Mengenang Momen SBY Tegas Menolak Memperpanjang Kekuasaan

Senin, 07 Maret 2022 - 16:00 WIB
loading...
Mengenang Momen SBY...
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sebuah wawancara pada April 2014 silam. SBY tegas menolak memperpanjang kekuasaan setelah 2 periode. FOTO/TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE
A A A
JAKARTA - Wacana penundaan Pemilu 2024 yang dilontarkan oleh sejumlah elite partai politik terus bergulir menjadi perbincangan hangat masyarakat. Apalagi Presiden Jokowi tidak secara tegas menolak atau menyetujui wacana tersebut.

Dalam pernyataan terbarunya pada Jumat (4/3/2022), Presiden Jokowi hanya menegaskan dirinya patuh pada konstitusi. "Kita bukan hanya taat dan tunduk, tetapi juga patuh pada konstitusi," kata Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat.

Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga menyatakan bahwa tidak ada larangan mengusulkan wacana penundaan Pemilu 2024. Siapa saja boleh mengusulkannya karena Indonesia berada di alam demokrasi.



"Siapa pun boleh-boleh saja mengusulkan wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden, menteri atau partai politik, karena ini kan demokrasi. Bebas aja berpendapat. Tetapi, kalau sudah pada pelaksanaan semuanya harus tunduk dan taat pada konstitusi," ujarnya.

Pernyataan Jokowi tersebut dinilai banyak orang tidak menyelesaikan polemik terkait wacana penundaan Pemilu 2024. Kalimat yang disampaikan bersayap sehingga banyak pihak menduga Presiden Jokowi menghendaki adanya wacana tersebut.

Hal ini berbeda dengan sikap Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di ujung masa jabatannya pada 2014 silam. Waktu itu banyak pihak yang mendorong SBY kembali maju dengan menjadi wakil presiden. Bahkan ada pula yang menyorongkan istrinya, Ani Yudhoyono untuk meneruskan tampuk kekuasaan.

Baca juga: JK: Menunda Pemilu Melanggar Konstitusi

Dalam sebuah video wawancara yang diunggah di kanal YouTube Susilo Bambang Yudhoyono, 25 April 2014, SBY secara tegas menolak usulan tersebut. Menurutnya, ada dua motif mengapa usulan itu muncul. Pertama, karena ingin mengolok-olok dan melecehkan dirinya. Namun, motif yang kedua karena ingin SBY bisa membantu presiden selanjutnya agar pemerintahan berjalan lebih baik.

"Tidaklah, tentu tidak. Andaikata saya bisa maju lagi untuk yang ketiga kalinya, dan tidak dilarang oleh konstitusi dan undang-undang yang berlaku, saya pun mengatakan tidak akan maju lagi," kata SBY dikutip SINDOnews, Senin (7/3/2022).

SBY mengatakan bahwa dirinya, istri, dan anak-anaknya sangat bersyukur bisa memimpin Republik Indonesia selama 10 tahun. Itu adalah peluang luar biasa yang ia dapatkan. "Dan saya punya pendapat, pemimpin yang terlalu lama berkuasa, itu biasanya tidak baik," kata pendiri Partai Demokrat ini.

Ayah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ini sadar bahwa pemimpin yang berkuasa terlalu lama cenderung menyalahgunakan kekuasaannya. Bahkan sebagian mereka menjadi tiran dan diktator. Menurut SBY, kekuasaan yang digunakan sewenang-wenang akan membuat demokrasi mati dan hak rakyat dikebiri.

"Yang lain, kalau memimpin terlalu lama itu biasanya juga kehilangan inisiatif, tidak memiliki pemikiran yang segar karena jenuh dan dianggapnya tugas rutin semata. Dan jangan lupa rakyat juga bisa bosan kalau pemimpinnya tidak ganti-ganti dan berkuasa dalam waktu yang lama," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0945 seconds (0.1#10.140)