Masyarakat Kembali Diingatkan Pentingnya Vaksin Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pentingnya vaksinasi Covid-19 dinilai perlu kembali diingatkan kepada masyarakat. Pasalnya, peningkatan kasus Covid-19 terus terjadi dan terus bermutasi.
Anggota Komisi IX DPR Elva Hartati menuturkan kesadaran tentang manfaat vaksinasi Covid-19 harus terus ditingkatkan. Pemberantasan hoaks seputar vaksin dinilai harus terus dilakukan untuk meningkatkan vaksinasi.
Elva menilai kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) secara fisik dan kesehatan rentan dengan kemungkinan mengidap komorbid akan fatal jika terpapar Covid-19. "Dengan vaksinasi, maka ketahanan dan imunitas tubuh akan ditingkatkan, sehingga mencegah keparahan dari Covid-19 dan komplikasi komorbid, sehingga mencegah kematian," kata Elva Hartati kepada wartawan, Rabu (2/3/2022).
Dia berpendapat bahwa masih rendahnya cakupan vaksinasi lansia menjadi salah satu tantangan terbesar dalam program vaksinasi Covid-19. Walaupun sejak awal kelompok lansia diprioritaskan mendapatkan vaksin primer dan booster atau suntikan dosis ketiga.
Selain itu, pemerintah daerah (pemda) dinilai perlu memikirkan insentif langsung yang bisa dirasakan kelompok lansia selain akses fasilitas publik melalui PeduliLindungi. "Misalnya agar mereka bisa mengakses bansos dan adminduk harus melampirkan sertifikat vaksin. Selain itu, pendekatan kultural dan keagamaan harus diintegrasikan sebagai pendekatan yang saat ini sudah ada," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh pun melihat cakupan vaksinasi bagi masyarakat lansia masih kurang. Dia menilai salah satu penyebabnya karena tidak ada yang mengantarkan lansia ke sentra vaksinasi Covid-19.
"Untuk akses bepergian jauh juga sulit, jadi memang yang bisa dilakukan salah satunya adalah door to door, mendatangi ke rumah-rumah untuk vaksin," ujarnya.
Namun, dia bersyukur angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia rendah walaupun kasus varian Omicron luar biasa di Tanah Air. "Salah satu yang menyebabkan itu adalah vaksinasi di Indonesia sudah gencar, jadi itu yang perlu kita jaga," pungkasnya.
Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani mengatakan bahwa vaksinasi bagi lansia harus jadi perhatian dan prioritas. Terlebih, lansia merupakan kelompok rentan.
"Tentunya data daya proteksi atau antibodi yang berkurang dari hasil penelitian sekitar pada bulan ketiga atau enam setelah divaksin terlihat dari semua tipe vaksin. Sehingga booster penting untuk dapat memperkuat kembali daya proteksi di tengah-tengah peningkatan kasus Covid-19," tuturnya.
Laura pun mendorong kolaborasi pejabat di tingkat daerah untuk mendata berapa banyak masyarakat lansia di wilayah masing-masing, sehingga cakupan vaksinasinya bisa dimaksimalkan. Sedangkan mengenai hoaks yang menjadi salah satu sandungan pemerataan vaksinasi, dia mengimbau agar masyarakat pandai memilih dan memilah mana informasi yang benar dan tidak.
Anggota Komisi IX DPR Elva Hartati menuturkan kesadaran tentang manfaat vaksinasi Covid-19 harus terus ditingkatkan. Pemberantasan hoaks seputar vaksin dinilai harus terus dilakukan untuk meningkatkan vaksinasi.
Elva menilai kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) secara fisik dan kesehatan rentan dengan kemungkinan mengidap komorbid akan fatal jika terpapar Covid-19. "Dengan vaksinasi, maka ketahanan dan imunitas tubuh akan ditingkatkan, sehingga mencegah keparahan dari Covid-19 dan komplikasi komorbid, sehingga mencegah kematian," kata Elva Hartati kepada wartawan, Rabu (2/3/2022).
Dia berpendapat bahwa masih rendahnya cakupan vaksinasi lansia menjadi salah satu tantangan terbesar dalam program vaksinasi Covid-19. Walaupun sejak awal kelompok lansia diprioritaskan mendapatkan vaksin primer dan booster atau suntikan dosis ketiga.
Selain itu, pemerintah daerah (pemda) dinilai perlu memikirkan insentif langsung yang bisa dirasakan kelompok lansia selain akses fasilitas publik melalui PeduliLindungi. "Misalnya agar mereka bisa mengakses bansos dan adminduk harus melampirkan sertifikat vaksin. Selain itu, pendekatan kultural dan keagamaan harus diintegrasikan sebagai pendekatan yang saat ini sudah ada," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh pun melihat cakupan vaksinasi bagi masyarakat lansia masih kurang. Dia menilai salah satu penyebabnya karena tidak ada yang mengantarkan lansia ke sentra vaksinasi Covid-19.
"Untuk akses bepergian jauh juga sulit, jadi memang yang bisa dilakukan salah satunya adalah door to door, mendatangi ke rumah-rumah untuk vaksin," ujarnya.
Namun, dia bersyukur angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia rendah walaupun kasus varian Omicron luar biasa di Tanah Air. "Salah satu yang menyebabkan itu adalah vaksinasi di Indonesia sudah gencar, jadi itu yang perlu kita jaga," pungkasnya.
Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani mengatakan bahwa vaksinasi bagi lansia harus jadi perhatian dan prioritas. Terlebih, lansia merupakan kelompok rentan.
"Tentunya data daya proteksi atau antibodi yang berkurang dari hasil penelitian sekitar pada bulan ketiga atau enam setelah divaksin terlihat dari semua tipe vaksin. Sehingga booster penting untuk dapat memperkuat kembali daya proteksi di tengah-tengah peningkatan kasus Covid-19," tuturnya.
Laura pun mendorong kolaborasi pejabat di tingkat daerah untuk mendata berapa banyak masyarakat lansia di wilayah masing-masing, sehingga cakupan vaksinasinya bisa dimaksimalkan. Sedangkan mengenai hoaks yang menjadi salah satu sandungan pemerataan vaksinasi, dia mengimbau agar masyarakat pandai memilih dan memilah mana informasi yang benar dan tidak.
(rca)