Race Yes, Racism No

Rabu, 17 Juni 2020 - 07:45 WIB
loading...
Race Yes, Racism No
Guru Besar PPs FIAI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Faisal Ismail. Foto/KORAN SINDO
A A A
Faisal Ismail
Guru Besar PPs FIAI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

MENGAWALI uraian ini dua istilah penting yang perlu dipahami adalah tentang pengertian ras (race) dan rasisme (racism) . Tentang pengertian ras, The Random House Dictionary of the English Language (halaman 1.591) mengartikannya sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh asal-usul keturunan yang sama atau sifat turun-temurun yang sama. Kata ras bersinonim dengan kata tribe (suku), clan (klan), stock, line, atau breed, yang berarti sekumpulan orang yang berasal dari keturunan yang sama. Jadi ras, etnis, suku, klan, kabilah, atau marga sudah semestinya ada dalam kehidupan manusia. Lebih dari 14 abad silam, Alquran Surat Al-Hujurat ayat 13 menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.

Sudah menjadi ketetapan hukum Allah manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan ciri fisik masing-masing. Ada yang berkulit putih, bermata biru, dan berambut pirang; ada yang berkulit hitam dan berambut keriting; ada yang berkulit kuning dan berambut hitam-lurus dan ada pula yang berkulit sawo matang dan berambut hitam. Perbedaan warna kulit dan ciri fisik ini tidak hanya terdapat pada bangsa yang tinggal di benua yang berbeda, tetapi juga terdapat pada bangsa yang mendiami negara yang sama. Di Indonesia, misalnya, terdapat beragam etnis dengan ciri fisik yang berlainan. Sebagaimana telah disebutkan, pluralitas ras, etnis, dan bangsa sebenarnya merupakan kehendak Tuhan. Tujuan dan hikmahnya adalah agar antarmanusia yang berbeda ras dan etnis itu bisa saling mengenal, menghargai, dan menghormati satu sama lain.

Kemajemukan ras, etnis, dan bangsa harus diterima sebagai realitas kebinekaan kehidupan sosial yang merupakan sunnatullah. Race yes, tapi racism no! Rasisme harus dikecam dan diberantas sampai akar-akarnya. Karena rasisme seperti didefinisikan dalam The Random House Dictionary of the English Language adalah (1) suatu kepercayaan atau doktrin bahwa perbedaan-perbedaan inheren yang terdapat pada berbagai ras menentukan pencapaian prestasi kultural atau individual, biasanya melibatkan ide bahwa rasnya sendiri paling superior dan berhak memerintah ras lain; (2) suatu kebijakan, sistem pemerintahan, dsb, yang dikembangkan dan didasarkan pada doktrin seperti itu; diskriminasi; (3) perasaan benci atau tidak toleran terhadap ras lain.

Pelaku rasisme disebut rasis. Seorang rasis mengklaim dirinya lebih super, lebih baik, dan lebih unggul daripada orang dari ras lain. Seorang rasis tidak toleran, tidak suka, dan membenci orang dari ras lain. Rasisme bisa terjadi dalam banyak kasus. Misalnya, dalam pertandingan sepak bola Piala Eropa 2012 di Krakow (Polandia), pesepak bola kulit hitam di Tim Belanda menjadi sasaran olok-olok dan para pengejeknya menirukan suara monyet yang ditujukan kepada pemain berkulit hitam itu. Sekitar 50 hooligans Polandia secara agresif menyerang sekelompok fans berbahasa Rusia dan Inggris di sebuah bar. Holigans Polandia tersebut menggunakan mobil, bertopeng, lalu memukul dan menendang para suporter asing yang sedang menikmati minuman di bar itu.

Lebih tragis lagi adalah kasus rasisme yang terjadi pada 25 Mei 2020 di Minneapolis, Amerika Serikat (AS). Polisi kulit putih bernama Derek Chauvin secara represif dengan lututnya menindih keras-keras leher George Floyd (warga AS keturunan Afrika/berkulit hitam, 46 tahun). Akibatnya, Floyd tidak bernapas dan meninggal dunia. Kasusnya bermula dari penangkapan polisi terhadap Floyd yang diduga menggunakan uang palsu dalam bertransaksi jual-beli. Kematian tragis George Floyd membakar kemarahan massa baik yang berkulit hitam maupun yang berkulit putih. Meledaklah unjuk rasa secara masif-eksplosif yang diwarnai kerusuhan di berbagai kota di AS selama berhari-hari. Misalnya di Minneapolis, California, New York, dan Washington, massa dalam jumlah besar melancarkan demonstrasi dan membawa poster dengan tulisan No Justice, No Peace (kalau tidak ada keadilan, tidak akan ada perdamaian).Terjadi gelombang kerusuhan dan pembakaran, massa melempari polisi dengan batu dan secara brutal dan vandalistis memecah kaca-kaca toko dan menjarah barang-barang yang ada di toko-toko itu. Presiden AS Donald Trump geram sampai-sampai hendak mengerahkan ribuan tentara untuk menghentikan gelombang demonstrasi massa ini, tetapi Menteri Pertahanan AS tidak menyepakati rencana Trump tersebut. Kasus kekerasan dan rasisme yang dialami Floyd bukan yang pertama kali terjadi di AS, tetapi kasus serupa sudah terjadi berkali-kali sebelumnya. Para pelaku kekerasan dan rasisme adalah orang-orang kulit putih dan korbannya adalah orang-orang kulit hitam.

Alquran dan Larangan Rasisme
Lebih dari empat belas abad silam, Alquran dengan sangat tegas dan jelas melarang rasisme dalam bentuk apa pun. Dalam Surat Al-Hujurat ayat 11, Tuhan melarang perbuatan merendahkan, melecehkan, mengolok-ngolok, menghina, dan mengejek orang lain serta memanggil atau memberi sebutan, stigma, atau gelar yang buruk kepada orang lain. Bisa jadi orang yang diolok-olok, diejek, dicela, dan dipanggil dengan sebutan, stigma, atau gelar yang buruk tadi justru lebih baik daripada orang yang mengolok-olok. Klaim arogansi dan superioritas ras adalah perbuatan tidak etis, tidak bermoral, tercela, dan tidak terpuji. Dari sudut pandang ajaran agama, etika, moral dan HAM, rasisme sangat tercela, harus dikecam, dan harus tidak dilakukan dalam ucapan maupun perbuatan karena rasisme sangat bertentangan dengan fitrah dan jati diri kemanusiaan yang adil dan beradab.

Ajaran Islam sangat menghargai dan menjunjung tinggi kesetaraan dan persamaan derajat manusia. Dalam khotbah di Haji Wada’ , Nabi Muhammad SAW pada tahun 630 M secara tegas mengatakan bahwa semua manusia adalah sama dan berasal dari keturunan yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Tidak ada perbedaan, superioritas, dan keunggulan ras yang satu atas ras yang lain. Tidak ada perbedaan dan keunggulan ras Arab atas ras ‘ajam (non-Arab). Di hadapan Allah, semua manusia—dari ras, etnis atau bangsa mana pun berasal—adalah sama derajatnya. Kemuliaan seseorang atau sekelompok orang tidak diukur dari asal usul ras dan warna kulit, melainkan diukur dari kualitas kebaktian dan ketakwaan kepada-Nya.
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1924 seconds (0.1#10.140)