya.
(muh)