Penyebaran Covid-19, Waspada Gelombang Kedua di Depan Mata
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ancaman munculnya gelombang kedua virus corona (Covid-19) tak boleh disepelekan. Potensi itu tetap nyata dan semakin di depan mata. Di DKI Jakarta maupun sejumlah, dalam 10 hari terakhir, kehidupan warga seolah telah normal kembali dengan sedikit yang memedulikan masa pandemi. Sikap abai dan terlalu percaya diri dengan mengesampingkan protokol kesehatan di tengah kasus Covid-19 masih tinggi hakikatnya menjadi ancaman besar.
Tak hanya Indonesia yang tengah was-was menghadapi ancaman ini. Spanyol, China, India dan negara-negara Amerika Latin juga tengah bersiap menghadapi gelombang kedua virus corona karena mengalami peningkatan jumlah kasus baru dalam beberapa hari terakhir. "Jumlah kasus memang menunjukkan peningkatan di banyak wilayah," kata kepala epidemologi Spanyol, Fernando Simon.
Dia mengungkapkan, Spanyol terus melakukan pelacakan dan isolasi wilayah tertentu yang mengalami peningkatyan. Meskipun menghadapi ancaman gelombang kedua, Madrid dan Catalonia tetap memperbolehkan restoran, bar dan bioskop untuk kembali beroperasi. Pergerakan masyarakat tetap dibatasi, karena status darurat negara masih berlaku hingga 21 Juni mendatang. Setelah itu, seluruh wilayah Spanyol akan memasuki skenario new normal dengan mewajibkan penggunaan masker dan menjaga jarak minimal sekitar satu meter.
Di negara-negara Amerika Latin juga mengkhawatirkan terjadinya gelombang kedua. Jumlah kasus Covid-19 di Amerika Selatan dan Tengah telah mencapai 1,5 juta dan 70.000 orang meninggal dunia. Namun, tidak ada sinyal jika kasus penyebaran menurun. "Krisis ini bisa memicu resesi terburuk sepanjang sejarah," kata Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin dan Karibia (ECLAC), dilansir Reuters.
Di India, para pakar mengatakan negara itu masih jauh dari puncak virus korona. "Kita semua berharap yang terbaik, tetapi kita siap secara mental dan fisik menghadapi kondisi terburuk," kata Deven Juneja, dokter di rumah sakit di India. (Baca: 1.389 Pasien Covid-19 di Jakarta Masih Jalani Perawatan)
Beijing kini juga tengah siaga setelah banyaknya pasien baru Covid-19 dalam beberapa hari terakhir. China pun terancam menghadapi gelombang kedua. Pusat penyebaran Covid-19 diyakini berasal dari Xinfandi, pasar wholesale terbesar di Asia yang menampung 80% produk pertanian dari China dan luar China.
Pasar Xinfandi telah ditutup setelah puluhan ribu warga sekitar terinfeksi Covid-19. Warga yang pernah mengunjungi pasar itu dalam sepekan terakhir dan melakukan kontak dengan pasien positif diminta untuk melakukan pemeriksaan demi keselamatan bersama. Beberapa sekolah di Beijing juga kini telah diliburkan.
"Risiko Covid-19 menyebar secara luas sangat tinggi. Jadi, kami mengambil langkah pencegahan," kata Xu Hejiang, juru bicara pemerintah Beijing, akhir pekan lalu. Xinfandi 20 kali lebih luas dibandingkan pasar seafood di Wuhan atau seluas 160 lapangan sepak bola. Ribuan ton sayuran, buah-buahan, dan daging diperjualbelikan setiap hari di Xinfandi.
Pemerintah Beijing melaporkan adanya 36 pasien baru, akhir pekan lalu, angka tertinggi sejak akhir Maret. Kemarin, jumlah pasien baru meningkat menjadi 79 orang dalam empat hari terakhir. Pemerintah lokal khawatir virus akan kian menyebar luas di Beijing. (Baca juga: Pekan Depan, Bupati Batang Perbolehkan Orkes dan Hajatan Manten Digelar)
Sebagian permukiman di Beijing Barat dan Barat Daya telah masuk dalam zona "kuning", termasuk Financial Street, pusat perbankan dan firma keuangan. Wilayah tersebut kini diwajibkan pembatasan pergerakan kendaraan, penyemprotan disinfektan, dan pemeriksaan suhu. Adapun wilayah yang berdekatan dengan Xinfandi masuk dalam zona "merah" sehingga di lockdown.
Tak hanya Indonesia yang tengah was-was menghadapi ancaman ini. Spanyol, China, India dan negara-negara Amerika Latin juga tengah bersiap menghadapi gelombang kedua virus corona karena mengalami peningkatan jumlah kasus baru dalam beberapa hari terakhir. "Jumlah kasus memang menunjukkan peningkatan di banyak wilayah," kata kepala epidemologi Spanyol, Fernando Simon.
Dia mengungkapkan, Spanyol terus melakukan pelacakan dan isolasi wilayah tertentu yang mengalami peningkatyan. Meskipun menghadapi ancaman gelombang kedua, Madrid dan Catalonia tetap memperbolehkan restoran, bar dan bioskop untuk kembali beroperasi. Pergerakan masyarakat tetap dibatasi, karena status darurat negara masih berlaku hingga 21 Juni mendatang. Setelah itu, seluruh wilayah Spanyol akan memasuki skenario new normal dengan mewajibkan penggunaan masker dan menjaga jarak minimal sekitar satu meter.
Di negara-negara Amerika Latin juga mengkhawatirkan terjadinya gelombang kedua. Jumlah kasus Covid-19 di Amerika Selatan dan Tengah telah mencapai 1,5 juta dan 70.000 orang meninggal dunia. Namun, tidak ada sinyal jika kasus penyebaran menurun. "Krisis ini bisa memicu resesi terburuk sepanjang sejarah," kata Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin dan Karibia (ECLAC), dilansir Reuters.
Di India, para pakar mengatakan negara itu masih jauh dari puncak virus korona. "Kita semua berharap yang terbaik, tetapi kita siap secara mental dan fisik menghadapi kondisi terburuk," kata Deven Juneja, dokter di rumah sakit di India. (Baca: 1.389 Pasien Covid-19 di Jakarta Masih Jalani Perawatan)
Beijing kini juga tengah siaga setelah banyaknya pasien baru Covid-19 dalam beberapa hari terakhir. China pun terancam menghadapi gelombang kedua. Pusat penyebaran Covid-19 diyakini berasal dari Xinfandi, pasar wholesale terbesar di Asia yang menampung 80% produk pertanian dari China dan luar China.
Pasar Xinfandi telah ditutup setelah puluhan ribu warga sekitar terinfeksi Covid-19. Warga yang pernah mengunjungi pasar itu dalam sepekan terakhir dan melakukan kontak dengan pasien positif diminta untuk melakukan pemeriksaan demi keselamatan bersama. Beberapa sekolah di Beijing juga kini telah diliburkan.
"Risiko Covid-19 menyebar secara luas sangat tinggi. Jadi, kami mengambil langkah pencegahan," kata Xu Hejiang, juru bicara pemerintah Beijing, akhir pekan lalu. Xinfandi 20 kali lebih luas dibandingkan pasar seafood di Wuhan atau seluas 160 lapangan sepak bola. Ribuan ton sayuran, buah-buahan, dan daging diperjualbelikan setiap hari di Xinfandi.
Pemerintah Beijing melaporkan adanya 36 pasien baru, akhir pekan lalu, angka tertinggi sejak akhir Maret. Kemarin, jumlah pasien baru meningkat menjadi 79 orang dalam empat hari terakhir. Pemerintah lokal khawatir virus akan kian menyebar luas di Beijing. (Baca juga: Pekan Depan, Bupati Batang Perbolehkan Orkes dan Hajatan Manten Digelar)
Sebagian permukiman di Beijing Barat dan Barat Daya telah masuk dalam zona "kuning", termasuk Financial Street, pusat perbankan dan firma keuangan. Wilayah tersebut kini diwajibkan pembatasan pergerakan kendaraan, penyemprotan disinfektan, dan pemeriksaan suhu. Adapun wilayah yang berdekatan dengan Xinfandi masuk dalam zona "merah" sehingga di lockdown.