Resiliensi Industri di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
Secara umum sektor terdampak Covid-19 ini bisa dikelompokkan berdasarkan skala dampak ringan, sedang hingga berat. Sebagian besar industri bekerja hanya 60% dari kapasitas normal. Industri perdagangan besar, pakaian jadi, dan tekstil menjadi industri yang paling terdampak dari sisi ketersediaan bahan baku dan dari sisi produksi. Khusus bagi industri perdagangan besar, dampak lain yang diterimanya juga signifikan dari sisi distribusi dan penjualan.
Pada kelompok usaha di bidang ekspor-impor, penurunan jumlah pegawai terbesar bila dibandingkan dengan sektor lainnya ialah sektor garmen, elektronik, kayu, kendaraan bermotor, karet, dan furnitur. Adapun penurunan jumlah pegawai di bidang ekspor-impor dilihat dari wilayahnya sebagian besar terjadi di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur. (Lihat Videonya: Gelapkan 45 Mobil Rental, Janda Muda di Pangkal Pinang Ditangkap)
Meski demikian perlu diketahui bahwa tidak semua sektor usaha terdampak pandemi. Ada beberapa sektor usaha yang justru mengalami peningkatan permintaan pasar dan diprediksi memperoleh keuntungan lebih ketika pandemi. Beberapa sektor tersebut antara lain farmasi, alkes, jasa telekomunikasi dan internet, logistik, dan beberapa industri tekstil. Sektor usaha tersebut saat ini memiliki permintaan tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam maupun luar negeri di tengah masa krisis. Permintaan terhadap obat-obatan, alat pelindung diri (APD), alkes, etanol, masker, dan sarung tangan yang tinggi tersebut selanjutnya juga berkontribusi memperkuat neraca perdagangan.
Berdasarkan hasil survei Direktorat Jenderal Bea Cukai (2020), bila strategi perusahaan yang terdampak Covid-19 berlangsung hingga akhir tahun, sebagian besar usaha menyatakan akan bertahan dengan pengurangan produksi, terutama pada industri garmen dan perdagangan besar, untuk bisa bertahan. Memang tidak sedikit yang menyatakan menunggu perkembangan wabah Covid-19.
Kebijakan Tepat dan Terukur
Pandemi tidak dapat kita hindari dengan segala ketidakpastiannya. Presiden menyatakan bahwa masyarakat kini perlu segera beradaptasi dengan kondisi dan bangkit dengan kehidupan normal baru. Walaupun sektor industri sedang menghadapi masa sulit, kondisi sekarang merupakan momentum tepat bagi sektor industri untuk bersama-sama bangkit. Merujuk pada paparan IMF, Indonesia merupakan salah satu negara yang perekonomiannya diprediksi mampu tumbuh positif pasca-Covid-19. Oleh sebab itu pada kuartal III dan IV kita perlu optimistis dan terus berupaya untuk membangkitkan ekonomi dari keterpurukannya akibat Covid-19.
Kebangkitan sektor industri nasional dapat tercapai apabila perumusan kebijakan dilakukan secara tepat dan terukur saat wabah ini terjadi. Agar pemerintah bisa membantu secara tepat, pemerintah melakukan mitigasi terhadap berbagai industri yang memiliki resiliansi dengan harapan pemerintah bisa memberikan resep yang cocok kepada industri. (Lihat Fotonya: Terimbas Pandemi Covid-19, Biaya Logistik Makin Tinggi)
Bagi pelaku industri, pandemi saat ini memaksa pebisnis untuk mampu meningkatkan self-resilience bisnisnya. McKinsey membagikan konsep 5R kepada para pelaku bisnis dalam menghadapi masa-masa sulit ini. Konsep 5R terdiri atas Resolve, Resilience, Return, Reimagination, dan Reform. Kemampuan untuk menyelesaikan, bertahan, bertransformasi merupakan faktor dasar dalam menghadapi krisis saat ini. Pemerintah perlu menyediakan ruang (insentif policy), menyediakan playing field yang adil serta melakukan intervensi secara langsung jika prosedur yang ditetapkan dianggap tidak berjalan dengan baik.
Simpulan bijak atas semua ini adalah diperlukan kerja bersama dalam menghadapi pandemi ini, yaitu pemerintah, masyarakat, baik individu maupun kelompok, perlu membangun kerja aktif bersama-sama untuk melewati pandemi yang dihadapi saat ini.
Pada kelompok usaha di bidang ekspor-impor, penurunan jumlah pegawai terbesar bila dibandingkan dengan sektor lainnya ialah sektor garmen, elektronik, kayu, kendaraan bermotor, karet, dan furnitur. Adapun penurunan jumlah pegawai di bidang ekspor-impor dilihat dari wilayahnya sebagian besar terjadi di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur. (Lihat Videonya: Gelapkan 45 Mobil Rental, Janda Muda di Pangkal Pinang Ditangkap)
Meski demikian perlu diketahui bahwa tidak semua sektor usaha terdampak pandemi. Ada beberapa sektor usaha yang justru mengalami peningkatan permintaan pasar dan diprediksi memperoleh keuntungan lebih ketika pandemi. Beberapa sektor tersebut antara lain farmasi, alkes, jasa telekomunikasi dan internet, logistik, dan beberapa industri tekstil. Sektor usaha tersebut saat ini memiliki permintaan tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam maupun luar negeri di tengah masa krisis. Permintaan terhadap obat-obatan, alat pelindung diri (APD), alkes, etanol, masker, dan sarung tangan yang tinggi tersebut selanjutnya juga berkontribusi memperkuat neraca perdagangan.
Berdasarkan hasil survei Direktorat Jenderal Bea Cukai (2020), bila strategi perusahaan yang terdampak Covid-19 berlangsung hingga akhir tahun, sebagian besar usaha menyatakan akan bertahan dengan pengurangan produksi, terutama pada industri garmen dan perdagangan besar, untuk bisa bertahan. Memang tidak sedikit yang menyatakan menunggu perkembangan wabah Covid-19.
Kebijakan Tepat dan Terukur
Pandemi tidak dapat kita hindari dengan segala ketidakpastiannya. Presiden menyatakan bahwa masyarakat kini perlu segera beradaptasi dengan kondisi dan bangkit dengan kehidupan normal baru. Walaupun sektor industri sedang menghadapi masa sulit, kondisi sekarang merupakan momentum tepat bagi sektor industri untuk bersama-sama bangkit. Merujuk pada paparan IMF, Indonesia merupakan salah satu negara yang perekonomiannya diprediksi mampu tumbuh positif pasca-Covid-19. Oleh sebab itu pada kuartal III dan IV kita perlu optimistis dan terus berupaya untuk membangkitkan ekonomi dari keterpurukannya akibat Covid-19.
Kebangkitan sektor industri nasional dapat tercapai apabila perumusan kebijakan dilakukan secara tepat dan terukur saat wabah ini terjadi. Agar pemerintah bisa membantu secara tepat, pemerintah melakukan mitigasi terhadap berbagai industri yang memiliki resiliansi dengan harapan pemerintah bisa memberikan resep yang cocok kepada industri. (Lihat Fotonya: Terimbas Pandemi Covid-19, Biaya Logistik Makin Tinggi)
Bagi pelaku industri, pandemi saat ini memaksa pebisnis untuk mampu meningkatkan self-resilience bisnisnya. McKinsey membagikan konsep 5R kepada para pelaku bisnis dalam menghadapi masa-masa sulit ini. Konsep 5R terdiri atas Resolve, Resilience, Return, Reimagination, dan Reform. Kemampuan untuk menyelesaikan, bertahan, bertransformasi merupakan faktor dasar dalam menghadapi krisis saat ini. Pemerintah perlu menyediakan ruang (insentif policy), menyediakan playing field yang adil serta melakukan intervensi secara langsung jika prosedur yang ditetapkan dianggap tidak berjalan dengan baik.
Simpulan bijak atas semua ini adalah diperlukan kerja bersama dalam menghadapi pandemi ini, yaitu pemerintah, masyarakat, baik individu maupun kelompok, perlu membangun kerja aktif bersama-sama untuk melewati pandemi yang dihadapi saat ini.
(ysw)