Gubernur Lemhannas Minta Indonesia Waspadai Armada Laut China
loading...
A
A
A
Di perairan Pakistan tepatnya kota pelabuhan Gwadar, protes besar-besaran meletus atas proyek pembangunan besar China-Pakistan yang akan membahayakan bisnis perikanan nelayan disana. Di Argentina, ratusan kapal pukat Cina mematikan sistem yang melacak lokasi mereka untuk menjarah perairan setempat bahkan Armada China telah mendekati Pulau Galapagos yang terkenal di Ekuador, termasuk kawasan lindung Cagar Alam Laut Galapagos.
“Sikap dan pemikiran zero-sum China telah membawa konsekuensi tragis bagi ekosistem. Laut lepas seharusnya menjadi milik dunia, namun Beijing mengubahnya menjadi alam liar untuk dijarah,” ucap AB Solissa.
Saat ini, angkatan laut pimpinan Xi Jinping ini memiliki 355 kapal dan kapal selam, termasuk 145 kapal perang permukaan. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) memperkirakan jumlah armada laut Tiongkok akan terus bertambah menjadi 460 kapal pada 2030.
Dalam laporan tahunan bertitel Military And Cecurity Developments Involving People's Republic of China 2021 untuk Kongres AS, turut dibeberkan kehadiran Angkatan Bersenjata Tiongkok yang makin kuat di kancah global. China juga memiliki People’s Armed Forces Maritime Militias (PAFMM) atau milisi maritim. PAFMM merupakan warga sipil yang siap dimobilisasi untuk menjadi prajurit tempur.
Salah satu isu yang diangkat dalam laporan itu adalah soal konflik di Laut China Selatan, yang bersinggungan dengan wilayah Perairan Natuna. Tiongkok sebelumnya pernah menyodorkan sembilan garis putus-putus atau nine dash line untuk mengeklaim kepemilikan atas wilayah di Laut China Selatan.
Namun, Indonesia bersama Malaysia, Filipina, dan Vietnam menolak klaim itu. Indonesia menentang nine dash line itu dengan menggunakan hukum internasional untuk mendukung kedaulatan wilayah lautnya. “Benar kata Bang Andi Widjajanto, strategi China mirip Jepang pada masa penjajahan tempo dulu. Negara-negara dunia khususnya Indonesia harus waspada,” pungkas AB Solissa.
“Sikap dan pemikiran zero-sum China telah membawa konsekuensi tragis bagi ekosistem. Laut lepas seharusnya menjadi milik dunia, namun Beijing mengubahnya menjadi alam liar untuk dijarah,” ucap AB Solissa.
Saat ini, angkatan laut pimpinan Xi Jinping ini memiliki 355 kapal dan kapal selam, termasuk 145 kapal perang permukaan. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) memperkirakan jumlah armada laut Tiongkok akan terus bertambah menjadi 460 kapal pada 2030.
Dalam laporan tahunan bertitel Military And Cecurity Developments Involving People's Republic of China 2021 untuk Kongres AS, turut dibeberkan kehadiran Angkatan Bersenjata Tiongkok yang makin kuat di kancah global. China juga memiliki People’s Armed Forces Maritime Militias (PAFMM) atau milisi maritim. PAFMM merupakan warga sipil yang siap dimobilisasi untuk menjadi prajurit tempur.
Salah satu isu yang diangkat dalam laporan itu adalah soal konflik di Laut China Selatan, yang bersinggungan dengan wilayah Perairan Natuna. Tiongkok sebelumnya pernah menyodorkan sembilan garis putus-putus atau nine dash line untuk mengeklaim kepemilikan atas wilayah di Laut China Selatan.
Namun, Indonesia bersama Malaysia, Filipina, dan Vietnam menolak klaim itu. Indonesia menentang nine dash line itu dengan menggunakan hukum internasional untuk mendukung kedaulatan wilayah lautnya. “Benar kata Bang Andi Widjajanto, strategi China mirip Jepang pada masa penjajahan tempo dulu. Negara-negara dunia khususnya Indonesia harus waspada,” pungkas AB Solissa.
(cip)