Percepatan Vaksinasi Covid-19 Diyakini Tekan Fatalitas Lansia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Percepatan vaksinasi bagi masyarakat lanjut usia ( lansia ) di atas 60 tahun dinilai tepat. Percepatan vaksinasi itu diyakini efektif untuk menekan fatalitas dari para lansia sebagai kelompok yang sangat rentan.
Diketahui, pemerintah mempersingkat interval pemberian vaksinasi booster atau suntikan dosis ketiga bagi masyarakat lansia di atas 60 tahun. Penyuntikan dosis lanjutan bagi lansia bisa diberikan minimal tiga bulan setelah menerima vaksinasi dosis lengkap.
Sebelumnya, vaksinasi booster diberikan minimal enam bulan setelah penyuntikan dosis kedua. Anggota Komisi IX DPR Yahya Zaini mengungkapkan data menunjukkan sebagian besar pasien Covid-19 yang meninggal adalah masyarakat yang belum divaksin, para lansia, dan orang dengan penyakit penyerta.
Dia mengatakan kebijakan mempercepat interval antara vaksin lengkap dan booster untuk lansia merupakan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI. "Saya percaya kebijakan tersebut akan efektif untuk menekan fatalitas dari para lansia sebagai kelompok yang sangat rentan," ujar Yahya Zaini kepada wartawan, Senin (28/2/2022).
Dia menuturkan hoaks perlu diatasi dengan sosialisasi yang lebih intensif dan masif menggunakan media komunikasi yang multisarana, media konvensional dan medsos, bahkan juga iklan dan influencer. Tujuannya agar minat masyarakat mengikuti vaksin meningkat.
"Serta melibatkan berbagai tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi kemasyarakatan. Pelibatan tokoh dan ormas ini jarang dilakukan, padahal budaya masyarakat kita masih kental dengan budaya patronasi," pungkasnya.
Sementara itu, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meyakini kebijakan pemerintah mempersingkat interval pemberian vaksinasi booster bagi lansia sudah melalui kajian matang. "Pemerintah sudah berhitung masalah kemampuan segala macam. Memang 3 bulan menjadi untuk lansia ini menjadi hal yang sangat penting urgen," ujar Dicky Budiman.
Menurut dia, percepatan vaksinasi itu untuk mengurangi potensi kematian akibat Covid-19. "Dan ingat ketika situasi menuju puncak atau puncak atau titik jenuh, ancamannya makin besar, ancaman fatalitas pada kelompok rawan ini makin besar," katanya.
Maka itu, kebijakan pemerintah itu dinilai sudah tepat. "Arti dari menuju puncak atau sudah menuju puncak itu sebetulnya eksposur pada kelompok paling rawan itu pada posisi paling tinggi, nah itulah sebabnya kalau tidak disegerakan ya fase atau situasi setelah terjadinya puncak itu adalah masa rawan terjadi banyak kematian pada kelompok ini," imbuhnya.
Selain itu, Dicky menilai anak-anak usia di bawah 5 tahun juga merupakan kelompok rawan, tidak hanya lansia. "Nah inilah kenapa penting sekali saya ingatkan sejak awal masalah booster ini," ucapnya.
Diketahui, pemerintah mempersingkat interval pemberian vaksinasi booster atau suntikan dosis ketiga bagi masyarakat lansia di atas 60 tahun. Penyuntikan dosis lanjutan bagi lansia bisa diberikan minimal tiga bulan setelah menerima vaksinasi dosis lengkap.
Sebelumnya, vaksinasi booster diberikan minimal enam bulan setelah penyuntikan dosis kedua. Anggota Komisi IX DPR Yahya Zaini mengungkapkan data menunjukkan sebagian besar pasien Covid-19 yang meninggal adalah masyarakat yang belum divaksin, para lansia, dan orang dengan penyakit penyerta.
Dia mengatakan kebijakan mempercepat interval antara vaksin lengkap dan booster untuk lansia merupakan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI. "Saya percaya kebijakan tersebut akan efektif untuk menekan fatalitas dari para lansia sebagai kelompok yang sangat rentan," ujar Yahya Zaini kepada wartawan, Senin (28/2/2022).
Dia menuturkan hoaks perlu diatasi dengan sosialisasi yang lebih intensif dan masif menggunakan media komunikasi yang multisarana, media konvensional dan medsos, bahkan juga iklan dan influencer. Tujuannya agar minat masyarakat mengikuti vaksin meningkat.
"Serta melibatkan berbagai tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi kemasyarakatan. Pelibatan tokoh dan ormas ini jarang dilakukan, padahal budaya masyarakat kita masih kental dengan budaya patronasi," pungkasnya.
Sementara itu, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meyakini kebijakan pemerintah mempersingkat interval pemberian vaksinasi booster bagi lansia sudah melalui kajian matang. "Pemerintah sudah berhitung masalah kemampuan segala macam. Memang 3 bulan menjadi untuk lansia ini menjadi hal yang sangat penting urgen," ujar Dicky Budiman.
Menurut dia, percepatan vaksinasi itu untuk mengurangi potensi kematian akibat Covid-19. "Dan ingat ketika situasi menuju puncak atau puncak atau titik jenuh, ancamannya makin besar, ancaman fatalitas pada kelompok rawan ini makin besar," katanya.
Maka itu, kebijakan pemerintah itu dinilai sudah tepat. "Arti dari menuju puncak atau sudah menuju puncak itu sebetulnya eksposur pada kelompok paling rawan itu pada posisi paling tinggi, nah itulah sebabnya kalau tidak disegerakan ya fase atau situasi setelah terjadinya puncak itu adalah masa rawan terjadi banyak kematian pada kelompok ini," imbuhnya.
Selain itu, Dicky menilai anak-anak usia di bawah 5 tahun juga merupakan kelompok rawan, tidak hanya lansia. "Nah inilah kenapa penting sekali saya ingatkan sejak awal masalah booster ini," ucapnya.
(rca)